A. Pengertian Belajar
Sebelum membicarakan pengertian minat
belajar, maka terlebih dahulu penulis akan menguraikan pengertian
belajar. Ngalim Purwanto (1992: 85) mengemukakan pendapat mengenai
pengertian belajar:
- Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang buruk.
- Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
- Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus merupakan akhir dari pada suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun.
- Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian maupun psikis.
Slameto (1995: 2) berpendapat bahwa
belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tungkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Sementara itu Sudirman A.M. (1996: 231) berpendapat
bahwa belajar sebagai rangkaian kegiatan jiwa raga, psikofisik untuk
menuju ke perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti
menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif dan
psikomotor.
Hal ini senada dengan Witherington yang
dikutif oleh Usman Effendi dan Juhaya S. Praja (1989: 103) bahwa belajar
adalah suatu perubahan dalam kepribadian, sebagaimana yang dimanfaatkan
dalam perubahan penguasaan pola-pola respon atau tingkah laku yang
baru, yang ternyata dalam perubahan keterampilan kebiasaan, kesanggupan
dan pemahaman. Dalam hal ini Moh. Uzer Usman (1999: 34) memberikan
batasan belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat
adanya interaksi antara individu dengan individu lainnya serta individu
dengan lingkungannya, sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya.
Dari beberapa pengertian di atas, maka
dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses usaha atau
interaksi yang dilakukan individu untuk memperoleh sesuatu yang baru dan
perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman-pengalaman itu sendiri. Perubahan tersebut akan nampak dalam
penguasaan pola-pola respons yang baru terhadap lingkungan berupa
keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, kecakapan dan sebagainya.
B. Pengertian Minat
Pengertian minat, penulis akan mengutip
pendapat para ahli. Minat adalah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak
disengaja yang lahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari
bakat dan lingkungannya (Agus Sujanto, 1991: 92). Minat juga bisa
berarti kesadaran seseorang, bahwa suatu objek seseorang suatu soal atau
suatu situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya.
W.S. Winkel (1996: 105) memberikan
rumusan bahwa minat adalah kecenderungan subjek yang mantap untuk merasa
tertarik pada bidang studi atau pokok bahasan tertentu dan merasa
senang mempelajari materi itu. Hal ini sependapat dengan yang
dikemukakan oleh Slameto (1995: 57) bahwa minat adalah kecenderungan
yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan
yang diminati seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan
rasa senang. Jika ada siswa yang kurang berminat terhadap belajar, maka
diusahakan agar ia mempunyai minat yang lebih besar dengan cara
menjelaskan hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta kaitannya
dengan bahan pelajaran yang dipelajari.
Sedangkan Doyles Freyer yang dikutip oleh Wayan Nurkancana (1986: 229) mengemukakan bahwa minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktifitas yang men-stimulir
perasaan senang pada individu. Minat sangat erat hubungannya dengan
kebutuhan, karena minat yang timbul dari kebutuhan ajakan merupakan
merupakan faktor pendorong bagi seseorang dalam melaksanakan usahanya.
Jadi, dapat dilihat bahwa minat adalah sangat penting dalam pendidikan,
sebab merupakan sumber dari usaha.
Menurut The Liang Gie (1988: 28) minat
berarti sibuk, tertarik, atau terlibat sepenuhnya dengan sesuatu
kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian,
minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seseorang dengan segenap
kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan
ilmiah yang dituntunnya.
Minat pada dasarnya adalah penerimaan
akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri
(Slameto, 1995: 180). Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka
semakin besar minat yang akan tumbuh. Suatu minat dapat diekspresikan
melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai
suatu hal dari pada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui
partisipasi dalam suatu aktivitas siswa yang memiliki minat terhadap
subjek tersebut. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi
terhadap belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat
baru. Jadi, minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong
belajar selanjutnya.
Minat memegang peranan penting dalam
proses belajar mengajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari
tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan
sebaik-baiknya. Sejalan dengan ini Ahmad Tafsir (1992: 24) menyatakan
bahwa minat adalah kunci dalam pengajaran. Bila murid telah berminat
terhadap kegiatan belajar mengajar, maka hampir dapat dipastikan proses
belajar mengajar akan belajar dengan baik. Dengan demikian, maka
tahap-tahap awal suatu proses belajar mengajar hendaknya dimulai dengan
usaha membangkitkan minat. Minat harus senantiasa dijaga selama proses
belajar mengajar berlangsung. Karena minat itu mudah sekali berkurang
atau hilang selama proses belajar mengajar.
