KONSELING KELOMPOK
A. PENDAHULUAN
Layanan
konseling kelompok (KKp) yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami sesuai
dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui dinamika kelompok.Konseling
kelompok juga didefinisikan layanan konseling yang mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai
pemimpin kelompoknya untuk membahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing
anggota kelompok melalui dinamika kelompok.
“Konseling untuk semua siswa” Prinsip ini
dapat diimplementasikan hanya jika konselor menggunakan konseling kelompok. Dengan layanan konseling
individual konselor tidak dapat memenuhi prinsip ini, terlebih bagi konselor
yang bebannya overloaded. Konseling kelompok adalah suatu bentuk intervensi terapetik
yang multi fungsi, bukan hanya memiliki fungsi kuratif, tetapi juga preventif
dan promotif. Mengapa demikian? Karena di dalam
kelompok (jamaah) ada sejumlah hikmah yang disebut sebagai therapeutic factors (Corey,
2008). Faktor terapetik ini mesti disadari dan dimanfaatkan oleh
konselor di dalam membantu setiap anggota kelompok. Faktor-faktor yang memiliki daya
menyembuhkan (curative force) kepada
anggota kelompok meliputi: sikap percaya dan penerimaan (trust and acceptance), empati dan kepedulian (empathy and caring), keakraban (intimacy),
harapan (hope), kebebasan untuk
mencoba cara baru (freedom to experiment),
mencurahkan perasaan (catharsis),
penataan kembali berpikir (cognitive
restructuring) komitmen untuk berubah (commitment
to change), membuka diri (self-disclosure),
konfrontasi (confrontation), balikan dan komentar (feedback and commentary).
Untuk
memahami peranan konseling kelompok di sekolah,konselor sekolah professional
pertama-tama perlu memahami terlebih dahulu program konseling sekolah secara komprehensif.Tujuan dari
program konseling komprehensif sekolah adalah untukmempromosikan kesuksesan
akademik dengan cara mendukung dan
memenuhi kebutuhan akademik,karir serta perkembangan social dan pribadi seluruh
siswa.Kebutuhan ini diidentifikasi melalui asesmen yang sistematis terhadap
seluruh konstitusi dalamkomunitas sekolah.Dari kebutuhan yang telah
teridentifikasi itu tujuan dapat diformulasikan dan kompetensi dapat dikembangkan.
Yang
terjadi dilapangan banyak konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling
disekolah kurang memahaminya,sehingga kegiatan konseling kelompok jarang
dilaksanakan.Atau kadang yang terjadi adalah menyelesaikan masalah yang dialami
oleh banyak siswa hanya dilakukan secara diskusi biasa.Oleh Karen itu penulis
memandang perlu membuat makalah ini untuk dijadikan gambaran bagaimana
pelaksanaan konseling kelompok yang baik.
B. TUJUAN
1. Memfasilitasi
Guru BK Memahami manfaat Konseling Kelompok
2. Memfasilitasi
Guru BK Mengetahui Langkah-langkah Konseling Kelompok
3. Memfasilitasi
Guru BK Membuat RPLBK-K
4. Memfasilitasi
Guru BK melaksanakan Konseling Kelompok
C. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
Tujuan dan manfaat dari konseling kelompok yang dilakukan di sekolah
2. Tahapan-tahapan
apa saja yang dilakukan oleh konselor
dalam konseling kelompok
3. Bagaimana cara membuat RPLK-K
D. PENYELESAIAN
MASALAH
1. Tujuan
dan Manfaat Konseling Kelompok
a. Tujuan
Konseling Kelompok
Tujuan
Umum layanan Konseling kelompok adalah terkembangnya kemampuan sosialisasi
siswa,khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan.
Tujuan
khusus melalui layanan konseling kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan
masalah tersebut para peserta memperoleh :Terkembangnya
perasaan,pikiran,persepsi,wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku
khususnya dalam bersosialisasi/berkomunikasi serta terpecahkannya masalah
individu yang bersangkutan dan diperoleh imbasan pemecahan masalah tersebut
bagiindividu-individu lain peserta layanankonseling kelompok.
b. Manfaat
Konseling Kelompok
Literatur
professional mengemukakan bahwa konseling kelompok berguna untuk membantu siswa
(Whiston dan Sexton,1998).Manfaat nya pertama,konseling kelompok merupakan
bentuk intervensi yang lebih efisien
biladibandingkan dengan konseling individual,karena konselor dapat bertemu
dengan banyak siswa sekaligus.Kedua,bila dipandang daripersfektif perkembangan
dan pedagogic sering kali cara terbaik baginsiswa dalam belajar adalah dengan
belajar dari satu sama lain (sesame siswa),konseling kelompok memberikan forum
yang tepat baginpembelajaran siswa kesiswa semacam ini.Berhubungan dengan hal
ini kekuatan dari kelompok sebaya dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan yang positif dibawah kepemimpinan yang terampil dari konselor
secara professional.
2. Tahapan-tahapan
Konseling
kelompok dapat digunakan untuk membantu individu dalam memecahkan masalah
pendidikan (educational), pekerjaan (vocational), sosial (social) dan pribadi (personal). Konseling
kelompok berkenaan dengan proses antar pribadi (interpersonal process) yang menekankan pada pikiran, perasaan dan
tindakan yang disadari. Umumnya anggota kelompok mentukan masalah, namun konselor juga dapat
menginisiasikan masalah bagi siswa berdasarkan data tertentu. Konseling kelompok adalah problem oriented yang terkait
dengan tugas-tugas perkembangan
tertentu. Oleh sebab itu proses pemecahan masalah dalam konseling kelompok, tidak berorientasi pada rekonstruksi kepribadian,
melainkan diorientasikan pada pertumbuhan dengan tekanan utama pada penemuan
sumber-sumber kekuatan internal (internal
resources of strength). Dalam rangka membantu individu, konselor
umumnya menggunakan teknik verbal dan non-verbal serta latihan-latihan
terstruktur.
Makalah ini mengemukakan
ikhtisar proses konseling kelompok menurut Corey (2008) yang meliputi pra kelompok, tahap initial (pembukaan), tahap
transisi, tahap inti (working), tahap
terminasi (penutupan), dan pasca kelompok.
1. PRAKELOMPOK: Persiapan Dan Organisasi
Pra-kelompok
adalah kegiatan persiapan konseling kelompok dimana konselor menyiapkan
kelompok meliputi identifikasi siswa, menentukan kelompok serta memberi
informasi yang tepat dengan cara tepat agar para siswa memiliki pengenalan dan
arah (orientasi) yang baik terhadap kelompok dan mau berpartisipasi aktif untuk
mendapatkan manfaat yang signifikan dari konseling kelompok.
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh konselor sebelum masuk ke tahap awal
konseling kelompok (pembukaan). Jika
hal ini dilakukan dengan baik oleh konselor, maka kepercayaan para siswa akan tumbuh sehingga mereka merasa
nyaman, terbuka dan aktif dalam proses kelompok.
Fungsi Peserta
Sebelum masuk dan berpartisipasi di dalam konseling
kelompok, setiap siswa membutuhkan informasi yang lengkap dan tepat tentang
apa, mengapa, dan bagaimana manfaat signifikan konseling kelompok bagi
perkembangan optimal mereka. Pada tahap persiapan (pra-kelompok) ini ada
beberapa hal yang perlu ditangani dengan baik oleh konselor.
a.
Siswa harus mendapatkan
informasi yang tepat tentang hakikat kelompok dan dampak positif yang akan
didapatkannya.
b.
Siswa harus memutuskan apakah konseling
kelompok yang disediakan oleh konselor sesuai dengan kebutuhannya sekarang?
c.
Siswa
perlu mempersiapkan dirinya dengan cara memikirkan apa
yang mereka inginkan dan mengidentifikasi tema pribadi yang relevan dengan
dirinya.
d.
Masalah akan muncul jika peserta dipaksa masuk kelompok dan tidak memiliki informasi yang tepat dan pasif
ketika berada di dalamnya.
Fungsi Konselor
a.
Mengidentifikasi tujuan umum dan tujuan khusus kelompok bagi kelompok siswa tertentu berdasarkan
hasil analisis data.
b.
Menyusun persiapan bagaimana membentuk kelompok.
c.
Memberikan informasi yang tepat tentang
konseling kelompok kepada calon anggota
d.
Mengorganisasikan hal-hal yang diperlukan untuk
kesuksesan konseling kelompok
e.
Mintalah ijin orang tua (jika perlu).
f.
Mempersiapkan
tugas-tugas konselor dan tugas partner konselor
jika perlu.
g.
Menjelaskan
aturan dasar dalam kelompok agar partisipan mendapatkan manfaat signifikan.
h.
Mendiskusikan
resiko-resiko potensial dan cara mengatasinya.
2. TAHAP INITIAL:
Pembukaan Kelompok
Tahap pembukaan
atau initial adalah saat orientasi dan eksplorasi yaitu menentukan struktur
kelompok, menumbuhkan kepercayaan dan mengeksplorasi harapan konseli. Dengan
kata lain tujuan khusus (obyektif) tahap pembukaan ini adalah menentukan arah dan
struktur kelompok.
Karakteristik
tahap initial
Pada tahap in kecenderungan
yang muncul pada anggta kelompok antara lain sebagai berikut.
a.
ingin menguji kondusif tidaknya suasana
kelompok untuk dirinya.
b.
memikirkan apa yang dapat diharapkannya dari kelompok,
bagaimana kelompok beraktivitas dan bagaimana harus berpartisipasi.
c.
memperhatikan perilaku sosial yang dapat diterima
oleh kelompok dan mengidentifikasi resiko yang akan dihadapinya.
d.
kepercayaan dan keinginan bergabung berangsur-angsur
tumbuh ketika mereka menyatakan apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan.
e.
munculnya
keraguan atau konflik antara percaya dan tidak percaya terhadap kelompok
f.
bereaksi diam atau pasif untuk mengetahui ke
mana arah kelompok.
g.
mengidentifikasi siapa yang dapat dipercaya,
bagaimana dia membuka dirinya, dan bagaimana dia melibatkan diri ke dalam
kelompok.
h.
memperhatikan
bahwa sikap dasar seperti respek, empati, menerima, peduli dan merespon orang
lain dapat membangun kepercayaan antar anggota kelompok.
Peran dan Tugas Penting Anggota Kelompok
a.
Menunjukkan keinginan untuk dikenal lebih jauh oleh
kelompok.
b.
Menyatakan ketakutan, harapan, dan kepedulian
terhadap kelompok.
c.
belajar
mengekspresikan pikiran dan perasaan terutama yang dapat diterima oleh kelompok.
d.
Aktif
menciptakan iklim kepercayaan.
e.
Melibatkan diri di dalam menentukan norma
kelompok.
f.
Menyatakan tujuan spesifik pribadinya terhadap
kelompok.
g.
Belajar
bagamana berinteraksi yang dapat diterima oleh kelompok.
Masalah yang mungkin muncul antara lain peserta:
a.
terlalu
lama menunggu secara pasif ingin tahu apa yang sedang terjadi.
b.
memelihara
perasaan tidak percaya atau takut terhadap kelompok, sehingga menunjukkan
resistensi tertentu.
c.
bingung,
tidak mengetahui tujuan dan sulit berinteraksi.
Fungsi Konselor (sikap
dan aktivitas fasilitatif yang harus dilakukan oleh konselor)
a.
Menjelaskan secara singkat bagaimana sikap dan
cara konseli berpartisipasi aktif di dalam kelompok sebagai kesempatan untuk
mendapatkan manfaat yang positif dari
konseling kelompok.
b.
Mengembangkan
aturan dan norma dasar; menjaga rahasia dan komitmen untuk saling memberi dan
menerima.
c.
Menjelaskan
secara singkat proses dasar konseling kelompok.
d.
Membantu
peserta menyatakan ketakutan dan harapannya serta menumbuhkan sikap percaya
kepada kelompok.
e.
Menunjukkan diri sebagai model tingkah laku yang
menentramkan siswa (modeling of
therapeutic behavior).
f.
Menjelaskan
peran dan tanggung jawab konselor dan peserta.
g.
Membantu
peserta dalam menentukan tujuan pribadinya (mengklarifikasi).
h.
