Rabu, 11 Februari 2015

MASIH OLEH-OLEH SEMINAR DI TASIKMALAYA

KONSELING KELOMPOK


A.    PENDAHULUAN
Layanan konseling kelompok (KKp) yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui dinamika kelompok.Konseling kelompok juga didefinisikan layanan konseling yang  mengikutkan sejumlah peserta dalam  bentuk kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kelompoknya untuk membahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok melalui dinamika kelompok.
 “Konseling untuk semua siswa” Prinsip ini dapat diimplementasikan hanya jika konselor menggunakan  konseling kelompok. Dengan layanan konseling individual konselor tidak dapat memenuhi prinsip ini, terlebih bagi konselor yang bebannya overloaded. Konseling kelompok adalah suatu bentuk intervensi terapetik yang multi fungsi, bukan hanya memiliki fungsi kuratif, tetapi juga preventif dan promotif. Mengapa demikian? Karena di dalam kelompok (jamaah) ada sejumlah hikmah yang disebut sebagai therapeutic factors (Corey, 2008).  Faktor terapetik  ini mesti disadari dan dimanfaatkan oleh konselor di dalam membantu setiap anggota kelompok. Faktor-faktor yang memiliki daya menyembuhkan (curative force) kepada anggota kelompok meliputi: sikap percaya dan penerimaan (trust and acceptance), empati dan kepedulian (empathy and caring), keakraban (intimacy), harapan (hope), kebebasan untuk mencoba cara baru (freedom to experiment), mencurahkan perasaan (catharsis), penataan kembali berpikir (cognitive restructuring) komitmen untuk berubah (commitment to change), membuka diri (self-disclosure), konfrontasi  (confrontation), balikan dan komentar (feedback and commentary).
Untuk memahami peranan konseling kelompok di sekolah,konselor sekolah professional pertama-tama perlu memahami terlebih dahulu program konseling  sekolah secara komprehensif.Tujuan dari program konseling komprehensif sekolah adalah untukmempromosikan kesuksesan akademik dengan cara mendukung  dan memenuhi kebutuhan akademik,karir serta perkembangan social dan pribadi seluruh siswa.Kebutuhan ini diidentifikasi melalui asesmen yang sistematis terhadap seluruh konstitusi dalamkomunitas sekolah.Dari kebutuhan yang telah teridentifikasi itu tujuan dapat diformulasikan dan kompetensi dapat dikembangkan.
Yang terjadi dilapangan banyak konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling disekolah kurang memahaminya,sehingga kegiatan konseling kelompok jarang dilaksanakan.Atau kadang yang terjadi adalah menyelesaikan masalah yang dialami oleh banyak siswa hanya dilakukan secara diskusi biasa.Oleh Karen itu penulis memandang perlu membuat makalah ini untuk dijadikan gambaran bagaimana pelaksanaan konseling kelompok yang baik.

B.     TUJUAN
1.      Memfasilitasi Guru BK Memahami manfaat Konseling Kelompok
2.      Memfasilitasi Guru BK Mengetahui Langkah-langkah Konseling Kelompok
3.      Memfasilitasi Guru BK Membuat RPLBK-K
4.      Memfasilitasi Guru BK melaksanakan Konseling Kelompok

C.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa Tujuan dan manfaat dari konseling kelompok yang dilakukan di sekolah
2.      Tahapan-tahapan  apa saja yang dilakukan oleh konselor dalam konseling kelompok
3.      Bagaimana  cara membuat RPLK-K

D.    PENYELESAIAN MASALAH
1.      Tujuan dan Manfaat Konseling Kelompok
a.       Tujuan Konseling Kelompok
Tujuan Umum layanan Konseling kelompok adalah terkembangnya kemampuan sosialisasi siswa,khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan.
Tujuan khusus melalui layanan konseling kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut para peserta memperoleh :Terkembangnya perasaan,pikiran,persepsi,wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi/berkomunikasi serta terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperoleh imbasan pemecahan masalah tersebut bagiindividu-individu lain peserta layanankonseling kelompok.

b.      Manfaat Konseling Kelompok
Literatur professional mengemukakan bahwa konseling kelompok berguna untuk membantu siswa (Whiston dan Sexton,1998).Manfaat nya pertama,konseling kelompok merupakan bentuk intervensi  yang lebih efisien biladibandingkan dengan konseling individual,karena konselor dapat bertemu dengan banyak siswa sekaligus.Kedua,bila dipandang daripersfektif perkembangan dan pedagogic sering kali cara terbaik baginsiswa dalam belajar adalah dengan belajar dari satu sama lain (sesame siswa),konseling kelompok memberikan forum yang tepat baginpembelajaran siswa kesiswa semacam ini.Berhubungan dengan hal ini kekuatan dari kelompok sebaya dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang positif dibawah kepemimpinan yang terampil dari konselor secara professional.

2.      Tahapan-tahapan
Konseling kelompok dapat digunakan untuk membantu individu dalam memecahkan masalah pendidikan (educational), pekerjaan (vocational), sosial (social) dan pribadi (personal). Konseling kelompok berkenaan dengan proses antar pribadi (interpersonal process) yang menekankan pada pikiran, perasaan dan tindakan yang disadari. Umumnya anggota kelompok  mentukan masalah, namun konselor juga dapat menginisiasikan masalah bagi siswa berdasarkan data tertentu.  Konseling kelompok adalah problem oriented yang terkait dengan  tugas-tugas perkembangan tertentu. Oleh sebab itu proses pemecahan masalah dalam konseling kelompok, tidak berorientasi pada rekonstruksi kepribadian, melainkan diorientasikan pada pertumbuhan dengan tekanan utama pada penemuan sumber-sumber kekuatan internal (internal resources of strength). Dalam rangka membantu individu, konselor umumnya menggunakan teknik verbal dan non-verbal serta latihan-latihan terstruktur.
Makalah ini mengemukakan ikhtisar proses konseling kelompok menurut Corey (2008) yang meliputi pra kelompok, tahap initial (pembukaan), tahap transisi, tahap inti (working), tahap terminasi (penutupan), dan pasca kelompok.
1.      PRAKELOMPOK: Persiapan Dan Organisasi

Pra-kelompok adalah kegiatan persiapan konseling kelompok dimana konselor menyiapkan kelompok meliputi identifikasi siswa, menentukan kelompok serta memberi informasi yang tepat dengan cara tepat agar para siswa memiliki pengenalan dan arah (orientasi) yang baik terhadap kelompok dan mau berpartisipasi aktif untuk mendapatkan manfaat yang signifikan dari konseling kelompok. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh konselor sebelum masuk ke tahap awal konseling kelompok (pembukaan). Jika hal ini dilakukan dengan baik oleh konselor, maka kepercayaan  para siswa akan tumbuh sehingga mereka merasa nyaman, terbuka dan aktif dalam proses kelompok.
Fungsi Peserta
Sebelum masuk dan berpartisipasi di dalam konseling kelompok, setiap siswa membutuhkan informasi yang lengkap dan tepat tentang apa, mengapa, dan bagaimana manfaat signifikan konseling kelompok bagi perkembangan optimal mereka. Pada tahap persiapan (pra-kelompok) ini ada beberapa hal yang perlu ditangani dengan baik oleh konselor.
a.       Siswa harus mendapatkan informasi yang tepat tentang hakikat kelompok dan dampak positif yang akan didapatkannya.
b.      Siswa harus memutuskan apakah konseling kelompok yang disediakan oleh konselor  sesuai dengan kebutuhannya sekarang?
c.       Siswa perlu mempersiapkan dirinya dengan cara memikirkan apa yang mereka inginkan dan mengidentifikasi tema pribadi yang relevan dengan dirinya.
d.      Masalah akan muncul jika peserta dipaksa masuk kelompok dan  tidak memiliki informasi yang tepat dan pasif ketika berada di dalamnya.
Fungsi Konselor
a.       Mengidentifikasi tujuan umum dan tujuan khusus kelompok bagi kelompok siswa tertentu berdasarkan hasil analisis data.
b.      Menyusun persiapan bagaimana membentuk kelompok.
c.       Memberikan informasi yang tepat tentang konseling kelompok kepada calon anggota
d.      Mengorganisasikan hal-hal yang diperlukan untuk kesuksesan konseling kelompok
e.       Mintalah ijin orang tua (jika perlu).
f.       Mempersiapkan tugas-tugas konselor dan tugas partner konselor  jika perlu.
g.      Menjelaskan aturan dasar dalam kelompok agar partisipan mendapatkan manfaat signifikan.
h.      Mendiskusikan resiko-resiko potensial dan cara mengatasinya.

2.      TAHAP INITIAL: Pembukaan Kelompok
Tahap pembukaan atau initial adalah saat orientasi dan eksplorasi yaitu menentukan struktur kelompok, menumbuhkan kepercayaan dan mengeksplorasi harapan konseli. Dengan kata lain tujuan khusus (obyektif) tahap pembukaan ini adalah menentukan arah dan  struktur kelompok.
Karakteristik tahap initial
Pada tahap in kecenderungan yang muncul pada anggta kelompok antara lain sebagai berikut.
a.       ingin menguji kondusif tidaknya suasana kelompok untuk dirinya.
b.      memikirkan apa yang dapat diharapkannya dari kelompok, bagaimana kelompok beraktivitas dan bagaimana harus berpartisipasi.
c.       memperhatikan perilaku sosial yang dapat diterima oleh kelompok dan mengidentifikasi resiko yang akan dihadapinya.
d.      kepercayaan dan keinginan bergabung berangsur-angsur tumbuh ketika mereka menyatakan apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan.
e.       munculnya keraguan atau konflik antara percaya dan tidak percaya terhadap kelompok
f.       bereaksi diam atau pasif untuk mengetahui ke mana arah kelompok.
g.      mengidentifikasi siapa yang dapat dipercaya, bagaimana dia membuka dirinya, dan bagaimana dia melibatkan diri ke dalam kelompok.
h.      memperhatikan bahwa sikap dasar seperti respek, empati, menerima, peduli dan merespon orang lain dapat membangun kepercayaan antar anggota kelompok.
Peran dan Tugas Penting Anggota Kelompok
a.       Menunjukkan keinginan untuk dikenal lebih jauh oleh kelompok.
b.      Menyatakan ketakutan, harapan, dan kepedulian terhadap kelompok.
c.       belajar mengekspresikan pikiran dan perasaan terutama yang dapat diterima oleh kelompok.
d.      Aktif menciptakan iklim kepercayaan.
e.       Melibatkan diri di dalam menentukan norma kelompok.
f.       Menyatakan tujuan spesifik pribadinya terhadap kelompok.
g.      Belajar bagamana berinteraksi yang dapat diterima oleh kelompok.
Masalah yang mungkin muncul antara lain peserta:
a.       terlalu lama menunggu secara pasif ingin tahu apa yang sedang terjadi.
b.      memelihara perasaan tidak percaya atau takut terhadap kelompok, sehingga menunjukkan resistensi tertentu.
c.       bingung, tidak mengetahui tujuan dan sulit berinteraksi.

Fungsi Konselor (sikap dan aktivitas fasilitatif yang harus dilakukan oleh konselor)
a.       Menjelaskan secara singkat bagaimana sikap dan cara konseli berpartisipasi aktif di dalam kelompok sebagai kesempatan untuk mendapatkan manfaat yang positif dari  konseling kelompok.
b.      Mengembangkan aturan dan norma dasar; menjaga rahasia dan komitmen untuk saling memberi dan menerima.
c.       Menjelaskan secara singkat proses dasar konseling kelompok.
d.      Membantu peserta menyatakan ketakutan dan harapannya serta menumbuhkan sikap percaya kepada kelompok.
e.       Menunjukkan diri sebagai model tingkah laku yang menentramkan siswa (modeling of therapeutic behavior).
f.       Menjelaskan peran dan tanggung jawab konselor dan peserta.
g.      Membantu peserta dalam menentukan tujuan pribadinya (mengklarifikasi).
h.      Memberi kesempatan untuk bertanya kepada siswa.  
i.        Tetap menjaga sikap dan hubungan profesional dengan tiap peserta dan memelihara  kepercayaan.
j.        Membantu siswa untuk berbagi pikiran dan perasaan tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelompok saat ini (here and now group context).
k.      Memberi penjelasan tentang keterampilan interpersonal seperti mendengarkan aktif dan merespons yang baik.
l.        Menilai kebutuhan kelompok dan bagaimana cara memfasilitasinya.

3.      TAHAP TRANSISI: Pemantapan Kesiapan
Tahap ini adalah tahap kritis karena dapat menentukan aktif tidaknya konseli dalam berinteraksi dengan yang lain. Pada tahap ini,  konseli biasanya memiliki perasaan cemas, ragu dan menunjukkan perilaku resisten lainnya. Oleh sebab itu, sebelum konseli berbuat sesuatu lebih jauh di dalam kelompok, konselor perlu membantu mereka untuk  memiliki kesiapan internal yang baik. Pada tahap ini konselor harus membantu agar konseli tidak cemas, tidak ragu-ragu dan bingung. Jika tahap initial di atas ditempuh dengan baik, maka konseli akan merasa nyaman dan bebas di dalam mengekspresikan sikap, perasaan, pikiran dan tindakannya.
Karakteristik tahap transisi
Pada tahap ini anggota kelompok menunjukkan kecenderungan seperti berikut.
a.       Keinginan untuk diterima oleh orang lain atau menolak orang tertentu.
b.      Menguji konselor atau anggota kelompok apakah mereka aman buat dirinya.
c.       Mencoba menunjukkan pengaruh dan bertahan mengendalikan dirinya ketika konflik dengan anggota kelompok lain.
d.      Belajar bagaimana mengani konflik dan perbedaan.
e.       Masih ragu terhadap penerimaan orang lain akan kepedulian pribadinya.
f.       Belajar bagaimana mengekspresikan dirinya agar didengar oleh orang lain.