Selain itu juga, minat sangat berpengaruh
terhadap belajar, sebab bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak
sesuai dengan minat siswa, maka siswa tidak akan belajar dengan
sebaik-baiknya. Karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 1995: 57).
Hal ini senada dengan pendapat Moh. Uzer Usman (1998: 27):
Kondisi belajar mengajar yang efektif
adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan
suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar
sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan
melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang
tidak mungkin melakukan sesuatu.
Dari beberapa pengertian di atas, maka
dapat diambil kesimpulan, bahwa minat belajar adalah keterlibatan
sepenuhnya seseorang dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh
perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang
ilmu pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang ilmu pengatahuan yang
dituntutnya karena minat belajar merupakan salah satu unsur yang sangat
penting dalam kaitannya dengan belajar.
C. Fungsi Minat Dalam Belajar
Dalam hal fungsi minat dalam belajar The
Liang Gie (1998: 28) mengemukakan bahwa minat merupakan salah satu
faktor untuk meraih sukses dalam belajar. Secara lebih terinci arti dan
peranan penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan belajar atau
studi ialah:
- Minat melahirkan perhatian yang serta merta
- Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
- Minat mencegah gangguan perhatian di luar
- Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
- Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri.
Rincian penjelasannya akan diuraikan sebagai berikut:
1. Minat melahirkan perhatian yang serta merta
Perhatian seseorang terhadap sesuatu hal
dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu perhatian yang serta merta,
dan perhatian yang dipaksakan, perhatian yang serta merta secara
spontan, bersifat wajar, mudah bertahan, yang tumbuh tanpa pemaksaan dan
kemauan dalam diri seseorang, sedang perhatian yang dipaksakan harus
menggunakan daya untuk berkembang dan kelangsungannya.
Menurut Jhon Adams yang dikutif The Liang
Gie (1998: 29) mengatakan bahwa jika seseorang telah memiliki minat
studi, maka saat itulah perhatiannya tidak lagi dipaksakan dan beralih
menjadi spontan. Semakin besar minat seseorang, maka akan semakin besar
derajat spontanitas perhatiannya. Pendapat senada juga dikemukakan oleh
Ahmad Tafsir (1992: 24) bahwa minat telah muncul maka perhatian akan
mengikutinya. Tetapi sama dengan minat perhatian mudah sekali hilang.
Pendapat di atas, memberikan gambaran
tentang eratnya kaitan antara minat dan perhatian. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa untuk meningkatkan perhatian seseorang dalam hal ini
siswa terhadap sesuatu, maka terlebih dahulu harus ditingkatkan
minatnya.
2. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
Minat memudahkan terciptanya konsentrasi
dalam pikiran seseorang. Perhatian serta merta yang diperoleh secara
wajar dan tanpa pemaksaam tenaga kemampuan seseorang memudahkan
berkembangnya konsentrasi, yaitu memusatkan pemikiran terhadap sesuatu
pelajaran. Jadi, tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit untuk
diperhatikan (The Liang Gie, 1998: 29). Pendapat senada dikemukakan oleh
Winkel (1996: 183) bahwa konsentrasi merupakan pemusatan tenaga dan
energi psikis dalam menghadapi suatu objek, dalam hal ini peristiwa
belajar mengajar di kelas. Konsentrasi dalam belajar berkaitan dengan
kamauan dan hasrat untuk belajar, namun konsentrasi dalam belajar
dipengaruhi oleh perasaan siswa dan minat dalam belajar.
Pendapat-pendapat di atas, memberi gambaran bahwa tanpa minat konsentrasi terhadap pelajaran sulit dipertahankan.
3. Minat mencegah gangguan perhatian di luar
Minat studi mencegah terjadinya gangguan
perhatian dari sumber luar misalnya, orang berbicara. Seseorang mudah
terganggu perhatiannya atau sering mengalami pengalihan perhatian dari
pelajaran kepada suatu hal yang lain, kalau minat studinya kecil. Dalam
hubungan ini Donald Leired (The Liang Gie, 1998: 30) menjelaskan bahwa
gangguan-gangguan perhatian seringkali disebabkan oleh sikap bathin
karena sumber-sumber gangguan itu sendiri. Kalau seseorang berminat
kacil bahaya akan diganggu perhatiannya.
4. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan
Bertalian erat dengan konsentrasi
terhadap pelajaran ialah daya mengingat bahan pelajaran. Pengingatan itu
hanya mungkin terlaksana kalau seseorang berminat terhadap
pelajarannya. Seseorang kiranya pernah mengalami bahwa bacaan atau isi
ceramah sangat mencekam perhatiannya atau membangkitkan minat seantiasa
teringat walaupun hanya dibaca atau disimak sekali. Sebaliknya, sesuatu
bahan pelajaran yang berulang-ulang dihafal mudah terlupakan, apabila
tanpa minat (The Liang Gie, 1998: 30). Anak yang mempunyai minat dapat
menyebut bunyi huruf, dapat mengingat kata-kata, memiliki kemampuan
membedakan dan memiliki perkembangan bahasa lisan dan kosa kata yang
memadai.
Penadapat di atas, menunjukkan terhadap
belajar memiliki peranan memudahkan dan menguatkan melekatnya bahan
pelajaran dalam ingatan.
5. Minat memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri.
Segala sesuatu yang menjemukan,
membosankan, sepele dan terus menerus berlangsung secara otomatis tidak
akan bisa memikat perhatian (Kartini Kartono, 1996: 31). Pendapat senada
dikemukakan oleh The Liang Gie (1998: 31) bahwa kejemuan melakukan
sesuatu atau terhadap sesuatu hal juga lebih banyak berasal dari dalam
diri seseorang daripada bersumber pada hal-hal di luar dirinya. Oleh
karena itu, penghapusan kebosanan dalam belajar dari seseorang juga
hanya bisa terlaksana dengan jalan pertama-tama menumbuhkan minat
belajar dan kemudian meningkatkan minat itu sebesar-besarnya.
D. Faktor-faktor Yang dapat Menumbuhkan Minat Dalam Belajar
Pada dasarnya faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap minat belajar ada dua, yaitu faktor internal dan
eksternal. Karena itu pembahasan lebih lanjut akan didasarkan pada
kedua faktor tersebut.
1. Faktor Internal
Manusia itu merupakan makhluk hidup yang
lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk hidup lainnya. Akibat
dari unsure kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan
mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi
fisiologis maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologis.
Perubahan-perubahan tersebut dapat dipengaruhi dari dalam dan dari luar
diri manusia itu sendiri.
Faktor dari dalam yang dapat mempengaruhi
minat belajar dapat berupa perkembangan kejiwaan siswa. Andi Mappiare
(1982: 83) mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang besar antara objek
minat remaja putera dengan objek remaja puteri. Misalnya dalam
bentuk-bentuk permainan, pekerjaan yang ditekuninya, pengisian waktu
luang dan sebagainya. Dengan demikian, pendapat Andi Mappiare ini
memberikan pengertian bahwa minat belajar dipengaruhi oleh jenis
kelamin.
Dalam hal ini Slameto (1995: 54)
berpendapat bahwa ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi minat belajar,
yakni faktor jasmani, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
1) Faktor Jasmani
- Faktor kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat, kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
- Cacat tubuh, yang berarti sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan seperti buta, tuli, patah kaki, patah tangan dan lain-lain.
2) Faktor Psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang
tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar siswa.
Faktor-faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat bakat, kematangan
dan kesiapan.
3) Faktor Kelelahan
Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
- Kelelahan jasmani, kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan substansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian-bagian tertentu.
- Kelelahan rohani, kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu yang hilang.
Dari uraian di atas, dapatlah dipahami
bahwa keadaan jasmani, rohani dan kelelahan itu mempengaruhi minat
seseorang terhadap sesuatu. Begitu pula pada belajar, ketiga faktor
tersebut sangat mempengaruhi minat seseorang untuk belajar sesuatu mata
pelajaran. Agar siswa memiliki minat belajar yang baik haruslah ketiga
faktor tersebut dalam keadaan baik pula.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal atau lingkungan yang
dimaksud adalah segala sesuatu yang berada di luar diri anak. Dalam
kaitan dengan proses belajar mengajar di sekolah faktor lingkunganlah
yang paling dominan mempengaruhi minat belajar siswa yaitu menyangkut
tujuan belajar, guru, bahan pelajaran, metode mengajar dan media
pengajaran. Adapun faktor eksternal itu meliputi:
1) Tujuan Pengajaran
Tujuan pengajaran mempunyai kedudukan
yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, karena tujuan dapat
mengarahkan usaha-usaha guru dalam mengajar. Dengan adanya tujuan, guru
akan selalu siap mengajar dan membawa anak pada proses belajar. Tujuan
pengajaran juga merupakan pedoman dalam melaksanakan kegiatan belajar
mengajar. Tujuan dapat pula membangkitkan minat belajr siswa sebab
dengan adanya tujuan ini seorang siswa akan berusaha untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan tersebut. Oleh karena itu, sebelum memulai
pelajaran, seorang guru hendaknya memberitahukan tujuan-tujuan atau
aspek-aspek yang harus dikuasai oleh siswa setelah pelajaran itu
selesai.