Memberi
kesempatan untuk bertanya kepada siswa.
i.
Tetap
menjaga sikap dan hubungan profesional dengan tiap peserta dan memelihara kepercayaan.
j.
Membantu siswa untuk berbagi pikiran dan
perasaan tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelompok saat ini (here and now group context).
k.
Memberi penjelasan tentang keterampilan
interpersonal seperti mendengarkan aktif dan merespons yang baik.
l.
Menilai
kebutuhan kelompok dan bagaimana cara memfasilitasinya.
3. TAHAP TRANSISI: Pemantapan Kesiapan
Tahap ini adalah tahap kritis
karena dapat menentukan aktif tidaknya konseli dalam berinteraksi dengan yang
lain. Pada tahap ini, konseli biasanya memiliki perasaan cemas,
ragu dan menunjukkan perilaku resisten lainnya. Oleh sebab itu, sebelum konseli
berbuat sesuatu lebih jauh di dalam kelompok, konselor perlu membantu mereka
untuk memiliki kesiapan internal yang
baik. Pada tahap ini konselor harus membantu agar konseli tidak cemas, tidak
ragu-ragu dan bingung. Jika tahap initial di atas ditempuh dengan baik, maka
konseli akan merasa nyaman dan bebas di dalam mengekspresikan sikap, perasaan,
pikiran dan tindakannya.
Karakteristik tahap transisi
Pada tahap ini anggota kelompok menunjukkan
kecenderungan seperti berikut.
a. Keinginan
untuk diterima oleh orang lain atau menolak orang tertentu.
b. Menguji
konselor atau anggota kelompok apakah mereka aman buat dirinya.
c. Mencoba
menunjukkan pengaruh dan bertahan mengendalikan dirinya ketika konflik dengan
anggota kelompok lain.
d.
Belajar
bagaimana mengani konflik dan perbedaan.
e. Masih
ragu terhadap penerimaan orang lain akan kepedulian pribadinya.
f. Belajar
bagaimana mengekspresikan dirinya agar didengar oleh orang lain.
Tugas
konseli dan masalah
Peran utama peserta adalah mengenali dan menangani
bentuk-bentuk perilaku defensifnya, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Menyadari
dan mengekspresikan apa yang sedang dipikirkan dan dirasakannya saat ini.
b.
Tetap
berada dalam kelompok dalam upaya mengeksplorasi dirinya.
c. Mengubah
sikap dependen ke sikap independen.
d. Mengambil
tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya dalam kelompok
e. Belajar
bagaimana menyatakan perbedaan pendapat kepada orang lain.
f. Menunjukkan
keinginan untuk menghadapi dan menangani apa yang terjadi di dalam kelompok.
g.
Menghadapi
konflik secara rasional dari pada menghindarinya.
Fungsi Konselor
Tugas dasar konselor pada tahap ini adalah mendorong
konseli dan menantang mereka untuk menangani konflik yang muncul di dalam
kelompok dan menangani resistensi dan kecemasan yang muncul dalam diri konseli
sendiri. Keberhasilan tugas ini ditandai dengan kohesivitas kelompok,
mengadakan eksplorasi yang produktif terhadap permasalahan dan mengelola
perbedaan-perbedaan. Tugas utama yang harus ditunjukkan dalam tahap ini adalah
sebagai berikut.
1.
Mengingatkan
kembali apa yang telah disepakati pada sesi sebelumnya; topik, fokus dan
komintmen untuk saling menjaga rahasia dan untuk saling memberi dan menerima.
2.
Membantu
peserta untuk mengekspresikan dirinya secara unik, terbuka dan mandiri; membolehkan perbedaan pendapat
dan perasaan.
3.
Mengadakan
kegiatan selingan yang kondusif untuk menghangatkan suasana, mengakrabkan
hubungan atau untuk meme
4.
lihara
kepercayaan.
5.
Memberi contoh bagaimana mengeskpresikan
pikiran dan perasaan yang mudah dipahami oleh orang lain.
6.
Memberi contoh bagaimana mendengarkan secara
aktif sehingga dapat memahami orang lain
dengan baik.
4.
TAHAP INTI: Eksplorasi Dan Mencoba Perilaku Baru
Tahap ini ditandai dengan eksplorasi yang lebih
mendalam tentang masalah pribadi beserta perilaku baru yang bersifat konkret untuk
mencapai perubahan yang diinginkan. Selain itu, keaktifan peserta dalam
eksplorasi masalah dan pemecahannya adalah indikator terpenting. Dalam sesi
ini, interaksi anggota kelompok makin lancar, tidak kaku seperti di awal-awal
pertemuan kelompok. Di dalam
kenyataannya karakteristik tahap ini sulit dibedakan dengan karakteristik tahap
transisi, sehingga penjelasannya
bersifat tumpang tindih. Perlu diingatkan kepada konseli, bahwa
sekalipun mereka menerima balikan, saran dan keharusan dari orang lain, namun
dia tetap harus mengambil keputusan secara mandiri.
Karakteristik Tahap Inti (Working)
Di dalam tahap ini intinya konseli belajar dan bekerja
dalam kelompok untuk dapat memecahkan
masalahnya menuju pada suatu perubahan
yang diinginkan. Karakteristik tahap inti ini adalah seperti
berikut.
a.
Level kepercayaan dan kohesi tinggi.
b.
Komunikasi antar anggota terbuka, aktif dan
akurat dalam mengekspresikan pengalaman.
c.
Anggota
berinteraksi satu sama lain secara bebas dan langsung.
d.
Anggota
menunjukkan keinginan untuk saling memberi dan menerima.
e.
Konflik,
kontroversi, atau perbedaan pendapat dan
pandangan yang muncul dalam kelompok
dapat ditangani secara langsung dan efektif.
f.
Peserta
merasa didukung untuk berupaya mengubah dan mencobakan perilaku baru yang
efektif.
g.
Peserta
merasa optimis bahwa mereka dapat berubah jika ada keinginan yang kuat dan
melakukan tindakan baru secara nyata dan mandiri.
Fungsi anggota dan masalah yang mungkin
muncul
Untuk terjadinya proses eksplorasi yang lebih mendalam
tentang masalah pribadi beserta
perubahan yang diinginkan, maka anggota kelompok harus memenuhi tugas
dan peranan sebagai berikut.
a.
Menyatakan masalah pribadi ke dalam sesi
kelompok.
b.
Memberi
dan menerima balikan secara terbuka.
c.
Menunjukkan
keterlibatan aktif dalam berbagi dengan enggota kelompok
d.
Mencoba
berlatih keterampilan dan atau perilaku baru dan membawa pengalamannya ke dalam
kelompok.
e.
Menilai
ketercapaian tujuan dan kepuasannya sendiri dalam proses konseling kelompok.
Masalah yang biasanya muncul dalam sesi ini adalah
setelah konseli mendapatkan pencerahan dalam sesi konseling kelompok, namun dia
tidak menindaklanjutinya dengan perilaku konkret (di luar kelompok) yang membawa pada perubahan. Selain itu
konseli menghindar karena takut menerima
resiko dari perbuatannya.
Fungsi Konselor
Fungsi utama konselor di
dalam tahap ini adalah seperti berikut.
a.
Memberikan reinforcement
secara tepat terhadap perilaku anggota kelompok yang efektif yang mendorong kohesi dan produktivitas
kelompok.
b.
Merangkum benang merah dari apa yang
dibicarakan dan dikerjakan oleh anggota kelompok.
c.
Menunjukkan kepedulian pada konfrontasi yang
muncul dan bersikap terbuka terhadap persepsi anggota kelompok yang berbeda-beda.
d.
Menginterpretasikan makna pola perilaku anggota
kelompok pada waktunya sehingga peserta terdorong untuk memperdalam eksplorasi
dirinya dan mencari alternatif tingkah laku baru.
e.
Menyadari faktor-faktor terapetik yang dapat
membantu mengubah pikiran, sikap, perasaan dan tindakan-tindakan anggota.
5.
TAHAP PENUTUPAN: Konsolidasi Dan Terminasi
Kemampuan konselor dalam tahap ini berkenaan dengan
membantu anggota dalam mentransfer apa yang telah mereka pelajari di dalam
kelompok untuk dapat diterapkan di luar dalam kehidupan sehari-hari.
Konsolidasi belajar dilakukan bersamaan dengan terminasi yaitu merangkum tahapan
atau kegiatan kelompok dan hasil akhir yang
dicapai bersama, mengintegrasikan dan mengiterpretasikan pengalaman kelompok.
Karakteristik
tahap penutupan
Karakteristik tahap ini
adalah sebagai berikut.
a.
Ada
perasaan enggan berpisah dengan anggota lain.
b.
Intensitas
partisipasi peserta dalam kegiatan kelompok menurun atau berkurang.
c.
Anggota
telah memutuskan untuk belajar mencoba perilaku baru.
d.
Anggota
saling mengekspresikan harapannya dan kepeduliannya terhadap perubahan yang
dicapai oleh satu sama lain.
e.
Mereka
membicarakan rencana-rencana tertentu yang dapat mendorong mereka merancang
perubahan konkret.
Fungsi Anggota dan Masalah yang mungkin timbul
Tugas utama yang dihadapi oleh anggota kelompok dalam
tahap ini adalah mengkonsolidasikan belajar
dan transfer dari apa yang telah
dipelajari dalam kelompok pada kehidupan sehari-hari. Para anggota harus
mereviu proses dan hasil-hasil yang dicapai selama kegiatan kelompoknya dalam
suatu kerangka kognitif yang bermakna. Mereka juga harus terus menerapkan
tingkah laku baru dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta pada
tahap ini adalah sebagai berikut.
a.
Mengatasi
pikiran dan masalah yang terkait dengan perpisahan dengan anggota kelompok.
b.
Menyelesaikan persoalan yang tidak selesai dipecahkan
dalam kelompok yang terkait dengan anggota kelompok yang lain.
c.
Membuat keputusan dan rencana-rencana
menggeneralisasikan apa yang telah dipelajarinya dalam konseling kelompok ke
dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Mengidentifikasi cara me-reinforcement dirinya
sehingga dia dapat terus berkembang
e.
Menggali
cara-cara bertemu yang konstruktif setelah konseling kelompok usai.
f.
Mengevaluasi
dampak pengalaman kelompok.
Masalah yang mungkin timbul pada tahap ini antara
lain para anggota menghindar untuk
mereviu pengalaman ke dalam suatu
kerangka pemikiran tertentu, sehingga pembelajaran mereka terbatas sampai di
situ. Selain itu anggota memandang tahap
penutupan sebagai hal yang berlalu begitu saja tidak dijadikan sebagai momentum untuk menumbuh-kembangkan
dirinya lebih lanjut.
Fungsi Konselor
Tugas utama konselor pada tahap ini adalah mendorong
partisipan untuk mengklarifikasi makna pengalaman mereka di dalam konseling
kelompok dan membantu mereka menggeneralisasikan lesson learned dari kelompok
pada kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu konselor harus fokus pada
tugas-tugas sebagai berikut.
a.
Memberikan
penguatan (reinforcement) perubahan
perilaku yang telah dilakukan oleh anggota dan menjamin bahwa anggota kelompok
memiliki informasi tentang sumber-sumber yang dapat membuat mereka melakukan
perubahan lebih lanjut.
b.
Membantu
anggota kelompok membuat keputusan bagaimana dia menerapkan keterampilan
spesifik (baru) di dalam berbagai situasi kehidupan mereka, termasuk membantu
mereka dalam mengembangkan kontrak spesifik dan rencana tindakan yang tertuju
pada perubahan yang diharapkan.
c.
Membantu
anggota kelompok mengembangkan kerangka kerja konseptual yang akan membantu
mereka memahami, mengintegrasikan, mengkonsolidasikan dan mengingat apa yang telah dipelajari di dalam kelompok.
d.
Menciptakan anggota kelompok membuat rencana
pasca konseling untuk digunakan lebih
lanjut.
6.
PASCA KELOMPOK: Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap terminasi bukan tanda berakhirnya pekerjaan
konselor dalam konseling kelompok melainkan konselor harus mempertimbangkan
evaluasi dan tindak lanjut (evaluation and follow up). Dalam konteks ini ada sejumlah pertanyaan yang
perlu diajukan: Apa tanggung jawab konselor di dalam evaluasi hasil kelompok?