Tugas konseli dan masalah
Peran utama peserta adalah mengenali dan menangani bentuk-bentuk perilaku defensifnya, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Menyadari dan mengekspresikan apa yang sedang dipikirkan dan dirasakannya saat ini.
b.      Tetap berada dalam kelompok dalam upaya mengeksplorasi dirinya.
c.       Mengubah sikap dependen ke sikap independen.
d.      Mengambil tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya dalam kelompok
e.       Belajar bagaimana menyatakan perbedaan pendapat kepada orang lain.
f.       Menunjukkan keinginan untuk menghadapi dan menangani apa yang terjadi di dalam kelompok.
g.      Menghadapi konflik secara rasional dari pada menghindarinya.
Fungsi Konselor
Tugas dasar konselor pada tahap ini adalah mendorong konseli dan menantang mereka untuk menangani konflik yang muncul di dalam kelompok dan menangani resistensi dan kecemasan yang muncul dalam diri konseli sendiri. Keberhasilan tugas ini ditandai dengan kohesivitas kelompok, mengadakan eksplorasi yang produktif terhadap permasalahan dan mengelola perbedaan-perbedaan. Tugas utama yang harus ditunjukkan dalam tahap ini adalah sebagai berikut.
1.      Mengingatkan kembali apa yang telah disepakati pada sesi sebelumnya; topik, fokus dan komintmen untuk saling menjaga rahasia dan untuk saling memberi dan menerima.
2.      Membantu peserta untuk mengekspresikan dirinya secara unik, terbuka  dan mandiri; membolehkan perbedaan pendapat dan perasaan.
3.      Mengadakan kegiatan selingan yang kondusif untuk menghangatkan suasana, mengakrabkan hubungan atau untuk meme
4.      lihara kepercayaan.
5.      Memberi contoh bagaimana mengeskpresikan pikiran dan perasaan yang mudah dipahami oleh orang lain.
6.      Memberi contoh bagaimana mendengarkan secara aktif sehingga dapat memahami  orang lain dengan baik.
4.      TAHAP INTI: Eksplorasi Dan Mencoba Perilaku Baru
Tahap ini ditandai dengan eksplorasi yang lebih mendalam tentang masalah pribadi beserta perilaku baru yang bersifat konkret untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Selain itu, keaktifan peserta dalam eksplorasi masalah dan pemecahannya adalah indikator terpenting. Dalam sesi ini, interaksi anggota kelompok makin lancar, tidak kaku seperti di awal-awal pertemuan kelompok.  Di dalam kenyataannya karakteristik tahap ini sulit dibedakan dengan karakteristik tahap transisi, sehingga penjelasannya  bersifat tumpang tindih. Perlu diingatkan kepada konseli, bahwa sekalipun mereka menerima balikan, saran dan keharusan dari orang lain, namun dia tetap harus mengambil keputusan secara mandiri.
Karakteristik Tahap Inti (Working)
Di dalam tahap ini intinya konseli belajar dan bekerja dalam kelompok  untuk dapat memecahkan masalahnya menuju pada suatu  perubahan yang diinginkan. Karakteristik tahap inti ini adalah seperti berikut.
a.       Level kepercayaan dan kohesi tinggi.
b.      Komunikasi antar anggota terbuka, aktif dan akurat dalam mengekspresikan pengalaman.
c.       Anggota berinteraksi satu sama lain secara bebas dan langsung.
d.      Anggota menunjukkan keinginan untuk saling memberi dan menerima.
e.       Konflik, kontroversi, atau  perbedaan pendapat dan pandangan  yang muncul dalam kelompok dapat ditangani secara langsung dan efektif.
f.       Peserta merasa didukung untuk berupaya mengubah dan mencobakan perilaku baru yang efektif.
g.      Peserta merasa optimis bahwa mereka dapat berubah jika ada keinginan yang kuat dan melakukan tindakan baru secara nyata dan mandiri.
Fungsi anggota dan masalah yang mungkin muncul
Untuk terjadinya proses eksplorasi yang lebih mendalam tentang masalah pribadi beserta  perubahan yang diinginkan, maka anggota kelompok harus memenuhi tugas dan peranan sebagai berikut.
a.       Menyatakan masalah pribadi ke dalam sesi kelompok.
b.      Memberi dan menerima balikan secara terbuka.
c.       Menunjukkan keterlibatan aktif dalam berbagi dengan enggota kelompok
d.      Mencoba berlatih keterampilan dan atau perilaku baru dan membawa pengalamannya ke dalam kelompok.
e.       Menilai ketercapaian tujuan dan kepuasannya sendiri dalam proses konseling kelompok.
Masalah yang biasanya muncul dalam sesi ini adalah setelah konseli mendapatkan pencerahan dalam sesi konseling kelompok, namun dia tidak menindaklanjutinya dengan perilaku konkret (di luar kelompok)  yang membawa pada perubahan. Selain itu konseli menghindar karena  takut menerima resiko dari perbuatannya.
Fungsi Konselor
Fungsi utama konselor di dalam tahap ini adalah seperti berikut.
a.       Memberikan reinforcement secara tepat terhadap perilaku anggota kelompok yang efektif  yang mendorong kohesi dan produktivitas kelompok.
b.      Merangkum benang merah dari apa yang dibicarakan dan dikerjakan oleh anggota kelompok.
c.       Menunjukkan kepedulian pada konfrontasi yang muncul dan bersikap terbuka terhadap persepsi anggota kelompok yang berbeda-beda.
d.      Menginterpretasikan makna pola perilaku anggota kelompok pada waktunya sehingga peserta terdorong untuk memperdalam eksplorasi dirinya dan mencari alternatif tingkah laku baru.
e.       Menyadari faktor-faktor terapetik yang dapat membantu mengubah pikiran, sikap, perasaan dan tindakan-tindakan anggota.

5.      TAHAP PENUTUPAN: Konsolidasi Dan Terminasi
Kemampuan konselor dalam tahap ini berkenaan dengan membantu anggota dalam mentransfer apa yang telah mereka pelajari di dalam kelompok untuk dapat diterapkan di luar dalam kehidupan sehari-hari. Konsolidasi belajar dilakukan bersamaan dengan terminasi yaitu merangkum tahapan atau kegiatan kelompok  dan hasil akhir yang dicapai bersama, mengintegrasikan dan mengiterpretasikan pengalaman kelompok.
Karakteristik tahap penutupan
Karakteristik tahap ini adalah sebagai berikut.
a.       Ada perasaan enggan berpisah dengan anggota lain.
b.      Intensitas partisipasi peserta dalam kegiatan kelompok menurun atau berkurang.
c.       Anggota telah memutuskan untuk belajar mencoba perilaku baru.
d.      Anggota saling mengekspresikan harapannya dan kepeduliannya terhadap perubahan yang dicapai oleh satu sama lain.
e.       Mereka membicarakan rencana-rencana tertentu yang dapat mendorong mereka merancang perubahan konkret.

Fungsi Anggota dan Masalah yang mungkin timbul
Tugas utama yang dihadapi oleh anggota kelompok dalam tahap ini adalah mengkonsolidasikan  belajar dan transfer dari  apa yang telah dipelajari dalam kelompok pada kehidupan sehari-hari. Para anggota harus mereviu proses dan hasil-hasil yang dicapai selama kegiatan kelompoknya dalam suatu kerangka kognitif yang bermakna. Mereka juga harus terus menerapkan tingkah laku baru dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a.       Mengatasi pikiran dan masalah yang terkait dengan perpisahan dengan anggota kelompok.
b.      Menyelesaikan persoalan yang tidak selesai dipecahkan dalam kelompok yang terkait dengan anggota kelompok yang lain.
c.       Membuat keputusan dan rencana-rencana menggeneralisasikan apa yang telah dipelajarinya dalam konseling kelompok ke dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Mengidentifikasi cara me-reinforcement dirinya sehingga dia dapat terus berkembang
e.       Menggali cara-cara bertemu yang konstruktif setelah konseling kelompok usai.
f.       Mengevaluasi dampak pengalaman kelompok.
Masalah yang mungkin timbul pada tahap ini antara lain  para anggota menghindar untuk mereviu pengalaman  ke dalam suatu kerangka pemikiran tertentu, sehingga pembelajaran mereka terbatas sampai di situ. Selain itu anggota  memandang tahap penutupan sebagai hal yang berlalu begitu saja tidak dijadikan  sebagai momentum untuk menumbuh-kembangkan dirinya lebih lanjut.
Fungsi Konselor
Tugas utama konselor pada tahap ini adalah mendorong partisipan untuk mengklarifikasi makna pengalaman mereka di dalam konseling kelompok dan membantu mereka menggeneralisasikan lesson learned  dari kelompok pada kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu konselor harus fokus pada tugas-tugas sebagai berikut.
a.       Memberikan penguatan (reinforcement) perubahan perilaku yang telah dilakukan oleh anggota dan menjamin bahwa anggota kelompok memiliki informasi tentang sumber-sumber yang dapat membuat mereka melakukan perubahan lebih lanjut.
b.      Membantu anggota kelompok membuat keputusan bagaimana dia menerapkan keterampilan spesifik (baru) di dalam berbagai situasi kehidupan mereka, termasuk membantu mereka dalam mengembangkan kontrak spesifik dan rencana tindakan yang tertuju pada perubahan yang diharapkan.
c.       Membantu anggota kelompok mengembangkan kerangka kerja konseptual yang akan membantu mereka memahami, mengintegrasikan, mengkonsolidasikan dan mengingat  apa yang telah dipelajari di dalam kelompok.
d.      Menciptakan anggota kelompok membuat rencana pasca konseling untuk digunakan  lebih lanjut.

6.      PASCA KELOMPOK: Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap terminasi bukan tanda berakhirnya pekerjaan konselor dalam konseling kelompok melainkan konselor harus mempertimbangkan evaluasi dan tindak lanjut (evaluation and follow up). Dalam konteks ini ada sejumlah pertanyaan yang perlu diajukan: Apa tanggung jawab konselor di dalam evaluasi hasil kelompok? Bagaimana konselor dapat membantu mengevaluasi keefektifan pengalaman kelompok? Apa bentuk tindak lanjut yang harus dilakukan setelah terminasi kelompok? Apa saja pertimbangan-pertimbangan etis di dalam mengevaluasi dan menyusun prosedur tindak lanjut kelompok.
a.        Mengevaluasi Proses dan Hasil Konseling Kelompok
Evaluasi proses dan hasil adalah aspek penting yang memiliki manfaat positif bagi anggota kelompok dan konselor. Evaluasi tidak hanya dilakukan pada tahap terminasi, melainkan dalam setiap tahapan perjalanan kehidupan kelompok, termasuk kemajuan setiap individu anggota dan kelompok itu sendiri secara keseluruhan. Dalam hal ini bisa saja digunakan alat-alat ukur tertentu  untuk mengetahui perubahan sikap dan nilai yang dialami oleh konseli. Evaluasi penting dilakukan untuk mengetahui keefektifan intervensi yang dilakukan konselor dan untuk mengembangkan intervensi yang lebih baik di masa mendatang. Penilaian subyektif secara tertulis oleh anggota kelompok sendiri dapat digunakan. Penilaian subyektif ini dapat mengetahui substansi dan fokus konseling kelompok yang dianggap penting yang mempengaruhi perilakunya.

Dalam evaluasi sebaiknya meliputi evaluasi terhadap teknik-teknik yang digunakan, fungsi konselor, dampak kelompok terhadap diri anggota, serta perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota kelompok. Pertanyaan yang perlu diajukan untuk mendapatkan hal-hal tersebut adalah: Apakah kelompok memberikan pengaruh negatif terhadapmu? Bagaimana kelompok mempengaruhi Anda di dalam berhubungan dengan orang lain? Perubahan-perubahan apa yang Anda alami sejauh ini?



b.        Sesi Tindak Lanjut Kelompok
Sangat disarankan melaksanakan sesi tindak lanjut kelompok untuk mendiskusikan pengalaman kelompok dalam perspektif tertentu. Sesi ini bukan saja berguna bagi  konselor dalam menilai hasil-hasil yang dicapai kelompok, tetapi juga memberi kesempatan untuk mendapatkan suatu gambaran yang realistik tentang pengaruh kelompok terhadap masing-masing anggota.

Dalam sesi ini anggota kelompok dapat mendiskusikan upaya-upaya yang telah mereka lakukan dalam rangka mengimplementasikan hasil belajar mereka ke dalam dunia nyata. Mereka dapat melaporkan kesulitan yang dihadapi, pengalaman berbagi kebahagiaan dan pengalaman dengan orang lain, dan mengingat kembali apa yang terjadi di dalam kelompok. Saling memberikan balikan dan dukungan dalam hal ini sangat diutamakan.

Sesi ini juga dapat merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban yang dapat digunakan sebagai data untuk memaksimalkan manfaat jangka panjang dari konseling kelompok.  Sesi ini dapat menyadarkan  anggota kelompok untuk memikul tanggung jawab terhadap hasil yang dicapainya. Akhirnya sesi ini dapat membantu konselor pada kesempatan lain dalam mempertanggungjawabkan proses dan hasil layanannya.

c.         Sesi Tindak Lanjut Individual
Sesi tindak lanjut individual sangat disarankan diadakan dan mengaitkan hasil evaluasi dengan data individual tentang sikap, nilai, keyakinan-keyakinan, kebiasaan-kebiasaan dan penyesuaian diri siswa. Oleh sebab itu data tentang siswa harus diadministrasikan dengan sangat baik. Sesi ini dilakukan dengan wawancara individual selama 10-20 menit untuk mengetahui apakah konseling kelompok  telah membantu mencapai tujuan-tujuan spesifik pribadi konseli. Sesi ini dapat memberi kesan mendalam kepada konseli betapa perhatian dan pedulinya konslor terhadap perkembangan dirinya. Tidak tertutup kemungkinan dengan sesi ini dapat diketahui perlunya suatu layanan referal kepada individu tertentu.