2) Guru yang Mengajar
Minat siswa dalam belajar akan
dipengaruhi akan mengurangi minat belajar siswa, sebaliknya guru yang
berpenampilan menarik akan membangkitkan siswa dalam belajar.
Interaksi guru dengan siswapun memegang
peranan dalam membangkitkan minat belajar siswa. Seorang guru yang akrab
dengan siswanya akan cenderung disukai oleh siswa. Sehubungan dengan
hal tersebut. Slameto (1995: 66) mengatakan bahwa di dalam relasi (guru
dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai berusaha mempelajari
sebaik-baiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa
membenci gurunya, ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya,
akibat pelajarannya tidak maju.
3) Bahan Pelajaran
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar,
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat
siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada
daya tarik baginya. Ia segan untuk belajar, ia tidak memperoleh
kepuasan dari belajar itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa
lebih mudah dipelajari dan disimpan, karena minat menambah kegiatan
belajar (Slameto, 1995: 57).
Bahan pelajaran sebagaimana yang
dikatakan Nana Sudjana (1995: 67) adalah isi yang diberikan siswa pada
saat berlangsungnya proses belajar mengajar. Melalui bahan pelajaran ini
siswa diantarkan kepada tujuan pengajaran. Dengan perkataan lain tujuan
yang akan dicapai siswa diwarnai dan dibentuk oleh bahan pelajaran.
4) Metode Pengajaran
Dalam penyampaian materi atau bahan
pelajaran kepada siswa, seorang guru hendaknya memilih dan mempergunakan
metode mengajar yang sesuai dengan sifat bahan pelajaran, serta situasi
kondisi kelas. Menggunakan metode mengajar ini sangat mempengaruhi
minat belajar siswa. Seorang guru yang menggunakan metode ceramah
misalnya, secara kontinu di dalam setiap kegiatan belajar mengajar
dikelas, akan menimbulkan kebosanan bagi siswa. Sebaliknya seorang guru
menggunakan metode yang berpariasi serta sesuai dengan situasi dan
kondisi kelas, akan menimbulkan minat siswa untuk belajar dengan aktif.
Tetapi apabila metode yang digunakan tidak sesuai dengan perkembangan
jiwa anak, akan menimbulkan kesukaran bagi anak untuk menerima pelajaran
yang disampaikan guru serta mengurangi minat belajarnya. Dengan kata
lain penggunaan metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi
misalnya karena guru kurang kesiapan dan kurang menguasai bahan-bahan
pelajaran sehingga guru tersebut menyajikan tidak jelas atau sikap guru
terhadap mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang
senang terhadap pelajaran atau gurunya.
5) Media Pengajaran
Media pengajaran yang dipergunakan guru
bermanfaat sekali guna memperjelas materi yang akan disampaikan kepada
siswa dan mencegah terjadinya verbalitas, karena dengan adanya media
pengajaran menarik pehatian siswa sehingga menimbulkan rasa senang dalam
belajar. Sehubungan dengan hal tersebut (Nana Sudjana, 1995: 5)
mengatakan bahwa alat peraga atau media dalam mengajar memegang peranan
untuk menciptakan proses belajar mengajar yang efektif. Selain itu juga,
dengan alat peraga atau media bahan dapat mudah dipahami oleh siswa.
6) Lingkungan
Siswa akan berminat terhadap suatu
pelajaran, jika ia berada dalam suatu situasi atau lingkungan yang
mendorong tumbuhnya minat tersebut. Sebagaimana dikatakan Slameto (1995:
7) bahwa tempat belajar hendaknya tenang, jangan diganggu oleh
perangsang-perangsang dari sekitar, karena untuk belajar diperlukan
konsentrasi pikiran, jangan sampai belajar sambil mendengarkan.