Bagaimana konselor dapat membantu mengevaluasi keefektifan pengalaman kelompok?
Apa bentuk tindak lanjut yang harus dilakukan setelah terminasi kelompok? Apa
saja pertimbangan-pertimbangan etis di dalam mengevaluasi dan menyusun prosedur
tindak lanjut kelompok.
a.
Mengevaluasi Proses dan Hasil Konseling Kelompok
Evaluasi proses dan
hasil adalah aspek penting yang memiliki manfaat positif bagi anggota kelompok
dan konselor. Evaluasi tidak hanya dilakukan pada tahap terminasi, melainkan
dalam setiap tahapan perjalanan kehidupan kelompok, termasuk kemajuan setiap
individu anggota dan kelompok itu sendiri secara keseluruhan. Dalam hal ini
bisa saja digunakan alat-alat ukur tertentu
untuk mengetahui perubahan sikap dan nilai yang dialami oleh konseli.
Evaluasi penting dilakukan untuk mengetahui keefektifan intervensi yang
dilakukan konselor dan untuk mengembangkan intervensi yang lebih baik di masa
mendatang. Penilaian subyektif secara tertulis oleh anggota kelompok sendiri
dapat digunakan. Penilaian subyektif ini dapat mengetahui substansi dan fokus
konseling kelompok yang dianggap penting yang mempengaruhi perilakunya.
Dalam evaluasi
sebaiknya meliputi evaluasi terhadap teknik-teknik yang digunakan, fungsi
konselor, dampak kelompok terhadap diri anggota, serta perubahan-perubahan yang
dialami oleh anggota kelompok. Pertanyaan yang perlu diajukan untuk mendapatkan
hal-hal tersebut adalah: Apakah kelompok memberikan pengaruh negatif
terhadapmu? Bagaimana kelompok mempengaruhi Anda di dalam berhubungan dengan
orang lain? Perubahan-perubahan apa yang Anda alami sejauh ini?
b.
Sesi Tindak Lanjut Kelompok
Sangat disarankan
melaksanakan sesi tindak lanjut kelompok untuk mendiskusikan pengalaman
kelompok dalam perspektif tertentu. Sesi ini bukan saja berguna bagi konselor dalam menilai hasil-hasil yang
dicapai kelompok, tetapi juga memberi kesempatan untuk mendapatkan suatu
gambaran yang realistik tentang pengaruh kelompok terhadap masing-masing
anggota.
Dalam sesi ini anggota
kelompok dapat mendiskusikan upaya-upaya yang telah mereka lakukan dalam rangka
mengimplementasikan hasil belajar mereka ke dalam dunia nyata. Mereka dapat
melaporkan kesulitan yang dihadapi, pengalaman berbagi kebahagiaan dan
pengalaman dengan orang lain, dan mengingat kembali apa yang terjadi di dalam
kelompok. Saling memberikan balikan dan dukungan dalam hal ini sangat
diutamakan.
Sesi ini juga dapat
merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban yang dapat digunakan sebagai
data untuk memaksimalkan manfaat jangka panjang dari konseling kelompok. Sesi ini dapat menyadarkan anggota kelompok untuk memikul tanggung jawab
terhadap hasil yang dicapainya. Akhirnya sesi ini dapat membantu konselor pada
kesempatan lain dalam mempertanggungjawabkan proses dan hasil layanannya.
c.
Sesi Tindak Lanjut Individual
Sesi tindak lanjut
individual sangat disarankan diadakan dan mengaitkan hasil evaluasi dengan data
individual tentang sikap, nilai, keyakinan-keyakinan, kebiasaan-kebiasaan dan
penyesuaian diri siswa. Oleh sebab itu data tentang siswa harus
diadministrasikan dengan sangat baik. Sesi ini dilakukan dengan wawancara
individual selama 10-20 menit untuk mengetahui apakah konseling kelompok telah membantu mencapai tujuan-tujuan
spesifik pribadi konseli. Sesi ini dapat memberi kesan mendalam kepada konseli
betapa perhatian dan pedulinya konslor terhadap perkembangan dirinya. Tidak
tertutup kemungkinan dengan sesi ini dapat diketahui perlunya suatu layanan
referal kepada individu tertentu.
3.
Rencana
Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING KELOMPOK
A. PRA GROUP
Ø Deskripsi Kasus
|
||||||||||||||||||
1. Nama
|
:
|
Andini, Atik, Dadan F., Diar Y., Iis K., Ikmal F
|
||||||||||||||||
2. Kelas
|
:
|
XI IPA 4
|
||||||||||||||||
3. Data
Hasil Assmn.
|
:
|
|||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||
Ø Gejala masalah
|
:
|
Dari hasil
sosiometri, mereka anak-anak yang terisolir di kelas.
|
||||||||||||||||
Ø Inti Masalah
|
:
|
Kurang peduli
terhadap lingkungan kelasnya
|
||||||||||||||||
Ø Diagnostik
|
:
|
Masalah ini
kemungkinan terjadi karena mereka kurang memperdulikan teman-teman
sekelasnya, sehingga mereka tidak memiliki teman akrab di kelas. Hal ini
terjadi kemungkinan mereka sudah merasa mampu sendiri dalam melakukan
sesuatu, sehingga tidak membutuhkan bantuan teman lainnya.
|
||||||||||||||||
Ø Prognostik
|
:
|
Penanganan yang
mungkin dapat diberikan adalah merubah persepsi mereka yang iirasional
menjadi lebih rasional yaitu mereka adalah makhluk social sehingga pasti
saling membutuhkan walaupun bukan berarti harus tergantung pada orang lain.
|
||||||||||||||||
Ø Treatment
|
:
|
Pendekatan yang
digunakan adalah REBT
Konsep Pokok:
Teori A-B-C menjelaskan hubungan antara
kepribadian dan gangguan emosional dan perilaku. C (Consequence:
akibat), muncul sesudah ada sitimulus yang menggerakan yang terjadi pada
titik A (Activating : menggerakkan), dalam hal ini A bukan peristiwa
itu sendiri yang menyebabkan timbulnya emosi (C) meskipun A itu dapat memberi
kontribusi terhadap C, namun yang dapat menciptakan C itu sesungguhnya adalah
bukan A melainkan adalah B (Belief system : sistem keyakinan) atau
sistem keyakinan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan.
Tujuan utama:
agar konseli memiliki dasar pemikiran
filsafat hidup yang rasional dan sehat sehingga dapat mengendalikan emosi dan
perilakunya secara efektif.
Fokus Konseling:
Penataan kembali kognisi, dimana konselor secara konsisten menyerang
pemikiran, asumsi, kesimpulan dan sikap-sikap yang tidak logis dan tidak
konsisten baik secara verbal maupun non-verbal; Melatihkan perilaku baru yang
efektif, yang berbeda dengan perilaku lama
Indikator Konseli sembuh:
Memiliki komitmen untuk selalu mempraktekkan perilaku baru yang rasional,
Berbuat sesuai dengan wawasan yang diperoleh dari konseling, Mengambil resiko
atas perilaku barunya
Percaya
diri dan bertanggung jawab atas
perilaku baru, Pikiran jadi kendali atas perasaan dan emosinya
|
||||||||||||||||
B.
PEMBUKAAN
|
:
|
|||||||||||||||||
1.
Awal
|
||||||||||||||||||
Ø Pembukaan
|
:
|
Praktikan
menyambut kedatangan para siswa dengan senang hati dan mempersilahkan mereka
untuk duduk di tempat yang telah disediakan
|
||||||||||||||||
Ø Pernyataan tujuan
|
:
|
Praktikan menjelaskan
tujuan dari konseling kelompok yang akan dilakukan, yaitu untuk menyelesaikan
masalah yang mereka mereka hadapi bersama-sama
|
||||||||||||||||
Ø Penjelasan langkah-langkah :
|
||||||||||||||||||
1) Praktikan
menjelaskan tentang konsep ABC
2) Praktikan
menjelaskan bahwa siswa akan diminta mengungkapkan semua permasalahannya satu
persatu
3) Praktikan
dan siswa bersepakat masalah siapa dulu yang akan dibahas
4) Praktikan
meminta setiap siswa untuk saling menanggapi/memberikan masukan/pendapat
kepada temannya yang masalahnya sedang dibahas
5) Dari
masukan/pendapat teman-temannya tersebut, Praktikan memfasilitasi siswa untuk
dapat merubah pikirannya yang irrasional menjadi rasional
|
||||||||||||||||||
Ø Pembentukan kelompok
|
:
|
Praktikan
mengajak siswa untuk berkomitmen saling jujur dan dapat saling percaya untuk
merahasiakan masalah yang dialami teman-teman sekelompoknya.
|
||||||||||||||||
Ø Konsolidasi
|
:
|
Praktikan
memastikan siswa memahami fungsi, peran dan tugas yang harus dikerjakannya.
|
||||||||||||||||
C.
TRANSISI
|
||||||||||||||||||
a.
Sorming
|
:
|
Praktikan
memfasilitasi kelompok mengungkapkan hal-hal yang belum mereka pahami,
seperti “bagaimana ada yang mau ditanyakan?”
|
||||||||||||||||
b.
Norming
|
:
|
Apabila
semuanya sudah mengerti, maka Praktikan mengulas sedikit hal-hal yang harus mereka
lakukan lalu masuk ke tahap kerja, tapi bila ada yang belum mengerti, maka
Praktikan menjelaskan kembali hal-hal yang harus mereka lakukan, setelah
mengerti baru masuk ke tahap kerja.
|
||||||||||||||||
D. PENANGANAN
|
:
|
(Tahap
Kerja)
|
||||||||||||||||
1)
Praktikan memimpin do’a terlebih
dahulu
2)
Praktikan meminta siswa satu
persatu mengungkapkan masalah yang mereka alami secara bergiliran
3)
Praktikan meminta kesepakatan
siswa, masalah siapa yang akan dibahas terlebih dahulu
4)
Praktikan meminta setiap siswa
memberi masukan/pendapat pada masalah temannya yang sedang dibahas
5)
Praktikan meminta siswa untuk
membuat program bagaimana cara mereka merubah persepsi mereka
6)
Praktikan meminta pendapat siswa
mengenai kebermanfaatan program yang mereka buat
7)
Praktikan meminta kesepakatan
siswa untuk melaksanakan program manajemen diri yang telah dibuat
8)
Praktikan meminta kepada setiap
siswa untuk saling mengobservasi keterlaksanaan program perubahan persepsi
dalam kehidupan kesehariannya
|
||||||||||||||||||
A.
PENUTUPAN
|
:
|
|||||||||||||||||
a.
Refleksi
umum
|
:
|
Praktikan
mengajak siswa untuk melakukan review mengenai proses konseling kelompok yang
telah dilakukan. Mereka diminta untuk mengungkapkakn makna yang dapat mereka
ambil dari proses konseling kelompok bagi dirinya.
|
||||||||||||||||
b.
Tindak
lanjut
|
:
|
Praktikan
memberi penguatan kepada siswa untuk merealisasikan program manajemen diri
pada kehidupannya sehari-hari, agar hidupnya lebih efektif sehingga
diharapkan masa depannya menjadi cerah
|
||||||||||||||||
c.
Penutup
|
:
|
1. Praktikan mengucapkan terima kasih
2. Praktikan
membuat kesepakatan pertemuan selanjutnya
3. Praktikan
menutup sesi konseling dan memimpin do’a dan mengucapkan salam
|
||||||||||||||||
A.
POST
GROUP
|
Praktikan
melakukan evaluasi, mencatat laporan dan tindak lanjut
|
|||||||||||||||||
Banjar,
Oktober 2014
Perencana Layanan
Deti Haryati
Laporan Konseling Kelompok
Deskripsi Karakteristk Siswa
1. Nama
|
:
|
Anggi, Atik, Dadan F., Diar Y., Iis K., Ikmal F
|
||||||||||||||
1.
Kelas
|
:
|
XI IPA 4
|
||||||||||||||
2.