3.      Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING KELOMPOK


A.     PRA GROUP
Ø Deskripsi Kasus


1.      Nama
:
Andini,  Atik, Dadan F., Diar Y., Iis K., Ikmal F
2.      Kelas
:
XI IPA 4
3.      Data Hasil Assmn.
:

Nama
Data Hasil Asesmen
Andini
Ø ATP
-  Terendah : Wawasan dan persiapan karir (4.167: SDI)
-  Tertinggi: Penerimaan diri dan pengembangannya (5,167: SAK)
Ø IMS
-  Tak mampu mengatur jadwal kegiatan sehari-hari
-  Minder dengan teman di kelas
-  Memiliki sifat mudah tersinggung dan sakit hati
-  Tidak mempunyai teman karib di kelas
-  Merasa sukar menyesuaikan diri dengan orang lain
-  Merasa selalu diremehkan oleh teman
-  Takut bertanya/menjawab di kelas
-  Tidak semangat belajar karena fasilitasnya kurang memadai
-  Orang tua tidak menghendaki saya sekolah di sekolah ini
-  Bingung belum memiliki cita-cita
-  Ragu pada tercapainya cita-cita karena orang tua tidak sejalan
-  Sering murung dan merasa tidak bahagia
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Dilanda ketakutan akibat pernah melanggar norma agama
-  Tidak semangat karena orang yang saya cintai ternyata mencintai orang lain
-  Merasa diri sebagai orang yang mudah dipengaruhi oleh teman atau orang lain
-  Tidak bisa belajar di rumah karena harus membantu orang tua
-  Merasakan ada mata pelajaran yang sulit dipelajari
-  Didiamkan orang tua karena beda pendapat
-  Dicintai orang yang tidak saya cintai
-  Kurang semangat belajar karena orang tua tidak membelikan sesuatu yang pernah dijanjikan
Ø Sosiometri
-  Untuk kategori belajar ada 1 yang memilih yaitu Nur Hidayat
-  Untuk kategori bermain tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
-  IQ = 104 (Rata-rata+)
-  Kepribadian: Sistematika kerja (Kurang)
Ø Demografi
-  Anak ke 2 dari 2 bersaudara
-  Pekerjaan ibu PNS, ayahnya karyawan swasta
-  Tinggal bersama kakek, karena orang tua di Jakarta
Ø Angket Terbuka
-  Bingung antara mengikuti keinginan orang tua atau dirinya, dalam hal profesi guru, bidan, wanita karir atau ibu rumah tangga
-  Membahagiakan orang tua adalah hal yang utama
Atik
Ø ATP
-  Terendah berada pada aspek Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga (4: SDI)
Ø IMS
-  Memiliki sifat mudah tersinggung dan sakit hati
-  Cinta saya tidak ditanggapi oleh orang yang saya cintai
-  Tidak semangat belajar karena fasilitasnya kurang memadai
-  Ragu pada tercapainya cita-cita karena orang tua tidak sejalan
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Merasakan ada mata pelajaran yang sulit dipelajari
Ø Sosiometri
-  Tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
-  IQ = 104 (Rata-rata+)
-  Kepribadian: kurang pada aspek sosialisasi, kepemimpinan dan kreativitas. Tetapi Baik dalam motivasi kerja.
Ø Demografi
-  Pekerjaan orang tua Wiraswasta
Ø Angket Terbuka
-  Ketika belajar kurang konsentrasi
-  Kesulitan ingin menghilangkan kebiasaan mengoperasikan HP
-  Ingin mengejar cita-cita sebagai polisi
Dadan F.
Ø ATP
-  Terendah ada pada aspek Kematangan Emosional dan Wawasan dan Persiapan Karir (4,167)
Ø IMS
-  Cinta saya tidak ditanggapi
-  Merasa diremehkan oleh teman
-  Takut bertanya/menjawab di kelas
-  Tidak memiliki kamar belajar di rumah
-  Merasa sebagai anak yang paling bodoh di kelas
-  Bingung belum memiliki cita-cita
-  Sering gagal dan mudah patah semangat
-  Ada mapel yang sulit dipelajari
-  Dicintai orang yang tidak saya cintai
Ø Sosiometri
-  Baik dalam kategori belajar ataupun bermain tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
-  IQ = 115 (Cerdas)
-  Kepribadian: sosialisasi berkategori Kurang, yang lainnya Cukup
-  Bakatnya berada pada kategori Cukup, kecuali Logika abstrak berkategori Baik
Ø Demografi
-  Wiraswasta adalah pekerjaan ayah
Ø Angket Terbuka
-  Pulang sekolah sering sore, karena beraktivitas dulu di organisasi atau kadang mengerjakan tugas, main gitar. Bila pulang tepat waktu suka teringat sama orang yang pernah menyakiti dan berusaha melampiaskannya ke hal yang positif. Tapi masyarakat menganggap pacaran dulu, bagaimana caranya meyakinkan mereka?
Diar Y
Ø ATP
-  Terendah pada aspek Kesadaran Tanggung jawab
Ø IMS
-  Takut bertanya/menjawab di kelas
-  Tidak semangat belajar karena fasilitasnya kurang memadai
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Dilanda ketakutan akibat pernah melanggar norma agama
-  Merasakan ada mapel yang sulit dipelajari
-  Ingin melanjutkan sekolah, tapi orang tua menghendaki untuk bekerja
-  Dicintai orang yang tidak saya cintai
-  Kurang semangat belajar karena orang tua tidak membelikan sesuatu yang pernah dijanjikan
Ø Sosiometri
-  Tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
Ø Demografi
-  Pekerjaan Ayah adalah buruh
Ø Angket Terbuka
-  Belum bisa mempergunakan waktu dengan baik
-  Bingung memilih antara karir polisi atau dokter
-  Ingin belajar hemat
-  Ingin memperkokoh ilmu agama
-  Ingin bisa mengontrol emosi dan hawa nafsu
-  Belum bisa belajar dengan baik di sekolah
Iis K.
Ø ATP
-  Rendah pada Landasan Hidup Religius (4)
Ø IMS
-  Tidak semangat belajar karena fasilitas kurang memadai
-  Bingung belum memiliki cita-cita
-  Pesimis melanjutkan karena biaya sekolah mahal
-  Dilanda ketakutan karena pernah melanggar norm agama
-  Merasakan ada mapel yang sulit dipelajari
-  Punya teman yang suka merusak fasilitas saya
-  Bingung antara membantu orang tua dahulu atau terlambat ke sekolah
Ø Sosiometri
-  Untuk belajar dipilih oleh 2 orang, Ajeng dan Rian. Sedangakan untuk bermain tidak ada yang memilih
Ø Psikotes
-  IQ = 119 (Cerdas)
-  Bakat Logika Abstraknya Baik Sekali. Kemampuan bahasa, verbal dan non verbalnya Baik.
-  Kepribadiannya Kurang dalam hal Kepemimpinan, Kestabilan Emosi dan Kreativitasnya. Yang lainnya Cukup.
Ø Demografi
Iis  tinggal bersama ibunya yang single parent. Ia merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara beda ibu.
Ikmal F
Ø ATP
-  Rendah pada aspek Kematangan Intelektual (3,833).
-  Tinggi di Landasan Hidup Religius dan Peran social sebagi pria atau wanita (5,667)
Ø IMS
-  Memiliki sifat mudah tersinggung dan sakit hati
-  Cinta tidak ditanggapi
-  Tidak mempunyai teman akrab di kelas
-  Merasa selalu diremehkan oleh teman (kondisi jasmani)
-  Dikucilkan oleh teman sekelas
-  Tidak memiliki kamar belajar di rumah
-  Bingung belummemiliki cita-cita
-  Pesimis untuk melanjutkan karena biaya sekolah mahal
-  Sering murung dan merasa tidak bahagia
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Sering terlambat masuk sekolah sehingga menjadi malas belajar
-  Merasakan ada mapel yang sulit dipelajari
-  Ingin melanjutkan, tapi orang tua menghendaki untuk bekerja
Ø Sosiometri
-  Untuk Belajar di pilih oleh Anggit, sedangkan untuk bermain tidak ada yang memilih
Ø Psikotes
-  IQ = 119 (Cerdas)
-  Bakatnya dalam Logika Abstrak Baik Sekali. Sedangkan untuk kemampuan berhitung, Kemampuan Verbal dan Non Verbalnya tergolong Baik.
-  Kepribadiannya yang kurang dalam Sistematika Kerja, yang lainnya Cukup
Ø Demografi
Ayahnya seorang buruh tani, dan ia merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara.
Ø  Gejala masalah
:
Dari hasil sosiometri, mereka anak-anak yang terisolir di kelas.

Ø  Inti Masalah
:
Kurang peduli terhadap lingkungan kelasnya
Ø  Diagnostik
:
Masalah ini kemungkinan terjadi karena mereka kurang memperdulikan teman-teman sekelasnya, sehingga mereka tidak memiliki teman akrab di kelas. Hal ini terjadi kemungkinan mereka sudah merasa mampu sendiri dalam melakukan sesuatu, sehingga tidak membutuhkan bantuan teman lainnya.
Ø  Prognostik
:
Penanganan yang mungkin dapat diberikan adalah merubah persepsi mereka yang iirasional menjadi lebih rasional yaitu mereka adalah makhluk social sehingga pasti saling membutuhkan walaupun bukan berarti harus tergantung pada orang lain.
Ø  Treatment
:
Pendekatan yang digunakan adalah REBT
Konsep Pokok: Teori A-B-C menjelaskan hubungan antara  kepribadian dan gangguan emosional dan perilaku. C (Consequence: akibat), muncul sesudah ada sitimulus yang menggerakan yang terjadi pada titik A (Activating : menggerakkan), dalam hal ini A bukan peristiwa itu sendiri yang menyebabkan timbulnya emosi (C) meskipun A itu dapat memberi kontribusi terhadap C, namun yang dapat menciptakan C itu sesungguhnya adalah bukan A melainkan adalah B (Belief system : sistem keyakinan) atau sistem keyakinan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan.
Tujuan utama: agar konseli  memiliki dasar pemikiran filsafat hidup yang rasional dan sehat sehingga dapat mengendalikan emosi dan perilakunya secara efektif.
Fokus Konseling: Penataan kembali kognisi, dimana konselor secara konsisten menyerang pemikiran, asumsi, kesimpulan dan sikap-sikap yang tidak logis dan tidak konsisten baik secara verbal maupun non-verbal; Melatihkan perilaku baru yang efektif, yang berbeda dengan perilaku lama
Indikator Konseli sembuh: Memiliki komitmen untuk selalu mempraktekkan perilaku baru yang rasional, Berbuat sesuai dengan wawasan yang diperoleh dari konseling, Mengambil resiko atas perilaku barunya
Percaya diri dan bertanggung jawab atas  perilaku baru, Pikiran jadi kendali atas perasaan dan emosinya



B. PEMBUKAAN
:

1.      Awal
Ø  Pembukaan
:
Praktikan menyambut kedatangan para siswa dengan senang hati dan mempersilahkan mereka untuk duduk di tempat yang telah disediakan
Ø  Pernyataan tujuan
:
Praktikan menjelaskan tujuan dari konseling kelompok yang akan dilakukan, yaitu untuk menyelesaikan masalah yang mereka mereka hadapi bersama-sama
Ø  Penjelasan langkah-langkah  :
1)      Praktikan menjelaskan tentang konsep ABC
2)      Praktikan menjelaskan bahwa siswa akan diminta mengungkapkan semua permasalahannya satu persatu
3)      Praktikan dan siswa bersepakat masalah siapa dulu yang akan dibahas
4)      Praktikan meminta setiap siswa untuk saling menanggapi/memberikan masukan/pendapat kepada temannya yang masalahnya sedang dibahas
5)      Dari masukan/pendapat teman-temannya tersebut, Praktikan memfasilitasi siswa untuk dapat merubah pikirannya yang irrasional menjadi rasional
Ø  Pembentukan kelompok
:
Praktikan mengajak siswa untuk berkomitmen saling jujur dan dapat saling percaya untuk merahasiakan masalah yang dialami teman-teman sekelompoknya.
Ø  Konsolidasi
:
Praktikan memastikan siswa memahami fungsi, peran dan tugas yang harus dikerjakannya.



C. TRANSISI


a.      Sorming
:
Praktikan memfasilitasi kelompok mengungkapkan hal-hal yang belum mereka pahami, seperti “bagaimana ada yang mau ditanyakan?”
b.      Norming
:
Apabila semuanya sudah mengerti, maka Praktikan mengulas sedikit hal-hal yang harus mereka lakukan lalu masuk ke tahap kerja, tapi bila ada yang belum mengerti, maka Praktikan menjelaskan kembali hal-hal yang harus mereka lakukan, setelah mengerti baru masuk ke tahap kerja.

D. PENANGANAN
:
(Tahap Kerja)
1)      Praktikan memimpin do’a terlebih dahulu
2)      Praktikan meminta siswa satu persatu mengungkapkan masalah yang mereka alami secara bergiliran
3)      Praktikan meminta kesepakatan siswa, masalah siapa yang akan dibahas terlebih dahulu
4)      Praktikan meminta setiap siswa memberi masukan/pendapat pada masalah temannya yang sedang dibahas
5)      Praktikan meminta siswa untuk membuat program bagaimana cara mereka merubah persepsi mereka
6)      Praktikan meminta pendapat siswa mengenai kebermanfaatan program yang mereka buat
7)      Praktikan meminta kesepakatan siswa untuk melaksanakan program manajemen diri yang telah dibuat
8)      Praktikan meminta kepada setiap siswa untuk saling mengobservasi keterlaksanaan program perubahan persepsi dalam kehidupan kesehariannya

A.    PENUTUPAN
:

a.      Refleksi umum
:
Praktikan mengajak siswa untuk melakukan review mengenai proses konseling kelompok yang telah dilakukan. Mereka diminta untuk mengungkapkakn makna yang dapat mereka ambil dari proses konseling kelompok bagi dirinya.
b.      Tindak lanjut
:
Praktikan memberi penguatan kepada siswa untuk merealisasikan program manajemen diri pada kehidupannya sehari-hari, agar hidupnya lebih efektif sehingga diharapkan masa depannya menjadi cerah
c.       Penutup
:
1.      Praktikan  mengucapkan terima kasih
2.      Praktikan membuat kesepakatan pertemuan selanjutnya
3.      Praktikan menutup sesi konseling dan memimpin do’a dan mengucapkan salam



A.    POST GROUP

Praktikan melakukan evaluasi, mencatat laporan dan tindak lanjut

Banjar,   Oktober 2014
Perencana Layanan


Deti Haryati


Laporan Konseling Kelompok
Deskripsi Karakteristk Siswa
1.  Nama
:
Anggi,  Atik, Dadan F., Diar Y., Iis K., Ikmal F
1.       Kelas
:
XI IPA 4
2.      Data Hasil Assm
:

Nama
Data Hasil Asesmen
Anggi
Ø ATP
-  Terendah : Wawasan dan persiapan karir (4.167: SDI)
-  Tertinggi: Penerimaan diri dan pengembangannya (5,167: SAK)
Ø IMS
-  Tak mampu mengatur jadwal kegiatan sehari-hari
-  Minder dengan teman di kelas
-  Memiliki sifat mudah tersinggung dan sakit hati
-  Tidak mempunyai teman karib di kelas
-  Merasa sukar menyesuaikan diri dengan orang lain
-  Merasa selalu diremehkan oleh teman
-  Takut bertanya/menjawab di kelas
-  Tidak semangat belajar karena fasilitasnya kurang memadai
-  Orang tua tidak menghendaki saya sekolah di sekolah ini
-  Bingung belum memiliki cita-cita
-  Ragu pada tercapainya cita-cita karena orang tua tidak sejalan
-  Sering murung dan merasa tidak bahagia
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Dilanda ketakutan akibat pernah melanggar norma agama
-  Tidak semangat karena orang yang saya cintai ternyata mencintai orang lain
-  Merasa diri sebagai orang yang mudah dipengaruhi oleh teman atau orang lain
-  Tidak bisa belajar di rumah karena harus membantu orang tua
-  Merasakan ada mata pelajaran yang sulit dipelajari
-  Didiamkan orang tua karena beda pendapat
-  Dicintai orang yang tidak saya cintai
-  Kurang semangat belajar karena orang tua tidak membelikan sesuatu yang pernah dijanjikan
Ø Sosiometri
-  Untuk kategori belajar ada 1 yang memilih yaitu Nur Hidayat
-  Untuk kategori bermain tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
-  IQ = 104 (Rata-rata+)
-  Kepribadian: Sistematika kerja (Kurang)
Ø Demografi
-  Anak ke 2 dari 2 bersaudara
-  Pekerjaan ibu PNS, ayahnya karyawan swasta
-  Tinggal bersama kakek, karena orang tua di Jakarta
Ø Angket Terbuka
-  Bingung antara mengikuti keinginan orang tua atau dirinya, dalam hal profesi guru, bidan, wanita karir atau ibu rumah tangga
-  Membahagiakan orang tua adalah hal yang utama
Atik
Ø ATP
-  Terendah berada pada aspek Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga (4: SDI)
Ø IMS
-  Memiliki sifat mudah tersinggung dan sakit hati
-  Cinta saya tidak ditanggapi oleh orang yang saya cintai
-  Tidak semangat belajar karena fasilitasnya kurang memadai
-  Ragu pada tercapainya cita-cita karena orang tua tidak sejalan
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Merasakan ada mata pelajaran yang sulit dipelajari
Ø Sosiometri
-  Tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
-  IQ = 104 (Rata-rata+)
-  Kepribadian: kurang pada aspek sosialisasi, kepemimpinan dan kreativitas. Tetapi Baik dalam motivasi kerja.
Ø Demografi
-  Pekerjaan orang tua Wiraswasta
Ø Angket Terbuka
-  Ketika belajar kurang konsentrasi
-  Kesulitan ingin menghilangkan kebiasaan mengoperasikan HP
-  Ingin mengejar cita-cita sebagai polisi
Dadan F.
Ø ATP
-  Terendah ada pada aspek Kematangan Emosional dan Wawasan dan Persiapan Karir (4,167)
Ø IMS
-  Cinta saya tidak ditanggapi
-  Merasa diremehkan oleh teman
-  Takut bertanya/menjawab di kelas
-  Tidak memiliki kamar belajar di rumah
-  Merasa sebagai anak yang paling bodoh di kelas
-  Bingung belum memiliki cita-cita
-  Sering gagal dan mudah patah semangat
-  Ada mapel yang sulit dipelajari
-  Dicintai orang yang tidak saya cintai
Ø Sosiometri
-  Baik dalam kategori belajar ataupun bermain tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
-  IQ = 115 (Cerdas)
-  Kepribadian: sosialisasi berkategori Kurang, yang lainnya Cukup
-  Bakatnya berada pada kategori Cukup, kecuali Logika abstrak berkategori Baik
Ø Demografi
-  Wiraswasta adalah pekerjaan ayah
Ø Angket Terbuka
-  Pulang sekolah sering sore, karena beraktivitas dulu di organisasi atau kadang mengerjakan tugas, main gitar. Bila pulang tepat waktu suka teringat sama orang yang pernah menyakiti dan berusaha melampiaskannya ke hal yang positif. Tapi masyarakat menganggap pacaran dulu, bagaimana caranya meyakinkan mereka?
Diar Y
Ø ATP
-  Terendah pada aspek Kesadaran Tanggung jawab
Ø IMS
-  Takut bertanya/menjawab di kelas
-  Tidak semangat belajar karena fasilitasnya kurang memadai
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Dilanda ketakutan akibat pernah melanggar norma agama
-  Merasakan ada mapel yang sulit dipelajari
-  Ingin melanjutkan sekolah, tapi orang tua menghendaki untuk bekerja
-  Dicintai orang yang tidak saya cintai
-  Kurang semangat belajar karena orang tua tidak membelikan sesuatu yang pernah dijanjikan
Ø Sosiometri
-  Tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
Ø Demografi
-  Pekerjaan Ayah adalah buruh
Ø Angket Terbuka
-  Belum bisa mempergunakan waktu dengan baik
-  Bingung memilih antara karir polisi atau dokter
-  Ingin belajar hemat
-  Ingin memperkokoh ilmu agama
-  Ingin bisa mengontrol emosi dan hawa nafsu
-  Belum bisa belajar dengan baik di sekolah
Iis K.
Ø ATP
-  Rendah pada Landasan Hidup Religius (4)
Ø IMS
-  Tidak semangat belajar karena fasilitas kurang memadai
-  Bingung belum memiliki cita-cita
-  Pesimis melanjutkan karena biaya sekolah mahal
-  Dilanda ketakutan karena pernah melanggar norm agama
-  Merasakan ada mapel yang sulit dipelajari
-  Punya teman yang suka merusak fasilitas saya
-  Bingung antara membantu orang tua dahulu atau terlambat ke sekolah
Ø Sosiometri
-  Untuk belajar dipilih oleh 2 orang, Ajeng dan Rian. Sedangakan untuk bermain tidak ada yang memilih
Ø Psikotes
-  IQ = 119 (Cerdas)
-  Bakat Logika Abstraknya Baik Sekali. Kemampuan bahasa, verbal dan non verbalnya Baik.
-  Kepribadiannya Kurang dalam hal Kepemimpinan, Kestabilan Emosi dan Kreativitasnya. Yang lainnya Cukup.
Ø Demografi
Iis  tinggal bersama ibunya yang single parent. Ia merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara beda ibu.
Ikmal F
Ø ATP
-  Rendah pada aspek Kematangan Intelektual (3,833).
-  Tinggi di Landasan Hidup Religius dan Peran social sebagi pria atau wanita (5,667)
Ø IMS
-  Memiliki sifat mudah tersinggung dan sakit hati
-  Cinta tidak ditanggapi
-  Tidak mempunyai teman akrab di kelas
-  Merasa selalu diremehkan oleh teman (kondisi jasmani)
-  Dikucilkan oleh teman sekelas
-  Tidak memiliki kamar belajar di rumah
-  Bingung belummemiliki cita-cita
-  Pesimis untuk melanjutkan karena biaya sekolah mahal
-  Sering murung dan merasa tidak bahagia
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Sering terlambat masuk sekolah sehingga menjadi malas belajar
-  Merasakan ada mapel yang sulit dipelajari
-  Ingin melanjutkan, tapi orang tua menghendaki untuk bekerja
Ø Sosiometri
-  Untuk Belajar di pilih oleh Anggit, sedangkan untuk bermain tidak ada yang memilih
Ø Psikotes
-  IQ = 119 (Cerdas)
-  Bakatnya dalam Logika Abstrak Baik Sekali. Sedangkan untuk kemampuan berhitung, Kemampuan Verbal dan Non Verbalnya tergolong Baik.
-  Kepribadiannya yang kurang dalam Sistematika Kerja, yang lainnya Cukup
Ø Demografi
Ayahnya seorang buruh tani, dan ia merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara.