Sebaliknya keadaan yang terlampau menyenangkanpun akan dapat merugikan.
D. Indikator Minat Belajar
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar,
karena bila bahan pelajaran yang dipelajari untuk sesuai dengan minat
siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya karena tidak ada
daya tarik baginya (Slameto, 1995: 57).
Usman Effendi dan Juhaya S. Praja (1989: 72) berpendapat bahwa minat itu dapat ditimbulkan dengan cara sebagai berikut:
- Membangkitkan suatu kebutuhan misalnya, kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapatkan penghargaan dan sebagainya.
- Menghubungkan dengan pengalaman-pengalaman yang lampau
- Memberikan kesempatan mendapat hasil yang baik “Nothing succes like success” atau mengetahui sukses yang diperoleh individu itu sebab success akan memberikan rasa puas.
Selanjutnya, akan memperoleh ukuran dan
data minat belajar siswa, kunci pokoknya adalah dalam mengetahui
indikatornya. Indikator minat belajar terdiri dari perbuatan, perhatian
dan perasaan senang.
1. Partisipasi/Perbuatan
Minat yang telah muncul, diikuti oleh
tercurahnya perhatian pada kegiatan belajar mengajar, dengan sendirinya
telah membawa murid ke suasana partisipasi aktif dalam kegiatan belajar
mengajar (Ahmad Tafsir, 1992: 24).
Kegiatan berpartisipasi aktif tidak
selalu berupa gerakan-gerakan badaniah. Murid-murid yang ikut aktif
secara aqliyah atau secara bathiniyah dalam proses pengajaran. Sementara
itu, Bernard yang dikutif Sardiman A.M. (1996: 76) mengatakan bahwa
minat tidak timbul secara tiba-tiba atau spontan melainkan timbul akibat
dari partisipasi. Jadi, jelas bahwa soal minat akan selalu berkait
dengan soal kebutuhan atau keinginan. Oleh karena itu, yang penting
bagimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa selalu aktif dan ingin
terus belajar.
2. Perhatian
Perhatian merupakan kegiatan yang
dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemulihan rangsangan yang
datang dari lingkungannya (Slameto, 1996: 183) mengemukakan bahwa
istilah perhatian dapat berarti sama dengan konsentrasi, dapat pula
minat momentan, yaitu perasaan tertarik pada suatu masalah yang sedang
dipelajari. Konsentrasi dalam belajar dipengaruhi oleh perasaan siswa
dalam minatnya terhadap belajar. Siswa yang berperasaan tidak senang
dalam belajar dan tidak berminat dalam materi pelajaran. Akan mengalami
kesulitan dalam memusatkan tenaga dan energinya. Sebaliknya siswa yang
berperasaan senang dan berminat akan mudah berkonsentrasi dalam belajar.
Senada dengan pendapat di atas Agus Sujanto (1991: 89) menyatakan bahwa
perhatian adalah konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap
pengamatan, pengertian dan sebagainya. Dengan mengenyampingkan yang lain
dari pada itu.
3. Perasaan
Perasaan adalah suatu pernyataan jiwa
yang sedikit banyak yang bersifat subjektif, untuk merasakan senang atau
tidak senang dan yang tidak bergantung pada perangsang dan alat-alat
indra (Agus Sujanto, 1991: 75). Sementara itu Kartini Kartono (1996: 87)
menyebut perasaan dengan istilah rencana. Maka merasa itu adalah
kemampuan untuk menghayati perasaan atau rencana. Rencana itu bergantung
kepada (a) isi-isi kesadaran, (b) kepribadian, (c) kondisi psikisnya.
Ringkasnya, rencana ini merupakan reaksi-reaksi rasa dari segenap
organisme psiko fisik manusia.
W.S. Winkel (1996: 187) menyatakan bahwa
yang dimaksud dengan perasaan di sini, adalah perasaan momentan dan
intensional. Momentan berarti bahwa perasaan pada saat-saat tertentu,
intensional; berarti bahwa reaksi perasaan diberikan terhadap sesuatu,
seseorang atau situasi tertentu. Apabila situasi berubah, maka perasaan
berganti pula sehingga perasaan momentan dan intensional dapat
digolongkan ke dalam perasaan tidak senang. Antara minat dan berperasaan
senang terdapat hubungan timbal balik, sehingga tidak mengherankan
kalau siswa yang berperasaan tidak senang juga akan kurang berminat dan
sebaliknya.