Data Hasil Assm
|
:
|
|||||||||||||||
|
Sikap, aktivitas dan prestasi
belajar di kelasnya
Mereka merupakan siswa-siswi yang pintar. Mereka
kebanyakan berada di rangking 10 besar. Tapi mereka tidak memiliki teman akrab
di kelasnya. Bahkan dari hasil sosiometri, mereka cenderung terisolir.
Isu/masalah/kepedulian yang diekspresikan oleh siswa
sebagai pribadi
Ø Mereka kurang peduli pada teman sekelas mereka. Mereka
cenderung menyendiri dankurang bergabung dengan teman-teman kelasnya.
Konseptualisasi
Siswa
yang memiliki masalah-masalah tersebut di atas, diperkirakan harus dibantu
dengan menggunakan pendekatan REBT.
Konsep Pokok: Teori A-B-C
menjelaskan hubungan antara kepribadian
dan gangguan emosional dan perilaku. C (Consequence: akibat), muncul sesudah
ada sitimulus yang menggerakan yang terjadi pada titik A (Activating :
menggerakkan), dalam hal ini A bukan peristiwa itu sendiri yang menyebabkan
timbulnya emosi (C) meskipun A itu dapat memberi kontribusi terhadap C, namun
yang dapat menciptakan C itu sesungguhnya adalah bukan A melainkan adalah B (Belief
system : sistem keyakinan) atau sistem keyakinan yang dimiliki oleh orang
yang bersangkutan.
Tujuan utama:
agar konseli memiliki dasar pemikiran
filsafat hidup yang rasional dan sehat sehingga dapat mengendalikan emosi dan
perilakunya secara efektif.
Fokus Konseling:
Penataan kembali kognisi, dimana konselor secara konsisten menyerang pemikiran,
asumsi, kesimpulan dan sikap-sikap yang tidak logis dan tidak konsisten baik
secara verbal maupun non-verbal; Melatihkan perilaku baru yang efektif, yang
berbeda dengan perilaku lama
Indikator Konseli sembuh:
Memiliki komitmen untuk selalu mempraktekkan perilaku baru yang rasional,
Berbuat sesuai dengan wawasan yang diperoleh dari konseling, Mengambil resiko
atas perilaku barunya, Percaya
diri dan bertanggung jawab atas perilaku baru, Pikiran jadi kendali atas
perasaan dan emosinya
Proses Koseling
PEMBUKAAN
|
:
|
|||
Awal
|
||||
Ø Pembukaan
|
:
|
Praktikan
menyambut kedatangan para siswa dengan senang hati dan mempersilahkan mereka
untuk duduk di tempat yang telah disediakan
|
||
Ø Pernyataan tujuan
|
:
|
Praktikan menjelaskan
tujuan dari konseling kelompok yang akan dilakukan, yaitu untuk menyelesaikan
masalah yang mereka mereka hadapi bersama-sama
|
||
Ø Penjelasan langkah-langkah :
|
||||
-
Praktikan menjelaskan tentang
konsep ABC
-
Praktikan menjelaskan bahwa siswa
akan diminta mengungkapkan semua permasalahannya satu persatu
-
Praktikan dan siswa bersepakat
masalah siapa dulu yang akan dibahas
-
Praktikan meminta setiap siswa untuk
saling menanggapi/memberikan masukan/pendapat kepada temannya yang masalahnya
sedang dibahas
-
Dari masukan/pendapat
teman-temannya tersebut, Praktikan memfasilitasi siswa untuk dapat merubah
pikirannya yang irrasional menjadi rasional
|
||||
Ø Pembentukan kelompok
|
:
|
Praktikan
mengajak siswa untuk berkomitmen saling jujur dan dapat saling percaya untuk
merahasiakan masalah yang dialami teman-teman sekelompoknya.
|
||
Ø Konsolidasi
|
:
|
Praktikan
memastikan siswa memahami fungsi, peran dan tugas yang harus dikerjakannya.
|
||
TRANSISI
|
||||
Ø Sorming
|
:
|
Praktikan
memfasilitasi kelompok mengungkapkan hal-hal yang belum mereka pahami,
seperti “bagaimana ada yang mau ditanyakan?”
|
||
Ø Norming
|
:
|
Apabila
semuanya sudah mengerti, maka Praktikan mengulas sedikit hal-hal yang harus
mereka lakukan lalu masuk ke tahap kerja, tapi bila ada yang belum mengerti,
maka Praktikan menjelaskan kembali hal-hal yang harus mereka lakukan, setelah
mengerti baru masuk ke tahap kerja.
|
||
PENANGANAN
|
:
|
(Tahap
Kerja)
|
||
-
Praktikan memimpin do’a terlebih
dahulu
-
Praktikan meminta siswa satu
persatu mengungkapkan masalah yang mereka alami secara bergiliran
-
Praktikan meminta kesepakatan
siswa, masalah siapa yang akan dibahas terlebih dahulu
-
Praktikan meminta setiap siswa
memberi masukan/pendapat pada masalah temannya yang sedang dibahas
-
Praktikan meminta siswa untuk
membuat program bagaimana cara mereka merubah persepsi mereka
-
Praktikan meminta pendapat siswa
mengenai kebermanfaatan program yang mereka buat
-
Praktikan meminta kesepakatan
siswa untuk melaksanakan program manajemen diri yang telah dibuat
-
Praktikan meminta kepada setiap
siswa untuk saling mengobservasi keterlaksanaan program perubahan persepsi
dalam kehidupan kesehariannya
|
||||
PENUTUPAN
|
:
|
|||
Ø Refleksi umum
|
:
|
Praktikan
mengajak siswa untuk melakukan review mengenai proses konseling kelompok yang
telah dilakukan. Mereka diminta untuk mengungkapkakn makna yang dapat mereka
ambil dari proses konseling kelompok bagi dirinya.
|
||
Ø Tindak lanjut
|
:
|
Praktikan
memberi penguatan kepada siswa untuk merealisasikan program manajemen diri
pada kehidupannya sehari-hari, agar hidupnya lebih efektif sehingga
diharapkan masa depannya menjadi cerah
|
||
Ø Penutup
|
:
|
-
Praktikan mengucapkan terima kasih
-
Praktikan membuat kesepakatan
pertemuan selanjutnya
-
Praktikan menutup sesi konseling
dan memimpin do’a dan mengucapkan salam
|
||
POST
GROUP
|
Praktikan
melakukan evaluasi, mencatat laporan dan tindak lanjut
|
|||
SESI PERTEMUAN 1
Hari/tgl : Sabtu, 18
Januari 2014
Jam sd. Jam :
10.30 s.d. 11.30
Tempat : Ruang BK
SMAN 1 Rancah
Kegiatan Praktikan
Praktikan
mempersilahkan para
siswa untuk masuk ke ruang BK dan duduk di tempat yang sudah disediakan.
Praktikan mengajak siswa untuk terlibat dalam konseling yang akan dilakukan.
Untuk tujuan ini, Praktikan terlebih dahulu mengemukakan tujuan diadakannya
konseling kelompok.
Praktikan juga memberi tahu siswa bahwa Praktikan memiliki salah satu azas yang
harus di pegang teguh, yaitu azas kerahasiaan. Azas kerahasiaan ini harus dipegang teguh oleh para siswa
yang terlibat dalam konseling kelompok. Praktikan pun melakukan kontrak waktu
dengan mereka. Setelah siswa mengerti dan bersedia untuk mengikuti sesi konseling,
maka dimulailah proses konseling.
Pada
sesi ini,
praktikan menerangkan terlebih dahulu konsep ABC. Hal ini
dimaksudkan agar mereka mengerti bahwa sustu perilaku terjadi disebabkan adanya
believe sistem yang ada pada diri manusia. Setelah mereka mengerti, praktikan
meminta setiap siswa untuk mengemukakan permasalahannya. Pada tahap ini, para
siswa terlibat aktif dan mau mengemukakan masalahnya. Setelah semua masalah
diungkapkan, praktikan bertanya kembali pada mereka untuk memilih masalah siapa
yang akan dibahas terlebih dahulu. Lalu terpilihlah masalah Iis yang akan
dibahas, karena menurut mereka masalah Iis lah yang paling berat diantara
masalah teman-teman yang lain.
Iis diminta mengungkapkan masalah yang dialaminya, lalu
praktikan meminta teman-temannya yang lain memberi tanggapan atau masukan atau
saran untuk Iis.
Praktikan meminta Iis untuk dapat menerima dan memilih
serta meramu saran, tanggapan dan masukan dari teman-temannya, sehingga dari
mereka Iis memiliki pencerahan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangnnya. Dan
Iis diminta untuk membuat program perubahan untuk perbaikan perilaku
selanjutnya.
Tindak lanjut sesi
Pada sesi selanjutnya, praktikan akan terlebih dahulu
meminta Iis untuk mengungkapkan hal-hal yang sudah dilakukan dan pengaruhnya
terhadap diri dan lingkungannya. Setelah itu Praktikan akan meminta pada para
siswa untuk memilih masalah siapa yang akan dibahas selanjutnya.
SESI
PERTEMUAN 2
Hari/tgl : Sabtu, 25 Januari 2014
Jam
------------- sd. Jam ----- : 10.00 s.d. 11.00
Tempat : Ruang BK
Uraian :
Pada sesi ini, para siswa sudah lebih siap dan tidak kaku
lagi. Praktikan
meminta salah seorang dari mereka untuk memimpin do,a. selnjutnya praktikan
meminta Iis untuk mengungkapkan bagaimana pengelamannya setelah melakukan
konseling dan setelah menerima masukan dari teman-temannya. Iis mengatakan
bahwa ia sudah mulai lebih lega dan merasa tidak sendiri, karena teman-teman
dalam kelompok konseling ini merasa sangat bermakna bagi Iis.
Selanjutnya,
para siswa diminta memilih masalah siapa yang akan dibahas. Terpilihnlah
masalah Ikmal. Proses yang dilakukan sama seperti pada sesi pertama. Ikmal
ternyata oranggya cerewet dan menurut teman-temannya ia so cari perhatian guru.
Bila tugas yang lain belum dikumpulkan biar bersama-sama, Ikmal mengumpulkakn
sendiri pada guru mapelnya. Hal ini membuat teman-teman sekelasnya kurang
menyenanginya. Lalu praktikan meminta teman-temannya untuk memberi masukan pada
Ikmal, dan praktikan meminta Ikmal meramu, menganalisis dan
menginternalisasikan masukan-masukan tersebut kedalam dirinya. Waktu masih
tersisa sewaktu membahas Ikmal, selanjutnya terpilihlah masalah Atik yang
dibahas. Prosespun yang dilakukan sama. Ternyata Atik terlalu ketergantungan
terhadap HPnya. Sehingga ia cenderung kurang peduli lagi pada lingkungnnya.
Proses pun dilakukan sama seperti sebelumnya.
Tindak lanjut sesi
Pada
sesi selanjutnya, akan mengevaluasi terlebih dahulu masalah Akmal dan Atik.
Selanjutnya akan dibahas pula masalah siswa yang lainnya.
SESI PERTEMUAN 3
Hari/tgl : Sabtu, 1
Februari 2014
Jam
------------- sd. Jam ------: 10.00 s.d. 11.00
Tempat : Ruang BK
Uraian :
Pada
pertemuan ini, suasana sudah benar-benar sangat familiar. Dadan tanpa diminta
lagi, ia berinisiatif untuk memimpin do’a. Seperti biasa, praktikan meminta
para siswa memilih masalah selanjutnya yang akan dibahas. Pada tahap ini,
ternyata mereka sudah mendapat pencerahan dari masalah-masalah temannya
terdahulu, sehingga mereka sudah dapat berinitiating. Jadi, pada tahap ini
praktikan meminta para siswa yang tersisa untuk membuat program perubahan perilaku
dan mereka sudah dapat melakukan itu.
Pada
sesi ini, praktikan memotivasi mereka untuk dapat melaksanakan program mereka
dan menjadikan hidup mereka lebih baik.
E. PENUTUP
Demikian
makalah ini dibuat semoga dapat menjadi salah satu motivasi untuk kita sebagai
guru BK disekolah untuk melaksanakan konseling kelompok yang sesuai dengan
kaidah-kaidah yang ada.Karna untuk memandu konseling kelompok secara efektif di
sekolah konselor professional perlu memiliki keterampilan-keterampilan yang
berkenaan dengan empat dimensi konseling kelompok disekolah yaitu:
a. Guru
BK harus memiliki pengetahuan tentang hubungan antara teori perkembangan dengan
teori konseling,
b. Guru
BK harus memiliki pengetahuan ttg topic atau materi kelompok,
c. Guru
BK harus memahami dinamika kelompok,
d. Guru
BK harus memahami factor-faktor kontekstual yang mempengaruhi makna dari
prilaku siswa.