Sikap, aktivitas dan prestasi belajar di kelasnya
Mereka merupakan siswa-siswi yang pintar. Mereka kebanyakan berada di rangking 10 besar. Tapi mereka tidak memiliki teman akrab di kelasnya. Bahkan dari hasil sosiometri, mereka cenderung terisolir.

Isu/masalah/kepedulian yang diekspresikan oleh siswa sebagai pribadi
Ø  Mereka kurang peduli pada teman sekelas mereka. Mereka cenderung menyendiri dankurang bergabung dengan teman-teman kelasnya.

Konseptualisasi
Siswa yang memiliki masalah-masalah tersebut di atas, diperkirakan harus dibantu dengan menggunakan pendekatan REBT. Konsep Pokok: Teori A-B-C menjelaskan hubungan antara  kepribadian dan gangguan emosional dan perilaku. C (Consequence: akibat), muncul sesudah ada sitimulus yang menggerakan yang terjadi pada titik A (Activating : menggerakkan), dalam hal ini A bukan peristiwa itu sendiri yang menyebabkan timbulnya emosi (C) meskipun A itu dapat memberi kontribusi terhadap C, namun yang dapat menciptakan C itu sesungguhnya adalah bukan A melainkan adalah B (Belief system : sistem keyakinan) atau sistem keyakinan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan.
Tujuan utama: agar konseli  memiliki dasar pemikiran filsafat hidup yang rasional dan sehat sehingga dapat mengendalikan emosi dan perilakunya secara efektif.
Fokus Konseling: Penataan kembali kognisi, dimana konselor secara konsisten menyerang pemikiran, asumsi, kesimpulan dan sikap-sikap yang tidak logis dan tidak konsisten baik secara verbal maupun non-verbal; Melatihkan perilaku baru yang efektif, yang berbeda dengan perilaku lama
Indikator Konseli sembuh: Memiliki komitmen untuk selalu mempraktekkan perilaku baru yang rasional, Berbuat sesuai dengan wawasan yang diperoleh dari konseling, Mengambil resiko atas perilaku barunya, Percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku baru, Pikiran jadi kendali atas perasaan dan emosinya

Proses Koseling
 PEMBUKAAN
:

Awal
Ø  Pembukaan
:
Praktikan menyambut kedatangan para siswa dengan senang hati dan mempersilahkan mereka untuk duduk di tempat yang telah disediakan
Ø  Pernyataan tujuan
:
Praktikan menjelaskan tujuan dari konseling kelompok yang akan dilakukan, yaitu untuk menyelesaikan masalah yang mereka mereka hadapi bersama-sama
Ø  Penjelasan langkah-langkah  :
-   Praktikan menjelaskan tentang konsep ABC
-   Praktikan menjelaskan bahwa siswa akan diminta mengungkapkan semua permasalahannya satu persatu
-   Praktikan dan siswa bersepakat masalah siapa dulu yang akan dibahas
-   Praktikan meminta setiap siswa untuk saling menanggapi/memberikan masukan/pendapat kepada temannya yang masalahnya sedang dibahas
-   Dari masukan/pendapat teman-temannya tersebut, Praktikan memfasilitasi siswa untuk dapat merubah pikirannya yang irrasional menjadi rasional
Ø  Pembentukan kelompok
:
Praktikan mengajak siswa untuk berkomitmen saling jujur dan dapat saling percaya untuk merahasiakan masalah yang dialami teman-teman sekelompoknya.
Ø  Konsolidasi
:
Praktikan memastikan siswa memahami fungsi, peran dan tugas yang harus dikerjakannya.



TRANSISI


Ø  Sorming
:
Praktikan memfasilitasi kelompok mengungkapkan hal-hal yang belum mereka pahami, seperti “bagaimana ada yang mau ditanyakan?”
Ø  Norming
:
Apabila semuanya sudah mengerti, maka Praktikan mengulas sedikit hal-hal yang harus mereka lakukan lalu masuk ke tahap kerja, tapi bila ada yang belum mengerti, maka Praktikan menjelaskan kembali hal-hal yang harus mereka lakukan, setelah mengerti baru masuk ke tahap kerja.

PENANGANAN
:
(Tahap Kerja)
-    Praktikan memimpin do’a terlebih dahulu
-    Praktikan meminta siswa satu persatu mengungkapkan masalah yang mereka alami secara bergiliran
-    Praktikan meminta kesepakatan siswa, masalah siapa yang akan dibahas terlebih dahulu
-    Praktikan meminta setiap siswa memberi masukan/pendapat pada masalah temannya yang sedang dibahas
-    Praktikan meminta siswa untuk membuat program bagaimana cara mereka merubah persepsi mereka
-    Praktikan meminta pendapat siswa mengenai kebermanfaatan program yang mereka buat
-    Praktikan meminta kesepakatan siswa untuk melaksanakan program manajemen diri yang telah dibuat
-    Praktikan meminta kepada setiap siswa untuk saling mengobservasi keterlaksanaan program perubahan persepsi dalam kehidupan kesehariannya

PENUTUPAN
:

Ø  Refleksi umum
:
Praktikan mengajak siswa untuk melakukan review mengenai proses konseling kelompok yang telah dilakukan. Mereka diminta untuk mengungkapkakn makna yang dapat mereka ambil dari proses konseling kelompok bagi dirinya.
Ø  Tindak lanjut
:
Praktikan memberi penguatan kepada siswa untuk merealisasikan program manajemen diri pada kehidupannya sehari-hari, agar hidupnya lebih efektif sehingga diharapkan masa depannya menjadi cerah
Ø  Penutup
:
-    Praktikan  mengucapkan terima kasih
-    Praktikan membuat kesepakatan pertemuan selanjutnya
-    Praktikan menutup sesi konseling dan memimpin do’a dan mengucapkan salam



POST GROUP

Praktikan melakukan evaluasi, mencatat laporan dan tindak lanjut


SESI PERTEMUAN 1
Hari/tgl                                    : Sabtu, 18 Januari 2014
Jam  sd. Jam                            : 10.30  s.d. 11.30
Tempat                                    : Ruang BK SMAN 1 Rancah

Kegiatan Praktikan
Praktikan mempersilahkan para siswa untuk masuk ke ruang BK dan duduk di tempat yang sudah disediakan. Praktikan mengajak siswa untuk terlibat dalam konseling yang akan dilakukan. Untuk tujuan ini, Praktikan terlebih dahulu mengemukakan tujuan diadakannya konseling kelompok. Praktikan juga memberi tahu siswa bahwa Praktikan memiliki salah satu azas yang harus di pegang teguh, yaitu azas kerahasiaan. Azas kerahasiaan ini harus dipegang teguh oleh para siswa yang terlibat dalam konseling kelompok. Praktikan pun melakukan kontrak waktu dengan mereka. Setelah siswa mengerti dan bersedia untuk mengikuti sesi konseling, maka dimulailah proses konseling.
Pada sesi ini, praktikan menerangkan terlebih dahulu konsep ABC. Hal ini dimaksudkan agar mereka mengerti bahwa sustu perilaku terjadi disebabkan adanya believe sistem yang ada pada diri manusia. Setelah mereka mengerti, praktikan meminta setiap siswa untuk mengemukakan permasalahannya. Pada tahap ini, para siswa terlibat aktif dan mau mengemukakan masalahnya. Setelah semua masalah diungkapkan, praktikan bertanya kembali pada mereka untuk memilih masalah siapa yang akan dibahas terlebih dahulu. Lalu terpilihlah masalah Iis yang akan dibahas, karena menurut mereka masalah Iis lah yang paling berat diantara masalah teman-teman yang lain.
Iis diminta mengungkapkan masalah yang dialaminya, lalu praktikan meminta teman-temannya yang lain memberi tanggapan atau masukan atau saran untuk Iis.
Praktikan meminta Iis untuk dapat menerima dan memilih serta meramu saran, tanggapan dan masukan dari teman-temannya, sehingga dari mereka Iis memiliki pencerahan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangnnya. Dan Iis diminta untuk membuat program perubahan untuk perbaikan perilaku selanjutnya.

Tindak lanjut sesi
Pada sesi selanjutnya, praktikan akan terlebih dahulu meminta Iis untuk mengungkapkan hal-hal yang sudah dilakukan dan pengaruhnya terhadap diri dan lingkungannya. Setelah itu Praktikan akan meminta pada para siswa untuk memilih masalah siapa yang akan dibahas selanjutnya. 
SESI PERTEMUAN 2
Hari/tgl                                    : Sabtu, 25 Januari 2014
Jam ------------- sd. Jam -----    : 10.00 s.d. 11.00
Tempat                                    : Ruang BK
Uraian                         :
Pada sesi ini, para siswa sudah lebih siap dan tidak kaku lagi. Praktikan meminta salah seorang dari mereka untuk memimpin do,a. selnjutnya praktikan meminta Iis untuk mengungkapkan bagaimana pengelamannya setelah melakukan konseling dan setelah menerima masukan dari teman-temannya. Iis mengatakan bahwa ia sudah mulai lebih lega dan merasa tidak sendiri, karena teman-teman dalam kelompok konseling ini merasa sangat bermakna bagi Iis.
Selanjutnya, para siswa diminta memilih masalah siapa yang akan dibahas. Terpilihnlah masalah Ikmal. Proses yang dilakukan sama seperti pada sesi pertama. Ikmal ternyata oranggya cerewet dan menurut teman-temannya ia so cari perhatian guru. Bila tugas yang lain belum dikumpulkan biar bersama-sama, Ikmal mengumpulkakn sendiri pada guru mapelnya. Hal ini membuat teman-teman sekelasnya kurang menyenanginya. Lalu praktikan meminta teman-temannya untuk memberi masukan pada Ikmal, dan praktikan meminta Ikmal meramu, menganalisis dan menginternalisasikan masukan-masukan tersebut kedalam dirinya. Waktu masih tersisa sewaktu membahas Ikmal, selanjutnya terpilihlah masalah Atik yang dibahas. Prosespun yang dilakukan sama. Ternyata Atik terlalu ketergantungan terhadap HPnya. Sehingga ia cenderung kurang peduli lagi pada lingkungnnya. Proses pun dilakukan sama seperti sebelumnya.
Tindak lanjut sesi
Pada sesi selanjutnya, akan mengevaluasi terlebih dahulu masalah Akmal dan Atik. Selanjutnya akan dibahas pula masalah siswa yang lainnya.
SESI  PERTEMUAN 3
Hari/tgl                                    : Sabtu, 1 Februari 2014
Jam ------------- sd. Jam ------: 10.00 s.d. 11.00
Tempat                                    : Ruang BK
Uraian                         :
Pada pertemuan ini, suasana sudah benar-benar sangat familiar. Dadan tanpa diminta lagi, ia berinisiatif untuk memimpin do’a. Seperti biasa, praktikan meminta para siswa memilih masalah selanjutnya yang akan dibahas. Pada tahap ini, ternyata mereka sudah mendapat pencerahan dari masalah-masalah temannya terdahulu, sehingga mereka sudah dapat berinitiating. Jadi, pada tahap ini praktikan meminta para siswa yang tersisa untuk membuat program perubahan perilaku dan mereka sudah dapat melakukan itu.
Pada sesi ini, praktikan memotivasi mereka untuk dapat melaksanakan program mereka dan menjadikan hidup mereka lebih baik.
E.     PENUTUP
Demikian makalah ini dibuat semoga dapat menjadi salah satu motivasi untuk kita sebagai guru BK disekolah untuk melaksanakan konseling kelompok yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.Karna untuk memandu konseling kelompok secara efektif di sekolah konselor professional perlu memiliki keterampilan-keterampilan yang berkenaan dengan empat dimensi konseling kelompok disekolah yaitu:
a.       Guru BK harus memiliki pengetahuan tentang hubungan antara teori perkembangan dengan teori konseling,
b.      Guru BK harus memiliki pengetahuan ttg topic atau materi kelompok,
c.       Guru BK harus memahami dinamika kelompok,
d.      Guru BK harus memahami factor-faktor kontekstual yang mempengaruhi makna dari prilaku siswa.






4.       











KONSELING KELOMPOK


A.    PENDAHULUAN
Layanan konseling kelompok (KKp) yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami sesuai dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui dinamika kelompok.Konseling kelompok juga didefinisikan layanan konseling yang  mengikutkan sejumlah peserta dalam  bentuk kelompok dengan konselor sebagai pemimpin kelompoknya untuk membahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok melalui dinamika kelompok.
 “Konseling untuk semua siswa” Prinsip ini dapat diimplementasikan hanya jika konselor menggunakan  konseling kelompok. Dengan layanan konseling individual konselor tidak dapat memenuhi prinsip ini, terlebih bagi konselor yang bebannya overloaded. Konseling kelompok adalah suatu bentuk intervensi terapetik yang multi fungsi, bukan hanya memiliki fungsi kuratif, tetapi juga preventif dan promotif. Mengapa demikian? Karena di dalam kelompok (jamaah) ada sejumlah hikmah yang disebut sebagai therapeutic factors (Corey, 2008).  Faktor terapetik  ini mesti disadari dan dimanfaatkan oleh konselor di dalam membantu setiap anggota kelompok. Faktor-faktor yang memiliki daya menyembuhkan (curative force) kepada anggota kelompok meliputi: sikap percaya dan penerimaan (trust and acceptance), empati dan kepedulian (empathy and caring), keakraban (intimacy), harapan (hope), kebebasan untuk mencoba cara baru (freedom to experiment), mencurahkan perasaan (catharsis), penataan kembali berpikir (cognitive restructuring) komitmen untuk berubah (commitment to change), membuka diri (self-disclosure), konfrontasi  (confrontation), balikan dan komentar (feedback and commentary).
Untuk memahami peranan konseling kelompok di sekolah,konselor sekolah professional pertama-tama perlu memahami terlebih dahulu program konseling  sekolah secara komprehensif.Tujuan dari program konseling komprehensif sekolah adalah untukmempromosikan kesuksesan akademik dengan cara mendukung  dan memenuhi kebutuhan akademik,karir serta perkembangan social dan pribadi seluruh siswa.Kebutuhan ini diidentifikasi melalui asesmen yang sistematis terhadap seluruh konstitusi dalamkomunitas sekolah.Dari kebutuhan yang telah teridentifikasi itu tujuan dapat diformulasikan dan kompetensi dapat dikembangkan.
Yang terjadi dilapangan banyak konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling disekolah kurang memahaminya,sehingga kegiatan konseling kelompok jarang dilaksanakan.Atau kadang yang terjadi adalah menyelesaikan masalah yang dialami oleh banyak siswa hanya dilakukan secara diskusi biasa.Oleh Karen itu penulis memandang perlu membuat makalah ini untuk dijadikan gambaran bagaimana pelaksanaan konseling kelompok yang baik.

B.     TUJUAN
1.      Memfasilitasi Guru BK Memahami manfaat Konseling Kelompok
2.      Memfasilitasi Guru BK Mengetahui Langkah-langkah Konseling Kelompok
3.      Memfasilitasi Guru BK Membuat RPLBK-K
4.      Memfasilitasi Guru BK melaksanakan Konseling Kelompok

C.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apa Tujuan dan manfaat dari konseling kelompok yang dilakukan di sekolah
2.      Tahapan-tahapan  apa saja yang dilakukan oleh konselor dalam konseling kelompok
3.      Bagaimana  cara membuat RPLK-K

D.    PENYELESAIAN MASALAH
1.      Tujuan dan Manfaat Konseling Kelompok
a.       Tujuan Konseling Kelompok
Tujuan Umum layanan Konseling kelompok adalah terkembangnya kemampuan sosialisasi siswa,khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan.
Tujuan khusus melalui layanan konseling kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut para peserta memperoleh :Terkembangnya perasaan,pikiran,persepsi,wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi/berkomunikasi serta terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperoleh imbasan pemecahan masalah tersebut bagiindividu-individu lain peserta layanankonseling kelompok.

b.      Manfaat Konseling Kelompok
Literatur professional mengemukakan bahwa konseling kelompok berguna untuk membantu siswa (Whiston dan Sexton,1998).Manfaat nya pertama,konseling kelompok merupakan bentuk intervensi  yang lebih efisien biladibandingkan dengan konseling individual,karena konselor dapat bertemu dengan banyak siswa sekaligus.Kedua,bila dipandang daripersfektif perkembangan dan pedagogic sering kali cara terbaik baginsiswa dalam belajar adalah dengan belajar dari satu sama lain (sesame siswa),konseling kelompok memberikan forum yang tepat baginpembelajaran siswa kesiswa semacam ini.Berhubungan dengan hal ini kekuatan dari kelompok sebaya dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan yang positif dibawah kepemimpinan yang terampil dari konselor secara professional.

2.      Tahapan-tahapan
Konseling kelompok dapat digunakan untuk membantu individu dalam memecahkan masalah pendidikan (educational), pekerjaan (vocational), sosial (social) dan pribadi (personal). Konseling kelompok berkenaan dengan proses antar pribadi (interpersonal process) yang menekankan pada pikiran, perasaan dan tindakan yang disadari. Umumnya anggota kelompok  mentukan masalah, namun konselor juga dapat menginisiasikan masalah bagi siswa berdasarkan data tertentu.  Konseling kelompok adalah problem oriented yang terkait dengan  tugas-tugas perkembangan tertentu. Oleh sebab itu proses pemecahan masalah dalam konseling kelompok, tidak berorientasi pada rekonstruksi kepribadian, melainkan diorientasikan pada pertumbuhan dengan tekanan utama pada penemuan sumber-sumber kekuatan internal (internal resources of strength). Dalam rangka membantu individu, konselor umumnya menggunakan teknik verbal dan non-verbal serta latihan-latihan terstruktur.
Makalah ini mengemukakan ikhtisar proses konseling kelompok menurut Corey (2008) yang meliputi pra kelompok, tahap initial (pembukaan), tahap transisi, tahap inti (working), tahap terminasi (penutupan), dan pasca kelompok.
1.      PRAKELOMPOK: Persiapan Dan Organisasi

Pra-kelompok adalah kegiatan persiapan konseling kelompok dimana konselor menyiapkan kelompok meliputi identifikasi siswa, menentukan kelompok serta memberi informasi yang tepat dengan cara tepat agar para siswa memiliki pengenalan dan arah (orientasi) yang baik terhadap kelompok dan mau berpartisipasi aktif untuk mendapatkan manfaat yang signifikan dari konseling kelompok. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh konselor sebelum masuk ke tahap awal konseling kelompok (pembukaan). Jika hal ini dilakukan dengan baik oleh konselor, maka kepercayaan  para siswa akan tumbuh sehingga mereka merasa nyaman, terbuka dan aktif dalam proses kelompok.
Fungsi Peserta
Sebelum masuk dan berpartisipasi di dalam konseling kelompok, setiap siswa membutuhkan informasi yang lengkap dan tepat tentang apa, mengapa, dan bagaimana manfaat signifikan konseling kelompok bagi perkembangan optimal mereka. Pada tahap persiapan (pra-kelompok) ini ada beberapa hal yang perlu ditangani dengan baik oleh konselor.
a.       Siswa harus mendapatkan informasi yang tepat tentang hakikat kelompok dan dampak positif yang akan didapatkannya.
b.      Siswa harus memutuskan apakah konseling kelompok yang disediakan oleh konselor  sesuai dengan kebutuhannya sekarang?
c.       Siswa perlu mempersiapkan dirinya dengan cara memikirkan apa yang mereka inginkan dan mengidentifikasi tema pribadi yang relevan dengan dirinya.
d.      Masalah akan muncul jika peserta dipaksa masuk kelompok dan  tidak memiliki informasi yang tepat dan pasif ketika berada di dalamnya.
Fungsi Konselor
a.       Mengidentifikasi tujuan umum dan tujuan khusus kelompok bagi kelompok siswa tertentu berdasarkan hasil analisis data.
b.      Menyusun persiapan bagaimana membentuk kelompok.
c.       Memberikan informasi yang tepat tentang konseling kelompok kepada calon anggota
d.      Mengorganisasikan hal-hal yang diperlukan untuk kesuksesan konseling kelompok
e.       Mintalah ijin orang tua (jika perlu).
f.       Mempersiapkan tugas-tugas konselor dan tugas partner konselor  jika perlu.
g.      Menjelaskan aturan dasar dalam kelompok agar partisipan mendapatkan manfaat signifikan.
h.      Mendiskusikan resiko-resiko potensial dan cara mengatasinya.

2.      TAHAP INITIAL: Pembukaan Kelompok
Tahap pembukaan atau initial adalah saat orientasi dan eksplorasi yaitu menentukan struktur kelompok, menumbuhkan kepercayaan dan mengeksplorasi harapan konseli. Dengan kata lain tujuan khusus (obyektif) tahap pembukaan ini adalah menentukan arah dan  struktur kelompok.
Karakteristik tahap initial
Pada tahap in kecenderungan yang muncul pada anggta kelompok antara lain sebagai berikut.
a.       ingin menguji kondusif tidaknya suasana kelompok untuk dirinya.
b.      memikirkan apa yang dapat diharapkannya dari kelompok, bagaimana kelompok beraktivitas dan bagaimana harus berpartisipasi.
c.       memperhatikan perilaku sosial yang dapat diterima oleh kelompok dan mengidentifikasi resiko yang akan dihadapinya.
d.      kepercayaan dan keinginan bergabung berangsur-angsur tumbuh ketika mereka menyatakan apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan.
e.       munculnya keraguan atau konflik antara percaya dan tidak percaya terhadap kelompok
f.       bereaksi diam atau pasif untuk mengetahui ke mana arah kelompok.
g.      mengidentifikasi siapa yang dapat dipercaya, bagaimana dia membuka dirinya, dan bagaimana dia melibatkan diri ke dalam kelompok.
h.      memperhatikan bahwa sikap dasar seperti respek, empati, menerima, peduli dan merespon orang lain dapat membangun kepercayaan antar anggota kelompok.
Peran dan Tugas Penting Anggota Kelompok
a.       Menunjukkan keinginan untuk dikenal lebih jauh oleh kelompok.
b.      Menyatakan ketakutan, harapan, dan kepedulian terhadap kelompok.
c.       belajar mengekspresikan pikiran dan perasaan terutama yang dapat diterima oleh kelompok.
d.      Aktif menciptakan iklim kepercayaan.
e.       Melibatkan diri di dalam menentukan norma kelompok.
f.       Menyatakan tujuan spesifik pribadinya terhadap kelompok.
g.      Belajar bagamana berinteraksi yang dapat diterima oleh kelompok.
Masalah yang mungkin muncul antara lain peserta:
a.       terlalu lama menunggu secara pasif ingin tahu apa yang sedang terjadi.
b.      memelihara perasaan tidak percaya atau takut terhadap kelompok, sehingga menunjukkan resistensi tertentu.
c.       bingung, tidak mengetahui tujuan dan sulit berinteraksi.

Fungsi Konselor (sikap dan aktivitas fasilitatif yang harus dilakukan oleh konselor)
a.       Menjelaskan secara singkat bagaimana sikap dan cara konseli berpartisipasi aktif di dalam kelompok sebagai kesempatan untuk mendapatkan manfaat yang positif dari  konseling kelompok.
b.      Mengembangkan aturan dan norma dasar; menjaga rahasia dan komitmen untuk saling memberi dan menerima.
c.       Menjelaskan secara singkat proses dasar konseling kelompok.
d.      Membantu peserta menyatakan ketakutan dan harapannya serta menumbuhkan sikap percaya kepada kelompok.
e.       Menunjukkan diri sebagai model tingkah laku yang menentramkan siswa (modeling of therapeutic behavior).
f.       Menjelaskan peran dan tanggung jawab konselor dan peserta.
g.      Membantu peserta dalam menentukan tujuan pribadinya (mengklarifikasi).
h.      Memberi kesempatan untuk bertanya kepada siswa.  
i.        Tetap menjaga sikap dan hubungan profesional dengan tiap peserta dan memelihara  kepercayaan.
j.        Membantu siswa untuk berbagi pikiran dan perasaan tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelompok saat ini (here and now group context).
k.      Memberi penjelasan tentang keterampilan interpersonal seperti mendengarkan aktif dan merespons yang baik.
l.        Menilai kebutuhan kelompok dan bagaimana cara memfasilitasinya.

3.      TAHAP TRANSISI: Pemantapan Kesiapan
Tahap ini adalah tahap kritis karena dapat menentukan aktif tidaknya konseli dalam berinteraksi dengan yang lain. Pada tahap ini,  konseli biasanya memiliki perasaan cemas, ragu dan menunjukkan perilaku resisten lainnya. Oleh sebab itu, sebelum konseli berbuat sesuatu lebih jauh di dalam kelompok, konselor perlu membantu mereka untuk  memiliki kesiapan internal yang baik. Pada tahap ini konselor harus membantu agar konseli tidak cemas, tidak ragu-ragu dan bingung. Jika tahap initial di atas ditempuh dengan baik, maka konseli akan merasa nyaman dan bebas di dalam mengekspresikan sikap, perasaan, pikiran dan tindakannya.
Karakteristik tahap transisi
Pada tahap ini anggota kelompok menunjukkan kecenderungan seperti berikut.
a.       Keinginan untuk diterima oleh orang lain atau menolak orang tertentu.
b.      Menguji konselor atau anggota kelompok apakah mereka aman buat dirinya.
c.       Mencoba menunjukkan pengaruh dan bertahan mengendalikan dirinya ketika konflik dengan anggota kelompok lain.
d.      Belajar bagaimana mengani konflik dan perbedaan.
e.       Masih ragu terhadap penerimaan orang lain akan kepedulian pribadinya.
f.       Belajar bagaimana mengekspresikan dirinya agar didengar oleh orang lain.