4.
KONSELING KELOMPOK
A. PENDAHULUAN
Layanan
konseling kelompok (KKp) yaitu layanan bimbingan dan konseling yang membantu
peserta didik dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami sesuai
dengan tuntutan karakter-cerdas yang terpuji melalui dinamika kelompok.Konseling
kelompok juga didefinisikan layanan konseling yang mengikutkan sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan konselor sebagai
pemimpin kelompoknya untuk membahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing
anggota kelompok melalui dinamika kelompok.
“Konseling untuk semua siswa” Prinsip ini
dapat diimplementasikan hanya jika konselor menggunakan konseling kelompok. Dengan layanan konseling
individual konselor tidak dapat memenuhi prinsip ini, terlebih bagi konselor
yang bebannya overloaded. Konseling kelompok adalah suatu bentuk intervensi terapetik
yang multi fungsi, bukan hanya memiliki fungsi kuratif, tetapi juga preventif
dan promotif. Mengapa demikian? Karena di dalam
kelompok (jamaah) ada sejumlah hikmah yang disebut sebagai therapeutic factors (Corey,
2008). Faktor terapetik ini mesti disadari dan dimanfaatkan oleh
konselor di dalam membantu setiap anggota kelompok. Faktor-faktor yang memiliki daya
menyembuhkan (curative force) kepada
anggota kelompok meliputi: sikap percaya dan penerimaan (trust and acceptance), empati dan kepedulian (empathy and caring), keakraban (intimacy),
harapan (hope), kebebasan untuk
mencoba cara baru (freedom to experiment),
mencurahkan perasaan (catharsis),
penataan kembali berpikir (cognitive
restructuring) komitmen untuk berubah (commitment
to change), membuka diri (self-disclosure),
konfrontasi (confrontation), balikan dan komentar (feedback and commentary).
Untuk
memahami peranan konseling kelompok di sekolah,konselor sekolah professional
pertama-tama perlu memahami terlebih dahulu program konseling sekolah secara komprehensif.Tujuan dari
program konseling komprehensif sekolah adalah untukmempromosikan kesuksesan
akademik dengan cara mendukung dan
memenuhi kebutuhan akademik,karir serta perkembangan social dan pribadi seluruh
siswa.Kebutuhan ini diidentifikasi melalui asesmen yang sistematis terhadap
seluruh konstitusi dalamkomunitas sekolah.Dari kebutuhan yang telah
teridentifikasi itu tujuan dapat diformulasikan dan kompetensi dapat dikembangkan.
Yang
terjadi dilapangan banyak konselor sekolah atau guru bimbingan dan konseling
disekolah kurang memahaminya,sehingga kegiatan konseling kelompok jarang
dilaksanakan.Atau kadang yang terjadi adalah menyelesaikan masalah yang dialami
oleh banyak siswa hanya dilakukan secara diskusi biasa.Oleh Karen itu penulis
memandang perlu membuat makalah ini untuk dijadikan gambaran bagaimana
pelaksanaan konseling kelompok yang baik.
B. TUJUAN
1. Memfasilitasi
Guru BK Memahami manfaat Konseling Kelompok
2. Memfasilitasi
Guru BK Mengetahui Langkah-langkah Konseling Kelompok
3. Memfasilitasi
Guru BK Membuat RPLBK-K
4. Memfasilitasi
Guru BK melaksanakan Konseling Kelompok
C. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
Tujuan dan manfaat dari konseling kelompok yang dilakukan di sekolah
2. Tahapan-tahapan
apa saja yang dilakukan oleh konselor
dalam konseling kelompok
3. Bagaimana cara membuat RPLK-K
D. PENYELESAIAN
MASALAH
1. Tujuan
dan Manfaat Konseling Kelompok
a. Tujuan
Konseling Kelompok
Tujuan
Umum layanan Konseling kelompok adalah terkembangnya kemampuan sosialisasi
siswa,khususnya kemampuan komunikasi peserta layanan.
Tujuan
khusus melalui layanan konseling kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan
masalah tersebut para peserta memperoleh :Terkembangnya
perasaan,pikiran,persepsi,wawasan dan sikap terarah kepada tingkah laku
khususnya dalam bersosialisasi/berkomunikasi serta terpecahkannya masalah
individu yang bersangkutan dan diperoleh imbasan pemecahan masalah tersebut
bagiindividu-individu lain peserta layanankonseling kelompok.
b. Manfaat
Konseling Kelompok
Literatur
professional mengemukakan bahwa konseling kelompok berguna untuk membantu siswa
(Whiston dan Sexton,1998).Manfaat nya pertama,konseling kelompok merupakan
bentuk intervensi yang lebih efisien
biladibandingkan dengan konseling individual,karena konselor dapat bertemu
dengan banyak siswa sekaligus.Kedua,bila dipandang daripersfektif perkembangan
dan pedagogic sering kali cara terbaik baginsiswa dalam belajar adalah dengan
belajar dari satu sama lain (sesame siswa),konseling kelompok memberikan forum
yang tepat baginpembelajaran siswa kesiswa semacam ini.Berhubungan dengan hal
ini kekuatan dari kelompok sebaya dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan yang positif dibawah kepemimpinan yang terampil dari konselor
secara professional.
2. Tahapan-tahapan
Konseling
kelompok dapat digunakan untuk membantu individu dalam memecahkan masalah
pendidikan (educational), pekerjaan (vocational), sosial (social) dan pribadi (personal). Konseling
kelompok berkenaan dengan proses antar pribadi (interpersonal process) yang menekankan pada pikiran, perasaan dan
tindakan yang disadari. Umumnya anggota kelompok mentukan masalah, namun konselor juga dapat
menginisiasikan masalah bagi siswa berdasarkan data tertentu. Konseling kelompok adalah problem oriented yang terkait
dengan tugas-tugas perkembangan
tertentu. Oleh sebab itu proses pemecahan masalah dalam konseling kelompok, tidak berorientasi pada rekonstruksi kepribadian,
melainkan diorientasikan pada pertumbuhan dengan tekanan utama pada penemuan
sumber-sumber kekuatan internal (internal
resources of strength). Dalam rangka membantu individu, konselor
umumnya menggunakan teknik verbal dan non-verbal serta latihan-latihan
terstruktur.
Makalah ini mengemukakan
ikhtisar proses konseling kelompok menurut Corey (2008) yang meliputi pra kelompok, tahap initial (pembukaan), tahap
transisi, tahap inti (working), tahap
terminasi (penutupan), dan pasca kelompok.
1. PRAKELOMPOK: Persiapan Dan Organisasi
Pra-kelompok
adalah kegiatan persiapan konseling kelompok dimana konselor menyiapkan
kelompok meliputi identifikasi siswa, menentukan kelompok serta memberi
informasi yang tepat dengan cara tepat agar para siswa memiliki pengenalan dan
arah (orientasi) yang baik terhadap kelompok dan mau berpartisipasi aktif untuk
mendapatkan manfaat yang signifikan dari konseling kelompok.
Kegiatan ini dapat dilakukan oleh konselor sebelum masuk ke tahap awal
konseling kelompok (pembukaan). Jika
hal ini dilakukan dengan baik oleh konselor, maka kepercayaan para siswa akan tumbuh sehingga mereka merasa
nyaman, terbuka dan aktif dalam proses kelompok.
Fungsi Peserta
Sebelum masuk dan berpartisipasi di dalam konseling
kelompok, setiap siswa membutuhkan informasi yang lengkap dan tepat tentang
apa, mengapa, dan bagaimana manfaat signifikan konseling kelompok bagi
perkembangan optimal mereka. Pada tahap persiapan (pra-kelompok) ini ada
beberapa hal yang perlu ditangani dengan baik oleh konselor.
a.
Siswa harus mendapatkan
informasi yang tepat tentang hakikat kelompok dan dampak positif yang akan
didapatkannya.
b.
Siswa harus memutuskan apakah konseling
kelompok yang disediakan oleh konselor sesuai dengan kebutuhannya sekarang?
c.
Siswa
perlu mempersiapkan dirinya dengan cara memikirkan apa
yang mereka inginkan dan mengidentifikasi tema pribadi yang relevan dengan
dirinya.
d.
Masalah akan muncul jika peserta dipaksa masuk kelompok dan tidak memiliki informasi yang tepat dan pasif
ketika berada di dalamnya.
Fungsi Konselor
a.
Mengidentifikasi tujuan umum dan tujuan khusus kelompok bagi kelompok siswa tertentu berdasarkan
hasil analisis data.
b.
Menyusun persiapan bagaimana membentuk kelompok.
c.
Memberikan informasi yang tepat tentang
konseling kelompok kepada calon anggota
d.
Mengorganisasikan hal-hal yang diperlukan untuk
kesuksesan konseling kelompok
e.
Mintalah ijin orang tua (jika perlu).
f.
Mempersiapkan
tugas-tugas konselor dan tugas partner konselor
jika perlu.
g.
Menjelaskan
aturan dasar dalam kelompok agar partisipan mendapatkan manfaat signifikan.
h.
Mendiskusikan
resiko-resiko potensial dan cara mengatasinya.
2. TAHAP INITIAL:
Pembukaan Kelompok
Tahap pembukaan
atau initial adalah saat orientasi dan eksplorasi yaitu menentukan struktur
kelompok, menumbuhkan kepercayaan dan mengeksplorasi harapan konseli. Dengan
kata lain tujuan khusus (obyektif) tahap pembukaan ini adalah menentukan arah dan
struktur kelompok.
Karakteristik
tahap initial
Pada tahap in kecenderungan
yang muncul pada anggta kelompok antara lain sebagai berikut.
a.
ingin menguji kondusif tidaknya suasana
kelompok untuk dirinya.
b.
memikirkan apa yang dapat diharapkannya dari kelompok,
bagaimana kelompok beraktivitas dan bagaimana harus berpartisipasi.
c.
memperhatikan perilaku sosial yang dapat diterima
oleh kelompok dan mengidentifikasi resiko yang akan dihadapinya.
d.
kepercayaan dan keinginan bergabung berangsur-angsur
tumbuh ketika mereka menyatakan apa yang mereka pikirkan dan mereka rasakan.
e.
munculnya
keraguan atau konflik antara percaya dan tidak percaya terhadap kelompok
f.
bereaksi diam atau pasif untuk mengetahui ke
mana arah kelompok.
g.
mengidentifikasi siapa yang dapat dipercaya,
bagaimana dia membuka dirinya, dan bagaimana dia melibatkan diri ke dalam
kelompok.
h.
memperhatikan
bahwa sikap dasar seperti respek, empati, menerima, peduli dan merespon orang
lain dapat membangun kepercayaan antar anggota kelompok.
Peran dan Tugas Penting Anggota Kelompok
a.
Menunjukkan keinginan untuk dikenal lebih jauh oleh
kelompok.
b.
Menyatakan ketakutan, harapan, dan kepedulian
terhadap kelompok.
c.
belajar
mengekspresikan pikiran dan perasaan terutama yang dapat diterima oleh kelompok.
d.
Aktif
menciptakan iklim kepercayaan.
e.
Melibatkan diri di dalam menentukan norma
kelompok.
f.
Menyatakan tujuan spesifik pribadinya terhadap
kelompok.
g.
Belajar
bagamana berinteraksi yang dapat diterima oleh kelompok.
Masalah yang mungkin muncul antara lain peserta:
a.
terlalu
lama menunggu secara pasif ingin tahu apa yang sedang terjadi.
b.
memelihara
perasaan tidak percaya atau takut terhadap kelompok, sehingga menunjukkan
resistensi tertentu.
c.
bingung,
tidak mengetahui tujuan dan sulit berinteraksi.
Fungsi Konselor (sikap
dan aktivitas fasilitatif yang harus dilakukan oleh konselor)
a.