Tugas konseli dan masalah
Peran utama peserta adalah mengenali dan menangani bentuk-bentuk perilaku defensifnya, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Menyadari dan mengekspresikan apa yang sedang dipikirkan dan dirasakannya saat ini.
b.      Tetap berada dalam kelompok dalam upaya mengeksplorasi dirinya.
c.       Mengubah sikap dependen ke sikap independen.
d.      Mengambil tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya dalam kelompok
e.       Belajar bagaimana menyatakan perbedaan pendapat kepada orang lain.
f.       Menunjukkan keinginan untuk menghadapi dan menangani apa yang terjadi di dalam kelompok.
g.      Menghadapi konflik secara rasional dari pada menghindarinya.
Fungsi Konselor
Tugas dasar konselor pada tahap ini adalah mendorong konseli dan menantang mereka untuk menangani konflik yang muncul di dalam kelompok dan menangani resistensi dan kecemasan yang muncul dalam diri konseli sendiri. Keberhasilan tugas ini ditandai dengan kohesivitas kelompok, mengadakan eksplorasi yang produktif terhadap permasalahan dan mengelola perbedaan-perbedaan. Tugas utama yang harus ditunjukkan dalam tahap ini adalah sebagai berikut.
1.      Mengingatkan kembali apa yang telah disepakati pada sesi sebelumnya; topik, fokus dan komintmen untuk saling menjaga rahasia dan untuk saling memberi dan menerima.
2.      Membantu peserta untuk mengekspresikan dirinya secara unik, terbuka  dan mandiri; membolehkan perbedaan pendapat dan perasaan.
3.      Mengadakan kegiatan selingan yang kondusif untuk menghangatkan suasana, mengakrabkan hubungan atau untuk meme
4.      lihara kepercayaan.
5.      Memberi contoh bagaimana mengeskpresikan pikiran dan perasaan yang mudah dipahami oleh orang lain.
6.      Memberi contoh bagaimana mendengarkan secara aktif sehingga dapat memahami  orang lain dengan baik.
4.      TAHAP INTI: Eksplorasi Dan Mencoba Perilaku Baru
Tahap ini ditandai dengan eksplorasi yang lebih mendalam tentang masalah pribadi beserta perilaku baru yang bersifat konkret untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Selain itu, keaktifan peserta dalam eksplorasi masalah dan pemecahannya adalah indikator terpenting. Dalam sesi ini, interaksi anggota kelompok makin lancar, tidak kaku seperti di awal-awal pertemuan kelompok.  Di dalam kenyataannya karakteristik tahap ini sulit dibedakan dengan karakteristik tahap transisi, sehingga penjelasannya  bersifat tumpang tindih. Perlu diingatkan kepada konseli, bahwa sekalipun mereka menerima balikan, saran dan keharusan dari orang lain, namun dia tetap harus mengambil keputusan secara mandiri.
Karakteristik Tahap Inti (Working)
Di dalam tahap ini intinya konseli belajar dan bekerja dalam kelompok  untuk dapat memecahkan masalahnya menuju pada suatu  perubahan yang diinginkan. Karakteristik tahap inti ini adalah seperti berikut.
a.       Level kepercayaan dan kohesi tinggi.
b.      Komunikasi antar anggota terbuka, aktif dan akurat dalam mengekspresikan pengalaman.
c.       Anggota berinteraksi satu sama lain secara bebas dan langsung.
d.      Anggota menunjukkan keinginan untuk saling memberi dan menerima.
e.       Konflik, kontroversi, atau  perbedaan pendapat dan pandangan  yang muncul dalam kelompok dapat ditangani secara langsung dan efektif.
f.       Peserta merasa didukung untuk berupaya mengubah dan mencobakan perilaku baru yang efektif.
g.      Peserta merasa optimis bahwa mereka dapat berubah jika ada keinginan yang kuat dan melakukan tindakan baru secara nyata dan mandiri.
Fungsi anggota dan masalah yang mungkin muncul
Untuk terjadinya proses eksplorasi yang lebih mendalam tentang masalah pribadi beserta  perubahan yang diinginkan, maka anggota kelompok harus memenuhi tugas dan peranan sebagai berikut.
a.       Menyatakan masalah pribadi ke dalam sesi kelompok.
b.      Memberi dan menerima balikan secara terbuka.
c.       Menunjukkan keterlibatan aktif dalam berbagi dengan enggota kelompok
d.      Mencoba berlatih keterampilan dan atau perilaku baru dan membawa pengalamannya ke dalam kelompok.
e.       Menilai ketercapaian tujuan dan kepuasannya sendiri dalam proses konseling kelompok.
Masalah yang biasanya muncul dalam sesi ini adalah setelah konseli mendapatkan pencerahan dalam sesi konseling kelompok, namun dia tidak menindaklanjutinya dengan perilaku konkret (di luar kelompok)  yang membawa pada perubahan. Selain itu konseli menghindar karena  takut menerima resiko dari perbuatannya.
Fungsi Konselor
Fungsi utama konselor di dalam tahap ini adalah seperti berikut.
a.       Memberikan reinforcement secara tepat terhadap perilaku anggota kelompok yang efektif  yang mendorong kohesi dan produktivitas kelompok.
b.      Merangkum benang merah dari apa yang dibicarakan dan dikerjakan oleh anggota kelompok.
c.       Menunjukkan kepedulian pada konfrontasi yang muncul dan bersikap terbuka terhadap persepsi anggota kelompok yang berbeda-beda.
d.      Menginterpretasikan makna pola perilaku anggota kelompok pada waktunya sehingga peserta terdorong untuk memperdalam eksplorasi dirinya dan mencari alternatif tingkah laku baru.
e.       Menyadari faktor-faktor terapetik yang dapat membantu mengubah pikiran, sikap, perasaan dan tindakan-tindakan anggota.

5.      TAHAP PENUTUPAN: Konsolidasi Dan Terminasi
Kemampuan konselor dalam tahap ini berkenaan dengan membantu anggota dalam mentransfer apa yang telah mereka pelajari di dalam kelompok untuk dapat diterapkan di luar dalam kehidupan sehari-hari. Konsolidasi belajar dilakukan bersamaan dengan terminasi yaitu merangkum tahapan atau kegiatan kelompok  dan hasil akhir yang dicapai bersama, mengintegrasikan dan mengiterpretasikan pengalaman kelompok.
Karakteristik tahap penutupan
Karakteristik tahap ini adalah sebagai berikut.
a.       Ada perasaan enggan berpisah dengan anggota lain.
b.      Intensitas partisipasi peserta dalam kegiatan kelompok menurun atau berkurang.
c.       Anggota telah memutuskan untuk belajar mencoba perilaku baru.
d.      Anggota saling mengekspresikan harapannya dan kepeduliannya terhadap perubahan yang dicapai oleh satu sama lain.
e.       Mereka membicarakan rencana-rencana tertentu yang dapat mendorong mereka merancang perubahan konkret.

Fungsi Anggota dan Masalah yang mungkin timbul
Tugas utama yang dihadapi oleh anggota kelompok dalam tahap ini adalah mengkonsolidasikan  belajar dan transfer dari  apa yang telah dipelajari dalam kelompok pada kehidupan sehari-hari. Para anggota harus mereviu proses dan hasil-hasil yang dicapai selama kegiatan kelompoknya dalam suatu kerangka kognitif yang bermakna. Mereka juga harus terus menerapkan tingkah laku baru dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta pada tahap ini adalah sebagai berikut.
a.       Mengatasi pikiran dan masalah yang terkait dengan perpisahan dengan anggota kelompok.
b.      Menyelesaikan persoalan yang tidak selesai dipecahkan dalam kelompok yang terkait dengan anggota kelompok yang lain.
c.       Membuat keputusan dan rencana-rencana menggeneralisasikan apa yang telah dipelajarinya dalam konseling kelompok ke dalam kehidupan sehari-hari.
d.      Mengidentifikasi cara me-reinforcement dirinya sehingga dia dapat terus berkembang
e.       Menggali cara-cara bertemu yang konstruktif setelah konseling kelompok usai.
f.       Mengevaluasi dampak pengalaman kelompok.
Masalah yang mungkin timbul pada tahap ini antara lain  para anggota menghindar untuk mereviu pengalaman  ke dalam suatu kerangka pemikiran tertentu, sehingga pembelajaran mereka terbatas sampai di situ. Selain itu anggota  memandang tahap penutupan sebagai hal yang berlalu begitu saja tidak dijadikan  sebagai momentum untuk menumbuh-kembangkan dirinya lebih lanjut.
Fungsi Konselor
Tugas utama konselor pada tahap ini adalah mendorong partisipan untuk mengklarifikasi makna pengalaman mereka di dalam konseling kelompok dan membantu mereka menggeneralisasikan lesson learned  dari kelompok pada kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu konselor harus fokus pada tugas-tugas sebagai berikut.
a.       Memberikan penguatan (reinforcement) perubahan perilaku yang telah dilakukan oleh anggota dan menjamin bahwa anggota kelompok memiliki informasi tentang sumber-sumber yang dapat membuat mereka melakukan perubahan lebih lanjut.
b.      Membantu anggota kelompok membuat keputusan bagaimana dia menerapkan keterampilan spesifik (baru) di dalam berbagai situasi kehidupan mereka, termasuk membantu mereka dalam mengembangkan kontrak spesifik dan rencana tindakan yang tertuju pada perubahan yang diharapkan.
c.       Membantu anggota kelompok mengembangkan kerangka kerja konseptual yang akan membantu mereka memahami, mengintegrasikan, mengkonsolidasikan dan mengingat  apa yang telah dipelajari di dalam kelompok.
d.      Menciptakan anggota kelompok membuat rencana pasca konseling untuk digunakan  lebih lanjut.

6.      PASCA KELOMPOK: Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap terminasi bukan tanda berakhirnya pekerjaan konselor dalam konseling kelompok melainkan konselor harus mempertimbangkan evaluasi dan tindak lanjut (evaluation and follow up). Dalam konteks ini ada sejumlah pertanyaan yang perlu diajukan: Apa tanggung jawab konselor di dalam evaluasi hasil kelompok? Bagaimana konselor dapat membantu mengevaluasi keefektifan pengalaman kelompok? Apa bentuk tindak lanjut yang harus dilakukan setelah terminasi kelompok? Apa saja pertimbangan-pertimbangan etis di dalam mengevaluasi dan menyusun prosedur tindak lanjut kelompok.
a.        Mengevaluasi Proses dan Hasil Konseling Kelompok
Evaluasi proses dan hasil adalah aspek penting yang memiliki manfaat positif bagi anggota kelompok dan konselor. Evaluasi tidak hanya dilakukan pada tahap terminasi, melainkan dalam setiap tahapan perjalanan kehidupan kelompok, termasuk kemajuan setiap individu anggota dan kelompok itu sendiri secara keseluruhan. Dalam hal ini bisa saja digunakan alat-alat ukur tertentu  untuk mengetahui perubahan sikap dan nilai yang dialami oleh konseli. Evaluasi penting dilakukan untuk mengetahui keefektifan intervensi yang dilakukan konselor dan untuk mengembangkan intervensi yang lebih baik di masa mendatang. Penilaian subyektif secara tertulis oleh anggota kelompok sendiri dapat digunakan. Penilaian subyektif ini dapat mengetahui substansi dan fokus konseling kelompok yang dianggap penting yang mempengaruhi perilakunya.

Dalam evaluasi sebaiknya meliputi evaluasi terhadap teknik-teknik yang digunakan, fungsi konselor, dampak kelompok terhadap diri anggota, serta perubahan-perubahan yang dialami oleh anggota kelompok. Pertanyaan yang perlu diajukan untuk mendapatkan hal-hal tersebut adalah: Apakah kelompok memberikan pengaruh negatif terhadapmu? Bagaimana kelompok mempengaruhi Anda di dalam berhubungan dengan orang lain? Perubahan-perubahan apa yang Anda alami sejauh ini?



b.        Sesi Tindak Lanjut Kelompok
Sangat disarankan melaksanakan sesi tindak lanjut kelompok untuk mendiskusikan pengalaman kelompok dalam perspektif tertentu. Sesi ini bukan saja berguna bagi  konselor dalam menilai hasil-hasil yang dicapai kelompok, tetapi juga memberi kesempatan untuk mendapatkan suatu gambaran yang realistik tentang pengaruh kelompok terhadap masing-masing anggota.

Dalam sesi ini anggota kelompok dapat mendiskusikan upaya-upaya yang telah mereka lakukan dalam rangka mengimplementasikan hasil belajar mereka ke dalam dunia nyata. Mereka dapat melaporkan kesulitan yang dihadapi, pengalaman berbagi kebahagiaan dan pengalaman dengan orang lain, dan mengingat kembali apa yang terjadi di dalam kelompok. Saling memberikan balikan dan dukungan dalam hal ini sangat diutamakan.

Sesi ini juga dapat merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban yang dapat digunakan sebagai data untuk memaksimalkan manfaat jangka panjang dari konseling kelompok.  Sesi ini dapat menyadarkan  anggota kelompok untuk memikul tanggung jawab terhadap hasil yang dicapainya. Akhirnya sesi ini dapat membantu konselor pada kesempatan lain dalam mempertanggungjawabkan proses dan hasil layanannya.

c.         Sesi Tindak Lanjut Individual
Sesi tindak lanjut individual sangat disarankan diadakan dan mengaitkan hasil evaluasi dengan data individual tentang sikap, nilai, keyakinan-keyakinan, kebiasaan-kebiasaan dan penyesuaian diri siswa. Oleh sebab itu data tentang siswa harus diadministrasikan dengan sangat baik. Sesi ini dilakukan dengan wawancara individual selama 10-20 menit untuk mengetahui apakah konseling kelompok  telah membantu mencapai tujuan-tujuan spesifik pribadi konseli. Sesi ini dapat memberi kesan mendalam kepada konseli betapa perhatian dan pedulinya konslor terhadap perkembangan dirinya. Tidak tertutup kemungkinan dengan sesi ini dapat diketahui perlunya suatu layanan referal kepada individu tertentu.