Menjelaskan secara singkat bagaimana sikap dan
cara konseli berpartisipasi aktif di dalam kelompok sebagai kesempatan untuk
mendapatkan manfaat yang positif dari
konseling kelompok.
b.
Mengembangkan
aturan dan norma dasar; menjaga rahasia dan komitmen untuk saling memberi dan
menerima.
c.
Menjelaskan
secara singkat proses dasar konseling kelompok.
d.
Membantu
peserta menyatakan ketakutan dan harapannya serta menumbuhkan sikap percaya
kepada kelompok.
e.
Menunjukkan diri sebagai model tingkah laku yang
menentramkan siswa (modeling of
therapeutic behavior).
f.
Menjelaskan
peran dan tanggung jawab konselor dan peserta.
g.
Membantu
peserta dalam menentukan tujuan pribadinya (mengklarifikasi).
h.
Memberi
kesempatan untuk bertanya kepada siswa.
i.
Tetap
menjaga sikap dan hubungan profesional dengan tiap peserta dan memelihara kepercayaan.
j.
Membantu siswa untuk berbagi pikiran dan
perasaan tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelompok saat ini (here and now group context).
k.
Memberi penjelasan tentang keterampilan
interpersonal seperti mendengarkan aktif dan merespons yang baik.
l.
Menilai
kebutuhan kelompok dan bagaimana cara memfasilitasinya.
3. TAHAP TRANSISI: Pemantapan Kesiapan
Tahap ini adalah tahap kritis
karena dapat menentukan aktif tidaknya konseli dalam berinteraksi dengan yang
lain. Pada tahap ini, konseli biasanya memiliki perasaan cemas,
ragu dan menunjukkan perilaku resisten lainnya. Oleh sebab itu, sebelum konseli
berbuat sesuatu lebih jauh di dalam kelompok, konselor perlu membantu mereka
untuk memiliki kesiapan internal yang
baik. Pada tahap ini konselor harus membantu agar konseli tidak cemas, tidak
ragu-ragu dan bingung. Jika tahap initial di atas ditempuh dengan baik, maka
konseli akan merasa nyaman dan bebas di dalam mengekspresikan sikap, perasaan,
pikiran dan tindakannya.
Karakteristik tahap transisi
Pada tahap ini anggota kelompok menunjukkan
kecenderungan seperti berikut.
a. Keinginan
untuk diterima oleh orang lain atau menolak orang tertentu.
b. Menguji
konselor atau anggota kelompok apakah mereka aman buat dirinya.
c. Mencoba
menunjukkan pengaruh dan bertahan mengendalikan dirinya ketika konflik dengan
anggota kelompok lain.
d.
Belajar
bagaimana mengani konflik dan perbedaan.
e. Masih
ragu terhadap penerimaan orang lain akan kepedulian pribadinya.
f. Belajar
bagaimana mengekspresikan dirinya agar didengar oleh orang lain.
Tugas
konseli dan masalah
Peran utama peserta adalah mengenali dan menangani
bentuk-bentuk perilaku defensifnya, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Menyadari
dan mengekspresikan apa yang sedang dipikirkan dan dirasakannya saat ini.
b.
Tetap
berada dalam kelompok dalam upaya mengeksplorasi dirinya.
c. Mengubah
sikap dependen ke sikap independen.
d. Mengambil
tanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya dalam kelompok
e. Belajar
bagaimana menyatakan perbedaan pendapat kepada orang lain.
f. Menunjukkan
keinginan untuk menghadapi dan menangani apa yang terjadi di dalam kelompok.
g.
Menghadapi
konflik secara rasional dari pada menghindarinya.
Fungsi Konselor
Tugas dasar konselor pada tahap ini adalah mendorong
konseli dan menantang mereka untuk menangani konflik yang muncul di dalam
kelompok dan menangani resistensi dan kecemasan yang muncul dalam diri konseli
sendiri. Keberhasilan tugas ini ditandai dengan kohesivitas kelompok,
mengadakan eksplorasi yang produktif terhadap permasalahan dan mengelola
perbedaan-perbedaan. Tugas utama yang harus ditunjukkan dalam tahap ini adalah
sebagai berikut.
1.
Mengingatkan
kembali apa yang telah disepakati pada sesi sebelumnya; topik, fokus dan
komintmen untuk saling menjaga rahasia dan untuk saling memberi dan menerima.
2.
Membantu
peserta untuk mengekspresikan dirinya secara unik, terbuka dan mandiri; membolehkan perbedaan pendapat
dan perasaan.
3.
Mengadakan
kegiatan selingan yang kondusif untuk menghangatkan suasana, mengakrabkan
hubungan atau untuk meme
4.
lihara
kepercayaan.
5.
Memberi contoh bagaimana mengeskpresikan
pikiran dan perasaan yang mudah dipahami oleh orang lain.
6.
Memberi contoh bagaimana mendengarkan secara
aktif sehingga dapat memahami orang lain
dengan baik.
4.
TAHAP INTI: Eksplorasi Dan Mencoba Perilaku Baru
Tahap ini ditandai dengan eksplorasi yang lebih
mendalam tentang masalah pribadi beserta perilaku baru yang bersifat konkret untuk
mencapai perubahan yang diinginkan. Selain itu, keaktifan peserta dalam
eksplorasi masalah dan pemecahannya adalah indikator terpenting. Dalam sesi
ini, interaksi anggota kelompok makin lancar, tidak kaku seperti di awal-awal
pertemuan kelompok. Di dalam
kenyataannya karakteristik tahap ini sulit dibedakan dengan karakteristik tahap
transisi, sehingga penjelasannya
bersifat tumpang tindih. Perlu diingatkan kepada konseli, bahwa
sekalipun mereka menerima balikan, saran dan keharusan dari orang lain, namun
dia tetap harus mengambil keputusan secara mandiri.
Karakteristik Tahap Inti (Working)
Di dalam tahap ini intinya konseli belajar dan bekerja
dalam kelompok untuk dapat memecahkan
masalahnya menuju pada suatu perubahan
yang diinginkan. Karakteristik tahap inti ini adalah seperti
berikut.
a.
Level kepercayaan dan kohesi tinggi.
b.
Komunikasi antar anggota terbuka, aktif dan
akurat dalam mengekspresikan pengalaman.
c.
Anggota
berinteraksi satu sama lain secara bebas dan langsung.
d.
Anggota
menunjukkan keinginan untuk saling memberi dan menerima.
e.
Konflik,
kontroversi, atau perbedaan pendapat dan
pandangan yang muncul dalam kelompok
dapat ditangani secara langsung dan efektif.
f.
Peserta
merasa didukung untuk berupaya mengubah dan mencobakan perilaku baru yang
efektif.
g.
Peserta
merasa optimis bahwa mereka dapat berubah jika ada keinginan yang kuat dan
melakukan tindakan baru secara nyata dan mandiri.
Fungsi anggota dan masalah yang mungkin
muncul
Untuk terjadinya proses eksplorasi yang lebih mendalam
tentang masalah pribadi beserta
perubahan yang diinginkan, maka anggota kelompok harus memenuhi tugas
dan peranan sebagai berikut.
a.
Menyatakan masalah pribadi ke dalam sesi
kelompok.
b.
Memberi
dan menerima balikan secara terbuka.
c.
Menunjukkan
keterlibatan aktif dalam berbagi dengan enggota kelompok
d.
Mencoba
berlatih keterampilan dan atau perilaku baru dan membawa pengalamannya ke dalam
kelompok.
e.
Menilai
ketercapaian tujuan dan kepuasannya sendiri dalam proses konseling kelompok.
Masalah yang biasanya muncul dalam sesi ini adalah
setelah konseli mendapatkan pencerahan dalam sesi konseling kelompok, namun dia
tidak menindaklanjutinya dengan perilaku konkret (di luar kelompok) yang membawa pada perubahan. Selain itu
konseli menghindar karena takut menerima
resiko dari perbuatannya.
Fungsi Konselor
Fungsi utama konselor di
dalam tahap ini adalah seperti berikut.
a.
Memberikan reinforcement
secara tepat terhadap perilaku anggota kelompok yang efektif yang mendorong kohesi dan produktivitas
kelompok.
b.
Merangkum benang merah dari apa yang
dibicarakan dan dikerjakan oleh anggota kelompok.
c.
Menunjukkan kepedulian pada konfrontasi yang
muncul dan bersikap terbuka terhadap persepsi anggota kelompok yang berbeda-beda.
d.
Menginterpretasikan makna pola perilaku anggota
kelompok pada waktunya sehingga peserta terdorong untuk memperdalam eksplorasi
dirinya dan mencari alternatif tingkah laku baru.
e.
Menyadari faktor-faktor terapetik yang dapat
membantu mengubah pikiran, sikap, perasaan dan tindakan-tindakan anggota.
5.
TAHAP PENUTUPAN: Konsolidasi Dan Terminasi
Kemampuan konselor dalam tahap ini berkenaan dengan
membantu anggota dalam mentransfer apa yang telah mereka pelajari di dalam
kelompok untuk dapat diterapkan di luar dalam kehidupan sehari-hari.
Konsolidasi belajar dilakukan bersamaan dengan terminasi yaitu merangkum tahapan
atau kegiatan kelompok dan hasil akhir yang
dicapai bersama, mengintegrasikan dan mengiterpretasikan pengalaman kelompok.
Karakteristik
tahap penutupan
Karakteristik tahap ini
adalah sebagai berikut.
a.
Ada
perasaan enggan berpisah dengan anggota lain.
b.
Intensitas
partisipasi peserta dalam kegiatan kelompok menurun atau berkurang.
c.
Anggota
telah memutuskan untuk belajar mencoba perilaku baru.
d.
Anggota
saling mengekspresikan harapannya dan kepeduliannya terhadap perubahan yang
dicapai oleh satu sama lain.
e.
Mereka
membicarakan rencana-rencana tertentu yang dapat mendorong mereka merancang
perubahan konkret.
Fungsi Anggota dan Masalah yang mungkin timbul
Tugas utama yang dihadapi oleh anggota kelompok dalam
tahap ini adalah mengkonsolidasikan belajar
dan transfer dari apa yang telah
dipelajari dalam kelompok pada kehidupan sehari-hari. Para anggota harus
mereviu proses dan hasil-hasil yang dicapai selama kegiatan kelompoknya dalam
suatu kerangka kognitif yang bermakna. Mereka juga harus terus menerapkan
tingkah laku baru dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta pada
tahap ini adalah sebagai berikut.
a.
Mengatasi
pikiran dan masalah yang terkait dengan perpisahan dengan anggota kelompok.
b.
Menyelesaikan persoalan yang tidak selesai dipecahkan
dalam kelompok yang terkait dengan anggota kelompok yang lain.
c.
Membuat keputusan dan rencana-rencana
menggeneralisasikan apa yang telah dipelajarinya dalam konseling kelompok ke
dalam kehidupan sehari-hari.
d.
Mengidentifikasi cara me-reinforcement dirinya
sehingga dia dapat terus berkembang
e.
Menggali
cara-cara bertemu yang konstruktif setelah konseling kelompok usai.
f.
Mengevaluasi
dampak pengalaman kelompok.
Masalah yang mungkin timbul pada tahap ini antara
lain para anggota menghindar untuk
mereviu pengalaman ke dalam suatu
kerangka pemikiran tertentu, sehingga pembelajaran mereka terbatas sampai di
situ. Selain itu anggota memandang tahap
penutupan sebagai hal yang berlalu begitu saja tidak dijadikan sebagai momentum untuk menumbuh-kembangkan
dirinya lebih lanjut.
Fungsi Konselor
Tugas utama konselor pada tahap ini adalah mendorong
partisipan untuk mengklarifikasi makna pengalaman mereka di dalam konseling
kelompok dan membantu mereka menggeneralisasikan lesson learned dari kelompok
pada kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu konselor harus fokus pada
tugas-tugas sebagai berikut.
a.
Memberikan
penguatan (reinforcement) perubahan
perilaku yang telah dilakukan oleh anggota dan menjamin bahwa anggota kelompok
memiliki informasi tentang sumber-sumber yang dapat membuat mereka melakukan
perubahan lebih lanjut.
b.
Membantu
anggota kelompok membuat keputusan bagaimana dia menerapkan keterampilan
spesifik (baru) di dalam berbagai situasi kehidupan mereka, termasuk membantu
mereka dalam mengembangkan kontrak spesifik dan rencana tindakan yang tertuju
pada perubahan yang diharapkan.
c.
Membantu
anggota kelompok mengembangkan kerangka kerja konseptual yang akan membantu
mereka memahami, mengintegrasikan, mengkonsolidasikan dan mengingat apa yang telah dipelajari di dalam kelompok.
d.
Menciptakan anggota kelompok membuat rencana
pasca konseling untuk digunakan lebih
lanjut.
6.
PASCA KELOMPOK: Evaluasi dan Tindak Lanjut
Tahap terminasi bukan tanda berakhirnya pekerjaan
konselor dalam konseling kelompok melainkan konselor harus mempertimbangkan
evaluasi dan tindak lanjut (evaluation and follow up). Dalam konteks ini ada sejumlah pertanyaan yang
perlu diajukan: Apa tanggung jawab konselor di dalam evaluasi hasil kelompok?
Bagaimana konselor dapat membantu mengevaluasi keefektifan pengalaman kelompok?
Apa bentuk tindak lanjut yang harus dilakukan setelah terminasi kelompok? Apa
saja pertimbangan-pertimbangan etis di dalam mengevaluasi dan menyusun prosedur
tindak lanjut kelompok.
a.
Mengevaluasi Proses dan Hasil Konseling Kelompok
Evaluasi proses dan
hasil adalah aspek penting yang memiliki manfaat positif bagi anggota kelompok
dan konselor. Evaluasi tidak hanya dilakukan pada tahap terminasi, melainkan
dalam setiap tahapan perjalanan kehidupan kelompok, termasuk kemajuan setiap
individu anggota dan kelompok itu sendiri secara keseluruhan. Dalam hal ini
bisa saja digunakan alat-alat ukur tertentu
untuk mengetahui perubahan sikap dan nilai yang dialami oleh konseli.
Evaluasi penting dilakukan untuk mengetahui keefektifan intervensi yang
dilakukan konselor dan untuk mengembangkan intervensi yang lebih baik di masa
mendatang. Penilaian subyektif secara tertulis oleh anggota kelompok sendiri
dapat digunakan. Penilaian subyektif ini dapat mengetahui substansi dan fokus
konseling kelompok yang dianggap penting yang mempengaruhi perilakunya.
Dalam evaluasi
sebaiknya meliputi evaluasi terhadap teknik-teknik yang digunakan, fungsi
konselor, dampak kelompok terhadap diri anggota, serta perubahan-perubahan yang
dialami oleh anggota kelompok. Pertanyaan yang perlu diajukan untuk mendapatkan
hal-hal tersebut adalah: Apakah kelompok memberikan pengaruh negatif
terhadapmu? Bagaimana kelompok mempengaruhi Anda di dalam berhubungan dengan
orang lain? Perubahan-perubahan apa yang Anda alami sejauh ini?
b.
Sesi Tindak Lanjut Kelompok
Sangat disarankan
melaksanakan sesi tindak lanjut kelompok untuk mendiskusikan pengalaman
kelompok dalam perspektif tertentu. Sesi ini bukan saja berguna bagi konselor dalam menilai hasil-hasil yang
dicapai kelompok, tetapi juga memberi kesempatan untuk mendapatkan suatu
gambaran yang realistik tentang pengaruh kelompok terhadap masing-masing
anggota.
Dalam sesi ini anggota
kelompok dapat mendiskusikan upaya-upaya yang telah mereka lakukan dalam rangka
mengimplementasikan hasil belajar mereka ke dalam dunia nyata. Mereka dapat
melaporkan kesulitan yang dihadapi, pengalaman berbagi kebahagiaan dan
pengalaman dengan orang lain, dan mengingat kembali apa yang terjadi di dalam
kelompok. Saling memberikan balikan dan dukungan dalam hal ini sangat
diutamakan.
Sesi ini juga dapat
merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban yang dapat digunakan sebagai
data untuk memaksimalkan manfaat jangka panjang dari konseling kelompok. Sesi ini dapat menyadarkan anggota kelompok untuk memikul tanggung jawab
terhadap hasil yang dicapainya. Akhirnya sesi ini dapat membantu konselor pada
kesempatan lain dalam mempertanggungjawabkan proses dan hasil layanannya.
c.
Sesi Tindak Lanjut Individual
Sesi tindak lanjut
individual sangat disarankan diadakan dan mengaitkan hasil evaluasi dengan data
individual tentang sikap, nilai, keyakinan-keyakinan, kebiasaan-kebiasaan dan
penyesuaian diri siswa. Oleh sebab itu data tentang siswa harus
diadministrasikan dengan sangat baik. Sesi ini dilakukan dengan wawancara
individual selama 10-20 menit untuk mengetahui apakah konseling kelompok telah membantu mencapai tujuan-tujuan
spesifik pribadi konseli. Sesi ini dapat memberi kesan mendalam kepada konseli
betapa perhatian dan pedulinya konslor terhadap perkembangan dirinya. Tidak
tertutup kemungkinan dengan sesi ini dapat diketahui perlunya suatu layanan
referal kepada individu tertentu.
3.
Rencana
Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING KELOMPOK
A. PRA GROUP
Ø Deskripsi Kasus
|
||||||||||||||||||
1. Nama
|
:
|
Andini, Atik, Dadan F., Diar Y., Iis K., Ikmal F
|
||||||||||||||||
2. Kelas
|
:
|
XI IPA 4
|
||||||||||||||||
3. Data
Hasil Assmn.
|
:
|
|||||||||||||||||
|
||||||||||||||||||
Ø Gejala masalah
|
:
|
Dari hasil
sosiometri, mereka anak-anak yang terisolir di kelas.
|
||||||||||||||||
Ø Inti Masalah
|
:
|
Kurang peduli
terhadap lingkungan kelasnya
|
||||||||||||||||
Ø Diagnostik
|
:
|
Masalah ini
kemungkinan terjadi karena mereka kurang memperdulikan teman-teman
sekelasnya, sehingga mereka tidak memiliki teman akrab di kelas. Hal ini
terjadi kemungkinan mereka sudah merasa mampu sendiri dalam melakukan
sesuatu, sehingga tidak membutuhkan bantuan teman lainnya.
|
||||||||||||||||
Ø Prognostik
|
:
|
Penanganan yang
mungkin dapat diberikan adalah merubah persepsi mereka yang iirasional
menjadi lebih rasional yaitu mereka adalah makhluk social sehingga pasti
saling membutuhkan walaupun bukan berarti harus tergantung pada orang lain.
|
||||||||||||||||
Ø Treatment
|
:
|
Pendekatan yang
digunakan adalah REBT
Konsep Pokok:
Teori A-B-C menjelaskan hubungan antara
kepribadian dan gangguan emosional dan perilaku. C (Consequence:
akibat), muncul sesudah ada sitimulus yang menggerakan yang terjadi pada
titik A (Activating : menggerakkan), dalam hal ini A bukan peristiwa
itu sendiri yang menyebabkan timbulnya emosi (C) meskipun A itu dapat memberi
kontribusi terhadap C, namun yang dapat menciptakan C itu sesungguhnya adalah
bukan A melainkan adalah B (Belief system : sistem keyakinan) atau
sistem keyakinan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan.
Tujuan utama:
agar konseli memiliki dasar pemikiran
filsafat hidup yang rasional dan sehat sehingga dapat mengendalikan emosi dan
perilakunya secara efektif.
Fokus Konseling:
Penataan kembali kognisi, dimana konselor secara konsisten menyerang
pemikiran, asumsi, kesimpulan dan sikap-sikap yang tidak logis dan tidak
konsisten baik secara verbal maupun non-verbal; Melatihkan perilaku baru yang
efektif, yang berbeda dengan perilaku lama
Indikator Konseli sembuh:
Memiliki komitmen untuk selalu mempraktekkan perilaku baru yang rasional,
Berbuat sesuai dengan wawasan yang diperoleh dari konseling, Mengambil resiko
atas perilaku barunya
Percaya
diri dan bertanggung jawab atas
perilaku baru, Pikiran jadi kendali atas perasaan dan emosinya
|
||||||||||||||||
B.
PEMBUKAAN
|
:
|
|||||||||||||||||
1.
Awal
|
||||||||||||||||||
Ø Pembukaan
|
:
|
Praktikan
menyambut kedatangan para siswa dengan senang hati dan mempersilahkan mereka
untuk duduk di tempat yang telah disediakan
|
||||||||||||||||
Ø Pernyataan tujuan
|
:
|
Praktikan menjelaskan
tujuan dari konseling kelompok yang akan dilakukan, yaitu untuk menyelesaikan
masalah yang mereka mereka hadapi bersama-sama
|
||||||||||||||||
Ø Penjelasan langkah-langkah :
|
||||||||||||||||||
1) Praktikan
menjelaskan tentang konsep ABC
2) Praktikan
menjelaskan bahwa siswa akan diminta mengungkapkan semua permasalahannya satu
persatu
3) Praktikan
dan siswa bersepakat masalah siapa dulu yang akan dibahas
4) Praktikan
meminta setiap siswa untuk saling menanggapi/memberikan masukan/pendapat
kepada temannya yang masalahnya sedang dibahas
5) Dari
masukan/pendapat teman-temannya tersebut, Praktikan memfasilitasi siswa untuk
dapat merubah pikirannya yang irrasional menjadi rasional
|
||||||||||||||||||
Ø Pembentukan kelompok
|
:
|
Praktikan
mengajak siswa untuk berkomitmen saling jujur dan dapat saling percaya untuk
merahasiakan masalah yang dialami teman-teman sekelompoknya.
|
||||||||||||||||
Ø Konsolidasi
|
:
|
Praktikan
memastikan siswa memahami fungsi, peran dan tugas yang harus dikerjakannya.
|
||||||||||||||||
C.
TRANSISI
|
||||||||||||||||||
a.
Sorming
|
:
|
Praktikan
memfasilitasi kelompok mengungkapkan hal-hal yang belum mereka pahami,
seperti “bagaimana ada yang mau ditanyakan?”
|
||||||||||||||||
b.
Norming
|
:
|
Apabila
semuanya sudah mengerti, maka Praktikan mengulas sedikit hal-hal yang harus mereka
lakukan lalu masuk ke tahap kerja, tapi bila ada yang belum mengerti, maka
Praktikan menjelaskan kembali hal-hal yang harus mereka lakukan, setelah
mengerti baru masuk ke tahap kerja.
|
||||||||||||||||
D. PENANGANAN
|
:
|
(Tahap
Kerja)
|
||||||||||||||||
1)
Praktikan memimpin do’a terlebih
dahulu
2)
Praktikan meminta siswa satu
persatu mengungkapkan masalah yang mereka alami secara bergiliran
3)
Praktikan meminta kesepakatan
siswa, masalah siapa yang akan dibahas terlebih dahulu
4)
Praktikan meminta setiap siswa
memberi masukan/pendapat pada masalah temannya yang sedang dibahas
5)
Praktikan meminta siswa untuk
membuat program bagaimana cara mereka merubah persepsi mereka
6)
Praktikan meminta pendapat siswa
mengenai kebermanfaatan program yang mereka buat
7)
Praktikan meminta kesepakatan
siswa untuk melaksanakan program manajemen diri yang telah dibuat
8)
Praktikan meminta kepada setiap
siswa untuk saling mengobservasi keterlaksanaan program perubahan persepsi
dalam kehidupan kesehariannya
|
||||||||||||||||||
A.
PENUTUPAN
|
:
|
|||||||||||||||||
a.
Refleksi
umum
|
:
|
Praktikan
mengajak siswa untuk melakukan review mengenai proses konseling kelompok yang
telah dilakukan. Mereka diminta untuk mengungkapkakn makna yang dapat mereka
ambil dari proses konseling kelompok bagi dirinya.
|
||||||||||||||||
b.
Tindak
lanjut
|
:
|
Praktikan
memberi penguatan kepada siswa untuk merealisasikan program manajemen diri
pada kehidupannya sehari-hari, agar hidupnya lebih efektif sehingga
diharapkan masa depannya menjadi cerah
|
||||||||||||||||
c.