3.      Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING KELOMPOK


A.     PRA GROUP
Ø Deskripsi Kasus


1.      Nama
:
Andini,  Atik, Dadan F., Diar Y., Iis K., Ikmal F
2.      Kelas
:
XI IPA 4
3.      Data Hasil Assmn.
:

Nama
Data Hasil Asesmen
Andini
Ø ATP
-  Terendah : Wawasan dan persiapan karir (4.167: SDI)
-  Tertinggi: Penerimaan diri dan pengembangannya (5,167: SAK)
Ø IMS
-  Tak mampu mengatur jadwal kegiatan sehari-hari
-  Minder dengan teman di kelas
-  Memiliki sifat mudah tersinggung dan sakit hati
-  Tidak mempunyai teman karib di kelas
-  Merasa sukar menyesuaikan diri dengan orang lain
-  Merasa selalu diremehkan oleh teman
-  Takut bertanya/menjawab di kelas
-  Tidak semangat belajar karena fasilitasnya kurang memadai
-  Orang tua tidak menghendaki saya sekolah di sekolah ini
-  Bingung belum memiliki cita-cita
-  Ragu pada tercapainya cita-cita karena orang tua tidak sejalan
-  Sering murung dan merasa tidak bahagia
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Dilanda ketakutan akibat pernah melanggar norma agama
-  Tidak semangat karena orang yang saya cintai ternyata mencintai orang lain
-  Merasa diri sebagai orang yang mudah dipengaruhi oleh teman atau orang lain
-  Tidak bisa belajar di rumah karena harus membantu orang tua
-  Merasakan ada mata pelajaran yang sulit dipelajari
-  Didiamkan orang tua karena beda pendapat
-  Dicintai orang yang tidak saya cintai
-  Kurang semangat belajar karena orang tua tidak membelikan sesuatu yang pernah dijanjikan
Ø Sosiometri
-  Untuk kategori belajar ada 1 yang memilih yaitu Nur Hidayat
-  Untuk kategori bermain tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
-  IQ = 104 (Rata-rata+)
-  Kepribadian: Sistematika kerja (Kurang)
Ø Demografi
-  Anak ke 2 dari 2 bersaudara
-  Pekerjaan ibu PNS, ayahnya karyawan swasta
-  Tinggal bersama kakek, karena orang tua di Jakarta
Ø Angket Terbuka
-  Bingung antara mengikuti keinginan orang tua atau dirinya, dalam hal profesi guru, bidan, wanita karir atau ibu rumah tangga
-  Membahagiakan orang tua adalah hal yang utama
Atik
Ø ATP
-  Terendah berada pada aspek Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga (4: SDI)
Ø IMS
-  Memiliki sifat mudah tersinggung dan sakit hati
-  Cinta saya tidak ditanggapi oleh orang yang saya cintai
-  Tidak semangat belajar karena fasilitasnya kurang memadai
-  Ragu pada tercapainya cita-cita karena orang tua tidak sejalan
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Merasakan ada mata pelajaran yang sulit dipelajari
Ø Sosiometri
-  Tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
-  IQ = 104 (Rata-rata+)
-  Kepribadian: kurang pada aspek sosialisasi, kepemimpinan dan kreativitas. Tetapi Baik dalam motivasi kerja.
Ø Demografi
-  Pekerjaan orang tua Wiraswasta
Ø Angket Terbuka
-  Ketika belajar kurang konsentrasi
-  Kesulitan ingin menghilangkan kebiasaan mengoperasikan HP
-  Ingin mengejar cita-cita sebagai polisi
Dadan F.
Ø ATP
-  Terendah ada pada aspek Kematangan Emosional dan Wawasan dan Persiapan Karir (4,167)
Ø IMS
-  Cinta saya tidak ditanggapi
-  Merasa diremehkan oleh teman
-  Takut bertanya/menjawab di kelas
-  Tidak memiliki kamar belajar di rumah
-  Merasa sebagai anak yang paling bodoh di kelas
-  Bingung belum memiliki cita-cita
-  Sering gagal dan mudah patah semangat
-  Ada mapel yang sulit dipelajari
-  Dicintai orang yang tidak saya cintai
Ø Sosiometri
-  Baik dalam kategori belajar ataupun bermain tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
-  IQ = 115 (Cerdas)
-  Kepribadian: sosialisasi berkategori Kurang, yang lainnya Cukup
-  Bakatnya berada pada kategori Cukup, kecuali Logika abstrak berkategori Baik
Ø Demografi
-  Wiraswasta adalah pekerjaan ayah
Ø Angket Terbuka
-  Pulang sekolah sering sore, karena beraktivitas dulu di organisasi atau kadang mengerjakan tugas, main gitar. Bila pulang tepat waktu suka teringat sama orang yang pernah menyakiti dan berusaha melampiaskannya ke hal yang positif. Tapi masyarakat menganggap pacaran dulu, bagaimana caranya meyakinkan mereka?
Diar Y
Ø ATP
-  Terendah pada aspek Kesadaran Tanggung jawab
Ø IMS
-  Takut bertanya/menjawab di kelas
-  Tidak semangat belajar karena fasilitasnya kurang memadai
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Dilanda ketakutan akibat pernah melanggar norma agama
-  Merasakan ada mapel yang sulit dipelajari
-  Ingin melanjutkan sekolah, tapi orang tua menghendaki untuk bekerja
-  Dicintai orang yang tidak saya cintai
-  Kurang semangat belajar karena orang tua tidak membelikan sesuatu yang pernah dijanjikan
Ø Sosiometri
-  Tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
Ø Demografi
-  Pekerjaan Ayah adalah buruh
Ø Angket Terbuka
-  Belum bisa mempergunakan waktu dengan baik
-  Bingung memilih antara karir polisi atau dokter
-  Ingin belajar hemat
-  Ingin memperkokoh ilmu agama
-  Ingin bisa mengontrol emosi dan hawa nafsu
-  Belum bisa belajar dengan baik di sekolah
Iis K.
Ø ATP
-  Rendah pada Landasan Hidup Religius (4)
Ø IMS
-  Tidak semangat belajar karena fasilitas kurang memadai
-  Bingung belum memiliki cita-cita
-  Pesimis melanjutkan karena biaya sekolah mahal
-  Dilanda ketakutan karena pernah melanggar norm agama
-  Merasakan ada mapel yang sulit dipelajari
-  Punya teman yang suka merusak fasilitas saya
-  Bingung antara membantu orang tua dahulu atau terlambat ke sekolah
Ø Sosiometri
-  Untuk belajar dipilih oleh 2 orang, Ajeng dan Rian. Sedangakan untuk bermain tidak ada yang memilih
Ø Psikotes
-  IQ = 119 (Cerdas)
-  Bakat Logika Abstraknya Baik Sekali. Kemampuan bahasa, verbal dan non verbalnya Baik.
-  Kepribadiannya Kurang dalam hal Kepemimpinan, Kestabilan Emosi dan Kreativitasnya. Yang lainnya Cukup.
Ø Demografi
Iis  tinggal bersama ibunya yang single parent. Ia merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara beda ibu.
Ikmal F
Ø ATP
-  Rendah pada aspek Kematangan Intelektual (3,833).
-  Tinggi di Landasan Hidup Religius dan Peran social sebagi pria atau wanita (5,667)
Ø IMS
-  Memiliki sifat mudah tersinggung dan sakit hati
-  Cinta tidak ditanggapi
-  Tidak mempunyai teman akrab di kelas
-  Merasa selalu diremehkan oleh teman (kondisi jasmani)
-  Dikucilkan oleh teman sekelas
-  Tidak memiliki kamar belajar di rumah
-  Bingung belummemiliki cita-cita
-  Pesimis untuk melanjutkan karena biaya sekolah mahal
-  Sering murung dan merasa tidak bahagia
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Sering terlambat masuk sekolah sehingga menjadi malas belajar
-  Merasakan ada mapel yang sulit dipelajari
-  Ingin melanjutkan, tapi orang tua menghendaki untuk bekerja
Ø Sosiometri
-  Untuk Belajar di pilih oleh Anggit, sedangkan untuk bermain tidak ada yang memilih
Ø Psikotes
-  IQ = 119 (Cerdas)
-  Bakatnya dalam Logika Abstrak Baik Sekali. Sedangkan untuk kemampuan berhitung, Kemampuan Verbal dan Non Verbalnya tergolong Baik.
-  Kepribadiannya yang kurang dalam Sistematika Kerja, yang lainnya Cukup
Ø Demografi
Ayahnya seorang buruh tani, dan ia merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara.
Ø  Gejala masalah
:
Dari hasil sosiometri, mereka anak-anak yang terisolir di kelas.

Ø  Inti Masalah
:
Kurang peduli terhadap lingkungan kelasnya
Ø  Diagnostik
:
Masalah ini kemungkinan terjadi karena mereka kurang memperdulikan teman-teman sekelasnya, sehingga mereka tidak memiliki teman akrab di kelas. Hal ini terjadi kemungkinan mereka sudah merasa mampu sendiri dalam melakukan sesuatu, sehingga tidak membutuhkan bantuan teman lainnya.
Ø  Prognostik
:
Penanganan yang mungkin dapat diberikan adalah merubah persepsi mereka yang iirasional menjadi lebih rasional yaitu mereka adalah makhluk social sehingga pasti saling membutuhkan walaupun bukan berarti harus tergantung pada orang lain.
Ø  Treatment
:
Pendekatan yang digunakan adalah REBT
Konsep Pokok: Teori A-B-C menjelaskan hubungan antara  kepribadian dan gangguan emosional dan perilaku. C (Consequence: akibat), muncul sesudah ada sitimulus yang menggerakan yang terjadi pada titik A (Activating : menggerakkan), dalam hal ini A bukan peristiwa itu sendiri yang menyebabkan timbulnya emosi (C) meskipun A itu dapat memberi kontribusi terhadap C, namun yang dapat menciptakan C itu sesungguhnya adalah bukan A melainkan adalah B (Belief system : sistem keyakinan) atau sistem keyakinan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan.
Tujuan utama: agar konseli  memiliki dasar pemikiran filsafat hidup yang rasional dan sehat sehingga dapat mengendalikan emosi dan perilakunya secara efektif.
Fokus Konseling: Penataan kembali kognisi, dimana konselor secara konsisten menyerang pemikiran, asumsi, kesimpulan dan sikap-sikap yang tidak logis dan tidak konsisten baik secara verbal maupun non-verbal; Melatihkan perilaku baru yang efektif, yang berbeda dengan perilaku lama
Indikator Konseli sembuh: Memiliki komitmen untuk selalu mempraktekkan perilaku baru yang rasional, Berbuat sesuai dengan wawasan yang diperoleh dari konseling, Mengambil resiko atas perilaku barunya
Percaya diri dan bertanggung jawab atas  perilaku baru, Pikiran jadi kendali atas perasaan dan emosinya



B. PEMBUKAAN
:

1.      Awal
Ø  Pembukaan
:
Praktikan menyambut kedatangan para siswa dengan senang hati dan mempersilahkan mereka untuk duduk di tempat yang telah disediakan
Ø  Pernyataan tujuan
:
Praktikan menjelaskan tujuan dari konseling kelompok yang akan dilakukan, yaitu untuk menyelesaikan masalah yang mereka mereka hadapi bersama-sama
Ø  Penjelasan langkah-langkah  :
1)      Praktikan menjelaskan tentang konsep ABC
2)      Praktikan menjelaskan bahwa siswa akan diminta mengungkapkan semua permasalahannya satu persatu
3)      Praktikan dan siswa bersepakat masalah siapa dulu yang akan dibahas
4)      Praktikan meminta setiap siswa untuk saling menanggapi/memberikan masukan/pendapat kepada temannya yang masalahnya sedang dibahas
5)      Dari masukan/pendapat teman-temannya tersebut, Praktikan memfasilitasi siswa untuk dapat merubah pikirannya yang irrasional menjadi rasional
Ø  Pembentukan kelompok
:
Praktikan mengajak siswa untuk berkomitmen saling jujur dan dapat saling percaya untuk merahasiakan masalah yang dialami teman-teman sekelompoknya.
Ø  Konsolidasi
:
Praktikan memastikan siswa memahami fungsi, peran dan tugas yang harus dikerjakannya.



C. TRANSISI


a.      Sorming
:
Praktikan memfasilitasi kelompok mengungkapkan hal-hal yang belum mereka pahami, seperti “bagaimana ada yang mau ditanyakan?”
b.      Norming
:
Apabila semuanya sudah mengerti, maka Praktikan mengulas sedikit hal-hal yang harus mereka lakukan lalu masuk ke tahap kerja, tapi bila ada yang belum mengerti, maka Praktikan menjelaskan kembali hal-hal yang harus mereka lakukan, setelah mengerti baru masuk ke tahap kerja.

D. PENANGANAN
:
(Tahap Kerja)
1)      Praktikan memimpin do’a terlebih dahulu
2)      Praktikan meminta siswa satu persatu mengungkapkan masalah yang mereka alami secara bergiliran
3)      Praktikan meminta kesepakatan siswa, masalah siapa yang akan dibahas terlebih dahulu
4)      Praktikan meminta setiap siswa memberi masukan/pendapat pada masalah temannya yang sedang dibahas
5)      Praktikan meminta siswa untuk membuat program bagaimana cara mereka merubah persepsi mereka
6)      Praktikan meminta pendapat siswa mengenai kebermanfaatan program yang mereka buat
7)      Praktikan meminta kesepakatan siswa untuk melaksanakan program manajemen diri yang telah dibuat
8)      Praktikan meminta kepada setiap siswa untuk saling mengobservasi keterlaksanaan program perubahan persepsi dalam kehidupan kesehariannya

A.    PENUTUPAN
:

a.      Refleksi umum
:
Praktikan mengajak siswa untuk melakukan review mengenai proses konseling kelompok yang telah dilakukan. Mereka diminta untuk mengungkapkakn makna yang dapat mereka ambil dari proses konseling kelompok bagi dirinya.
b.      Tindak lanjut
:
Praktikan memberi penguatan kepada siswa untuk merealisasikan program manajemen diri pada kehidupannya sehari-hari, agar hidupnya lebih efektif sehingga diharapkan masa depannya menjadi cerah
c.       Penutup
:
1.      Praktikan  mengucapkan terima kasih
2.      Praktikan membuat kesepakatan pertemuan selanjutnya
3.      Praktikan menutup sesi konseling dan memimpin do’a dan mengucapkan salam



A.    POST GROUP

Praktikan melakukan evaluasi, mencatat laporan dan tindak lanjut

Banjar,   Oktober 2014
Perencana Layanan


Deti Haryati


Laporan Konseling Kelompok
Deskripsi Karakteristk Siswa
1.  Nama
:
Anggi,  Atik, Dadan F., Diar Y., Iis K., Ikmal F
1.       Kelas
:
XI IPA 4
2.      Data Hasil Assm
:

Nama
Data Hasil Asesmen
Anggi
Ø ATP
-  Terendah : Wawasan dan persiapan karir (4.167: SDI)
-  Tertinggi: Penerimaan diri dan pengembangannya (5,167: SAK)
Ø IMS
-  Tak mampu mengatur jadwal kegiatan sehari-hari
-  Minder dengan teman di kelas
-  Memiliki sifat mudah tersinggung dan sakit hati
-  Tidak mempunyai teman karib di kelas
-  Merasa sukar menyesuaikan diri dengan orang lain
-  Merasa selalu diremehkan oleh teman
-  Takut bertanya/menjawab di kelas
-  Tidak semangat belajar karena fasilitasnya kurang memadai
-  Orang tua tidak menghendaki saya sekolah di sekolah ini
-  Bingung belum memiliki cita-cita
-  Ragu pada tercapainya cita-cita karena orang tua tidak sejalan
-  Sering murung dan merasa tidak bahagia
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Dilanda ketakutan akibat pernah melanggar norma agama
-  Tidak semangat karena orang yang saya cintai ternyata mencintai orang lain
-  Merasa diri sebagai orang yang mudah dipengaruhi oleh teman atau orang lain
-  Tidak bisa belajar di rumah karena harus membantu orang tua
-  Merasakan ada mata pelajaran yang sulit dipelajari
-  Didiamkan orang tua karena beda pendapat
-  Dicintai orang yang tidak saya cintai
-  Kurang semangat belajar karena orang tua tidak membelikan sesuatu yang pernah dijanjikan
Ø Sosiometri
-  Untuk kategori belajar ada 1 yang memilih yaitu Nur Hidayat
-  Untuk kategori bermain tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
-  IQ = 104 (Rata-rata+)
-  Kepribadian: Sistematika kerja (Kurang)
Ø Demografi
-  Anak ke 2 dari 2 bersaudara
-  Pekerjaan ibu PNS, ayahnya karyawan swasta
-  Tinggal bersama kakek, karena orang tua di Jakarta
Ø Angket Terbuka
-  Bingung antara mengikuti keinginan orang tua atau dirinya, dalam hal profesi guru, bidan, wanita karir atau ibu rumah tangga
-  Membahagiakan orang tua adalah hal yang utama
Atik
Ø ATP
-  Terendah berada pada aspek Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga (4: SDI)
Ø IMS
-  Memiliki sifat mudah tersinggung dan sakit hati
-  Cinta saya tidak ditanggapi oleh orang yang saya cintai
-  Tidak semangat belajar karena fasilitasnya kurang memadai
-  Ragu pada tercapainya cita-cita karena orang tua tidak sejalan
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Merasakan ada mata pelajaran yang sulit dipelajari
Ø Sosiometri
-  Tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
-  IQ = 104 (Rata-rata+)
-  Kepribadian: kurang pada aspek sosialisasi, kepemimpinan dan kreativitas. Tetapi Baik dalam motivasi kerja.
Ø Demografi
-  Pekerjaan orang tua Wiraswasta
Ø Angket Terbuka
-  Ketika belajar kurang konsentrasi
-  Kesulitan ingin menghilangkan kebiasaan mengoperasikan HP
-  Ingin mengejar cita-cita sebagai polisi
Dadan F.
Ø ATP
-  Terendah ada pada aspek Kematangan Emosional dan Wawasan dan Persiapan Karir (4,167)
Ø IMS
-  Cinta saya tidak ditanggapi
-  Merasa diremehkan oleh teman
-  Takut bertanya/menjawab di kelas
-  Tidak memiliki kamar belajar di rumah
-  Merasa sebagai anak yang paling bodoh di kelas
-  Bingung belum memiliki cita-cita
-  Sering gagal dan mudah patah semangat
-  Ada mapel yang sulit dipelajari
-  Dicintai orang yang tidak saya cintai
Ø Sosiometri
-  Baik dalam kategori belajar ataupun bermain tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
-  IQ = 115 (Cerdas)
-  Kepribadian: sosialisasi berkategori Kurang, yang lainnya Cukup
-  Bakatnya berada pada kategori Cukup, kecuali Logika abstrak berkategori Baik
Ø Demografi
-  Wiraswasta adalah pekerjaan ayah
Ø Angket Terbuka
-  Pulang sekolah sering sore, karena beraktivitas dulu di organisasi atau kadang mengerjakan tugas, main gitar. Bila pulang tepat waktu suka teringat sama orang yang pernah menyakiti dan berusaha melampiaskannya ke hal yang positif. Tapi masyarakat menganggap pacaran dulu, bagaimana caranya meyakinkan mereka?
Diar Y
Ø ATP
-  Terendah pada aspek Kesadaran Tanggung jawab
Ø IMS
-  Takut bertanya/menjawab di kelas
-  Tidak semangat belajar karena fasilitasnya kurang memadai
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Dilanda ketakutan akibat pernah melanggar norma agama
-  Merasakan ada mapel yang sulit dipelajari
-  Ingin melanjutkan sekolah, tapi orang tua menghendaki untuk bekerja
-  Dicintai orang yang tidak saya cintai
-  Kurang semangat belajar karena orang tua tidak membelikan sesuatu yang pernah dijanjikan
Ø Sosiometri
-  Tidak ada yang memilih (terisolir)
Ø Psikotes
Ø Demografi
-  Pekerjaan Ayah adalah buruh
Ø Angket Terbuka
-  Belum bisa mempergunakan waktu dengan baik
-  Bingung memilih antara karir polisi atau dokter
-  Ingin belajar hemat
-  Ingin memperkokoh ilmu agama
-  Ingin bisa mengontrol emosi dan hawa nafsu
-  Belum bisa belajar dengan baik di sekolah
Iis K.
Ø ATP
-  Rendah pada Landasan Hidup Religius (4)
Ø IMS
-  Tidak semangat belajar karena fasilitas kurang memadai
-  Bingung belum memiliki cita-cita
-  Pesimis melanjutkan karena biaya sekolah mahal
-  Dilanda ketakutan karena pernah melanggar norm agama
-  Merasakan ada mapel yang sulit dipelajari
-  Punya teman yang suka merusak fasilitas saya
-  Bingung antara membantu orang tua dahulu atau terlambat ke sekolah
Ø Sosiometri
-  Untuk belajar dipilih oleh 2 orang, Ajeng dan Rian. Sedangakan untuk bermain tidak ada yang memilih
Ø Psikotes
-  IQ = 119 (Cerdas)
-  Bakat Logika Abstraknya Baik Sekali. Kemampuan bahasa, verbal dan non verbalnya Baik.
-  Kepribadiannya Kurang dalam hal Kepemimpinan, Kestabilan Emosi dan Kreativitasnya. Yang lainnya Cukup.
Ø Demografi
Iis  tinggal bersama ibunya yang single parent. Ia merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara beda ibu.
Ikmal F
Ø ATP
-  Rendah pada aspek Kematangan Intelektual (3,833).
-  Tinggi di Landasan Hidup Religius dan Peran social sebagi pria atau wanita (5,667)
Ø IMS
-  Memiliki sifat mudah tersinggung dan sakit hati
-  Cinta tidak ditanggapi
-  Tidak mempunyai teman akrab di kelas
-  Merasa selalu diremehkan oleh teman (kondisi jasmani)
-  Dikucilkan oleh teman sekelas
-  Tidak memiliki kamar belajar di rumah
-  Bingung belummemiliki cita-cita
-  Pesimis untuk melanjutkan karena biaya sekolah mahal
-  Sering murung dan merasa tidak bahagia
-  Ingin mengatasi kondisi keluarga yang sedang dilanda prahara
-  Sering terlambat masuk sekolah sehingga menjadi malas belajar
-  Merasakan ada mapel yang sulit dipelajari
-  Ingin melanjutkan, tapi orang tua menghendaki untuk bekerja
Ø Sosiometri
-  Untuk Belajar di pilih oleh Anggit, sedangkan untuk bermain tidak ada yang memilih
Ø Psikotes
-  IQ = 119 (Cerdas)
-  Bakatnya dalam Logika Abstrak Baik Sekali. Sedangkan untuk kemampuan berhitung, Kemampuan Verbal dan Non Verbalnya tergolong Baik.
-  Kepribadiannya yang kurang dalam Sistematika Kerja, yang lainnya Cukup
Ø Demografi
Ayahnya seorang buruh tani, dan ia merupakan anak ke-2 dari 2 bersaudara.

Sikap, aktivitas dan prestasi belajar di kelasnya
Mereka merupakan siswa-siswi yang pintar. Mereka kebanyakan berada di rangking 10 besar. Tapi mereka tidak memiliki teman akrab di kelasnya. Bahkan dari hasil sosiometri, mereka cenderung terisolir.

Isu/masalah/kepedulian yang diekspresikan oleh siswa sebagai pribadi
Ø  Mereka kurang peduli pada teman sekelas mereka. Mereka cenderung menyendiri dankurang bergabung dengan teman-teman kelasnya.

Konseptualisasi
Siswa yang memiliki masalah-masalah tersebut di atas, diperkirakan harus dibantu dengan menggunakan pendekatan REBT. Konsep Pokok: Teori A-B-C menjelaskan hubungan antara  kepribadian dan gangguan emosional dan perilaku. C (Consequence: akibat), muncul sesudah ada sitimulus yang menggerakan yang terjadi pada titik A (Activating : menggerakkan), dalam hal ini A bukan peristiwa itu sendiri yang menyebabkan timbulnya emosi (C) meskipun A itu dapat memberi kontribusi terhadap C, namun yang dapat menciptakan C itu sesungguhnya adalah bukan A melainkan adalah B (Belief system : sistem keyakinan) atau sistem keyakinan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan.
Tujuan utama: agar konseli  memiliki dasar pemikiran filsafat hidup yang rasional dan sehat sehingga dapat mengendalikan emosi dan perilakunya secara efektif.
Fokus Konseling: Penataan kembali kognisi, dimana konselor secara konsisten menyerang pemikiran, asumsi, kesimpulan dan sikap-sikap yang tidak logis dan tidak konsisten baik secara verbal maupun non-verbal; Melatihkan perilaku baru yang efektif, yang berbeda dengan perilaku lama
Indikator Konseli sembuh: Memiliki komitmen untuk selalu mempraktekkan perilaku baru yang rasional, Berbuat sesuai dengan wawasan yang diperoleh dari konseling, Mengambil resiko atas perilaku barunya, Percaya diri dan bertanggung jawab atas perilaku baru, Pikiran jadi kendali atas perasaan dan emosinya

Proses Koseling
 PEMBUKAAN
:

Awal
Ø  Pembukaan
:
Praktikan menyambut kedatangan para siswa dengan senang hati dan mempersilahkan mereka untuk duduk di tempat yang telah disediakan
Ø  Pernyataan tujuan
:
Praktikan menjelaskan tujuan dari konseling kelompok yang akan dilakukan, yaitu untuk menyelesaikan masalah yang mereka mereka hadapi bersama-sama
Ø  Penjelasan langkah-langkah  :
-   Praktikan menjelaskan tentang konsep ABC
-   Praktikan menjelaskan bahwa siswa akan diminta mengungkapkan semua permasalahannya satu persatu
-   Praktikan dan siswa bersepakat masalah siapa dulu yang akan dibahas
-   Praktikan meminta setiap siswa untuk saling menanggapi/memberikan masukan/pendapat kepada temannya yang masalahnya sedang dibahas
-   Dari masukan/pendapat teman-temannya tersebut, Praktikan memfasilitasi siswa untuk dapat merubah pikirannya yang irrasional menjadi rasional
Ø  Pembentukan kelompok
:
Praktikan mengajak siswa untuk berkomitmen saling jujur dan dapat saling percaya untuk merahasiakan masalah yang dialami teman-teman sekelompoknya.
Ø  Konsolidasi
:
Praktikan memastikan siswa memahami fungsi, peran dan tugas yang harus dikerjakannya.



TRANSISI


Ø  Sorming
:
Praktikan memfasilitasi kelompok mengungkapkan hal-hal yang belum mereka pahami, seperti “bagaimana ada yang mau ditanyakan?”
Ø  Norming
:
Apabila semuanya sudah mengerti, maka Praktikan mengulas sedikit hal-hal yang harus mereka lakukan lalu masuk ke tahap kerja, tapi bila ada yang belum mengerti, maka Praktikan menjelaskan kembali hal-hal yang harus mereka lakukan, setelah mengerti baru masuk ke tahap kerja.

PENANGANAN
:
(Tahap Kerja)
-    Praktikan memimpin do’a terlebih dahulu
-    Praktikan meminta siswa satu persatu mengungkapkan masalah yang mereka alami secara bergiliran
-    Praktikan meminta kesepakatan siswa, masalah siapa yang akan dibahas terlebih dahulu
-    Praktikan meminta setiap siswa memberi masukan/pendapat pada masalah temannya yang sedang dibahas
-    Praktikan meminta siswa untuk membuat program bagaimana cara mereka merubah persepsi mereka
-    Praktikan meminta pendapat siswa mengenai kebermanfaatan program yang mereka buat
-    Praktikan meminta kesepakatan siswa untuk melaksanakan program manajemen diri yang telah dibuat
-    Praktikan meminta kepada setiap siswa untuk saling mengobservasi keterlaksanaan program perubahan persepsi dalam kehidupan kesehariannya

PENUTUPAN
:

Ø  Refleksi umum
:
Praktikan mengajak siswa untuk melakukan review mengenai proses konseling kelompok yang telah dilakukan. Mereka diminta untuk mengungkapkakn makna yang dapat mereka ambil dari proses konseling kelompok bagi dirinya.
Ø  Tindak lanjut
:
Praktikan memberi penguatan kepada siswa untuk merealisasikan program manajemen diri pada kehidupannya sehari-hari, agar hidupnya lebih efektif sehingga diharapkan masa depannya menjadi cerah
Ø  Penutup
:
-    Praktikan  mengucapkan terima kasih
-    Praktikan membuat kesepakatan pertemuan selanjutnya
-    Praktikan menutup sesi konseling dan memimpin do’a dan mengucapkan salam



POST GROUP

Praktikan melakukan evaluasi, mencatat laporan dan tindak lanjut


SESI PERTEMUAN 1
Hari/tgl                                    : Sabtu, 18 Januari 2014
Jam  sd. Jam                            : 10.30  s.d. 11.30
Tempat                                    : Ruang BK SMAN 1 Rancah

Kegiatan Praktikan
Praktikan mempersilahkan para siswa untuk masuk ke ruang BK dan duduk di tempat yang sudah disediakan. Praktikan mengajak siswa untuk terlibat dalam konseling yang akan dilakukan. Untuk tujuan ini, Praktikan terlebih dahulu mengemukakan tujuan diadakannya konseling kelompok. Praktikan juga memberi tahu siswa bahwa Praktikan memiliki salah satu azas yang harus di pegang teguh, yaitu azas kerahasiaan. Azas kerahasiaan ini harus dipegang teguh oleh para siswa yang terlibat dalam konseling kelompok. Praktikan pun melakukan kontrak waktu dengan mereka. Setelah siswa mengerti dan bersedia untuk mengikuti sesi konseling, maka dimulailah proses konseling.
Pada sesi ini, praktikan menerangkan terlebih dahulu konsep ABC. Hal ini dimaksudkan agar mereka mengerti bahwa sustu perilaku terjadi disebabkan adanya believe sistem yang ada pada diri manusia. Setelah mereka mengerti, praktikan meminta setiap siswa untuk mengemukakan permasalahannya. Pada tahap ini, para siswa terlibat aktif dan mau mengemukakan masalahnya. Setelah semua masalah diungkapkan, praktikan bertanya kembali pada mereka untuk memilih masalah siapa yang akan dibahas terlebih dahulu. Lalu terpilihlah masalah Iis yang akan dibahas, karena menurut mereka masalah Iis lah yang paling berat diantara masalah teman-teman yang lain.
Iis diminta mengungkapkan masalah yang dialaminya, lalu praktikan meminta teman-temannya yang lain memberi tanggapan atau masukan atau saran untuk Iis.
Praktikan meminta Iis untuk dapat menerima dan memilih serta meramu saran, tanggapan dan masukan dari teman-temannya, sehingga dari mereka Iis memiliki pencerahan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangnnya. Dan Iis diminta untuk membuat program perubahan untuk perbaikan perilaku selanjutnya.

Tindak lanjut sesi
Pada sesi selanjutnya, praktikan akan terlebih dahulu meminta Iis untuk mengungkapkan hal-hal yang sudah dilakukan dan pengaruhnya terhadap diri dan lingkungannya. Setelah itu Praktikan akan meminta pada para siswa untuk memilih masalah siapa yang akan dibahas selanjutnya. 
SESI PERTEMUAN 2
Hari/tgl                                    : Sabtu, 25 Januari 2014
Jam ------------- sd. Jam -----    : 10.00 s.d. 11.00
Tempat                                    : Ruang BK
Uraian                         :
Pada sesi ini, para siswa sudah lebih siap dan tidak kaku lagi. Praktikan meminta salah seorang dari mereka untuk memimpin do,a. selnjutnya praktikan meminta Iis untuk mengungkapkan bagaimana pengelamannya setelah melakukan konseling dan setelah menerima masukan dari teman-temannya. Iis mengatakan bahwa ia sudah mulai lebih lega dan merasa tidak sendiri, karena teman-teman dalam kelompok konseling ini merasa sangat bermakna bagi Iis.
Selanjutnya, para siswa diminta memilih masalah siapa yang akan dibahas. Terpilihnlah masalah Ikmal. Proses yang dilakukan sama seperti pada sesi pertama. Ikmal ternyata oranggya cerewet dan menurut teman-temannya ia so cari perhatian guru. Bila tugas yang lain belum dikumpulkan biar bersama-sama, Ikmal mengumpulkakn sendiri pada guru mapelnya. Hal ini membuat teman-teman sekelasnya kurang menyenanginya. Lalu praktikan meminta teman-temannya untuk memberi masukan pada Ikmal, dan praktikan meminta Ikmal meramu, menganalisis dan menginternalisasikan masukan-masukan tersebut kedalam dirinya. Waktu masih tersisa sewaktu membahas Ikmal, selanjutnya terpilihlah masalah Atik yang dibahas. Prosespun yang dilakukan sama. Ternyata Atik terlalu ketergantungan terhadap HPnya. Sehingga ia cenderung kurang peduli lagi pada lingkungnnya. Proses pun dilakukan sama seperti sebelumnya.
Tindak lanjut sesi
Pada sesi selanjutnya, akan mengevaluasi terlebih dahulu masalah Akmal dan Atik. Selanjutnya akan dibahas pula masalah siswa yang lainnya.
SESI  PERTEMUAN 3
Hari/tgl                                    : Sabtu, 1 Februari 2014
Jam ------------- sd. Jam ------: 10.00 s.d. 11.00
Tempat                                    : Ruang BK
Uraian                         :
Pada pertemuan ini, suasana sudah benar-benar sangat familiar. Dadan tanpa diminta lagi, ia berinisiatif untuk memimpin do’a. Seperti biasa, praktikan meminta para siswa memilih masalah selanjutnya yang akan dibahas. Pada tahap ini, ternyata mereka sudah mendapat pencerahan dari masalah-masalah temannya terdahulu, sehingga mereka sudah dapat berinitiating. Jadi, pada tahap ini praktikan meminta para siswa yang tersisa untuk membuat program perubahan perilaku dan mereka sudah dapat melakukan itu.
Pada sesi ini, praktikan memotivasi mereka untuk dapat melaksanakan program mereka dan menjadikan hidup mereka lebih baik.
E.     PENUTUP
Demikian makalah ini dibuat semoga dapat menjadi salah satu motivasi untuk kita sebagai guru BK disekolah untuk melaksanakan konseling kelompok yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada.Karna untuk memandu konseling kelompok secara efektif di sekolah konselor professional perlu memiliki keterampilan-keterampilan yang berkenaan dengan empat dimensi konseling kelompok disekolah yaitu:
a.       Guru BK harus memiliki pengetahuan tentang hubungan antara teori perkembangan dengan teori konseling,
b.      Guru BK harus memiliki pengetahuan ttg topic atau materi kelompok,
c.       Guru BK harus memahami dinamika kelompok,
d.      Guru BK harus memahami factor-faktor kontekstual yang mempengaruhi makna dari prilaku siswa.






4.