Penutup
|
:
|
1. Praktikan mengucapkan terima kasih
2. Praktikan
membuat kesepakatan pertemuan selanjutnya
3. Praktikan
menutup sesi konseling dan memimpin do’a dan mengucapkan salam
|
||||||||||||||||
A.
POST
GROUP
|
Praktikan
melakukan evaluasi, mencatat laporan dan tindak lanjut
|
|||||||||||||||||
Banjar,
Oktober 2014
Perencana Layanan
Deti Haryati
Laporan Konseling Kelompok
Deskripsi Karakteristk Siswa
1. Nama
|
:
|
Anggi, Atik, Dadan F., Diar Y., Iis K., Ikmal F
|
||||||||||||||
1.
Kelas
|
:
|
XI IPA 4
|
||||||||||||||
2.
Data Hasil Assm
|
:
|
|||||||||||||||
|
Sikap, aktivitas dan prestasi
belajar di kelasnya
Mereka merupakan siswa-siswi yang pintar. Mereka
kebanyakan berada di rangking 10 besar. Tapi mereka tidak memiliki teman akrab
di kelasnya. Bahkan dari hasil sosiometri, mereka cenderung terisolir.
Isu/masalah/kepedulian yang diekspresikan oleh siswa
sebagai pribadi
Ø Mereka kurang peduli pada teman sekelas mereka. Mereka
cenderung menyendiri dankurang bergabung dengan teman-teman kelasnya.
Konseptualisasi
Siswa
yang memiliki masalah-masalah tersebut di atas, diperkirakan harus dibantu
dengan menggunakan pendekatan REBT.
Konsep Pokok: Teori A-B-C
menjelaskan hubungan antara kepribadian
dan gangguan emosional dan perilaku. C (Consequence: akibat), muncul sesudah
ada sitimulus yang menggerakan yang terjadi pada titik A (Activating :
menggerakkan), dalam hal ini A bukan peristiwa itu sendiri yang menyebabkan
timbulnya emosi (C) meskipun A itu dapat memberi kontribusi terhadap C, namun
yang dapat menciptakan C itu sesungguhnya adalah bukan A melainkan adalah B (Belief
system : sistem keyakinan) atau sistem keyakinan yang dimiliki oleh orang
yang bersangkutan.
Tujuan utama:
agar konseli memiliki dasar pemikiran
filsafat hidup yang rasional dan sehat sehingga dapat mengendalikan emosi dan
perilakunya secara efektif.
Fokus Konseling:
Penataan kembali kognisi, dimana konselor secara konsisten menyerang pemikiran,
asumsi, kesimpulan dan sikap-sikap yang tidak logis dan tidak konsisten baik
secara verbal maupun non-verbal; Melatihkan perilaku baru yang efektif, yang
berbeda dengan perilaku lama
Indikator Konseli sembuh:
Memiliki komitmen untuk selalu mempraktekkan perilaku baru yang rasional,
Berbuat sesuai dengan wawasan yang diperoleh dari konseling, Mengambil resiko
atas perilaku barunya, Percaya
diri dan bertanggung jawab atas perilaku baru, Pikiran jadi kendali atas
perasaan dan emosinya
Proses Koseling
PEMBUKAAN
|
:
|
|||
Awal
|
||||
Ø Pembukaan
|
:
|
Praktikan
menyambut kedatangan para siswa dengan senang hati dan mempersilahkan mereka
untuk duduk di tempat yang telah disediakan
|
||
Ø Pernyataan tujuan
|
:
|
Praktikan menjelaskan
tujuan dari konseling kelompok yang akan dilakukan, yaitu untuk menyelesaikan
masalah yang mereka mereka hadapi bersama-sama
|
||
Ø Penjelasan langkah-langkah :
|
||||
-
Praktikan menjelaskan tentang
konsep ABC
-
Praktikan menjelaskan bahwa siswa
akan diminta mengungkapkan semua permasalahannya satu persatu
-
Praktikan dan siswa bersepakat
masalah siapa dulu yang akan dibahas
-
Praktikan meminta setiap siswa untuk
saling menanggapi/memberikan masukan/pendapat kepada temannya yang masalahnya
sedang dibahas
-
Dari masukan/pendapat
teman-temannya tersebut, Praktikan memfasilitasi siswa untuk dapat merubah
pikirannya yang irrasional menjadi rasional
|
||||
Ø Pembentukan kelompok
|
:
|
Praktikan
mengajak siswa untuk berkomitmen saling jujur dan dapat saling percaya untuk
merahasiakan masalah yang dialami teman-teman sekelompoknya.
|
||
Ø Konsolidasi
|
:
|
Praktikan
memastikan siswa memahami fungsi, peran dan tugas yang harus dikerjakannya.
|
||
TRANSISI
|
||||
Ø Sorming
|
:
|
Praktikan
memfasilitasi kelompok mengungkapkan hal-hal yang belum mereka pahami,
seperti “bagaimana ada yang mau ditanyakan?”
|
||
Ø Norming
|
:
|
Apabila
semuanya sudah mengerti, maka Praktikan mengulas sedikit hal-hal yang harus
mereka lakukan lalu masuk ke tahap kerja, tapi bila ada yang belum mengerti,
maka Praktikan menjelaskan kembali hal-hal yang harus mereka lakukan, setelah
mengerti baru masuk ke tahap kerja.
|
||
PENANGANAN
|
:
|
(Tahap
Kerja)
|
||
-
Praktikan memimpin do’a terlebih
dahulu
-
Praktikan meminta siswa satu
persatu mengungkapkan masalah yang mereka alami secara bergiliran
-
Praktikan meminta kesepakatan
siswa, masalah siapa yang akan dibahas terlebih dahulu
-
Praktikan meminta setiap siswa
memberi masukan/pendapat pada masalah temannya yang sedang dibahas
-
Praktikan meminta siswa untuk
membuat program bagaimana cara mereka merubah persepsi mereka
-
Praktikan meminta pendapat siswa
mengenai kebermanfaatan program yang mereka buat
-
Praktikan meminta kesepakatan
siswa untuk melaksanakan program manajemen diri yang telah dibuat
-
Praktikan meminta kepada setiap
siswa untuk saling mengobservasi keterlaksanaan program perubahan persepsi
dalam kehidupan kesehariannya
|
||||
PENUTUPAN
|
:
|
|||
Ø Refleksi umum
|
:
|
Praktikan
mengajak siswa untuk melakukan review mengenai proses konseling kelompok yang
telah dilakukan. Mereka diminta untuk mengungkapkakn makna yang dapat mereka
ambil dari proses konseling kelompok bagi dirinya.
|
||
Ø Tindak lanjut
|
:
|
Praktikan
memberi penguatan kepada siswa untuk merealisasikan program manajemen diri
pada kehidupannya sehari-hari, agar hidupnya lebih efektif sehingga
diharapkan masa depannya menjadi cerah
|
||
Ø Penutup
|
:
|
-
Praktikan mengucapkan terima kasih
-
Praktikan membuat kesepakatan
pertemuan selanjutnya
-
Praktikan menutup sesi konseling
dan memimpin do’a dan mengucapkan salam
|
||
POST
GROUP
|
Praktikan
melakukan evaluasi, mencatat laporan dan tindak lanjut
|
|||
SESI PERTEMUAN 1
Hari/tgl : Sabtu, 18
Januari 2014
Jam sd. Jam :
10.30 s.d. 11.30
Tempat : Ruang BK
SMAN 1 Rancah
Kegiatan Praktikan
Praktikan
mempersilahkan para
siswa untuk masuk ke ruang BK dan duduk di tempat yang sudah disediakan.
Praktikan mengajak siswa untuk terlibat dalam konseling yang akan dilakukan.
Untuk tujuan ini, Praktikan terlebih dahulu mengemukakan tujuan diadakannya
konseling kelompok.
Praktikan juga memberi tahu siswa bahwa Praktikan memiliki salah satu azas yang
harus di pegang teguh, yaitu azas kerahasiaan. Azas kerahasiaan ini harus dipegang teguh oleh para siswa
yang terlibat dalam konseling kelompok. Praktikan pun melakukan kontrak waktu
dengan mereka. Setelah siswa mengerti dan bersedia untuk mengikuti sesi konseling,
maka dimulailah proses konseling.
Pada
sesi ini,
praktikan menerangkan terlebih dahulu konsep ABC. Hal ini
dimaksudkan agar mereka mengerti bahwa sustu perilaku terjadi disebabkan adanya
believe sistem yang ada pada diri manusia. Setelah mereka mengerti, praktikan
meminta setiap siswa untuk mengemukakan permasalahannya. Pada tahap ini, para
siswa terlibat aktif dan mau mengemukakan masalahnya. Setelah semua masalah
diungkapkan, praktikan bertanya kembali pada mereka untuk memilih masalah siapa
yang akan dibahas terlebih dahulu. Lalu terpilihlah masalah Iis yang akan
dibahas, karena menurut mereka masalah Iis lah yang paling berat diantara
masalah teman-teman yang lain.
Iis diminta mengungkapkan masalah yang dialaminya, lalu
praktikan meminta teman-temannya yang lain memberi tanggapan atau masukan atau
saran untuk Iis.
Praktikan meminta Iis untuk dapat menerima dan memilih
serta meramu saran, tanggapan dan masukan dari teman-temannya, sehingga dari
mereka Iis memiliki pencerahan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangnnya. Dan
Iis diminta untuk membuat program perubahan untuk perbaikan perilaku
selanjutnya.
Tindak lanjut sesi
Pada sesi selanjutnya, praktikan akan terlebih dahulu
meminta Iis untuk mengungkapkan hal-hal yang sudah dilakukan dan pengaruhnya
terhadap diri dan lingkungannya. Setelah itu Praktikan akan meminta pada para
siswa untuk memilih masalah siapa yang akan dibahas selanjutnya.
SESI
PERTEMUAN 2
Hari/tgl : Sabtu, 25 Januari 2014
Jam
------------- sd. Jam ----- : 10.00 s.d. 11.00
Tempat : Ruang BK
Uraian :
Pada sesi ini, para siswa sudah lebih siap dan tidak kaku
lagi. Praktikan
meminta salah seorang dari mereka untuk memimpin do,a. selnjutnya praktikan
meminta Iis untuk mengungkapkan bagaimana pengelamannya setelah melakukan
konseling dan setelah menerima masukan dari teman-temannya. Iis mengatakan
bahwa ia sudah mulai lebih lega dan merasa tidak sendiri, karena teman-teman
dalam kelompok konseling ini merasa sangat bermakna bagi Iis.
Selanjutnya,
para siswa diminta memilih masalah siapa yang akan dibahas. Terpilihnlah
masalah Ikmal. Proses yang dilakukan sama seperti pada sesi pertama. Ikmal
ternyata oranggya cerewet dan menurut teman-temannya ia so cari perhatian guru.
Bila tugas yang lain belum dikumpulkan biar bersama-sama, Ikmal mengumpulkakn
sendiri pada guru mapelnya. Hal ini membuat teman-teman sekelasnya kurang
menyenanginya. Lalu praktikan meminta teman-temannya untuk memberi masukan pada
Ikmal, dan praktikan meminta Ikmal meramu, menganalisis dan
menginternalisasikan masukan-masukan tersebut kedalam dirinya. Waktu masih
tersisa sewaktu membahas Ikmal, selanjutnya terpilihlah masalah Atik yang
dibahas. Prosespun yang dilakukan sama. Ternyata Atik terlalu ketergantungan
terhadap HPnya. Sehingga ia cenderung kurang peduli lagi pada lingkungnnya.
Proses pun dilakukan sama seperti sebelumnya.
Tindak lanjut sesi
Pada
sesi selanjutnya, akan mengevaluasi terlebih dahulu masalah Akmal dan Atik.
Selanjutnya akan dibahas pula masalah siswa yang lainnya.
SESI PERTEMUAN 3
Hari/tgl : Sabtu, 1
Februari 2014
Jam
------------- sd. Jam ------: 10.00 s.d. 11.00
Tempat : Ruang BK
Uraian :
Pada
pertemuan ini, suasana sudah benar-benar sangat familiar. Dadan tanpa diminta
lagi, ia berinisiatif untuk memimpin do’a. Seperti biasa, praktikan meminta
para siswa memilih masalah selanjutnya yang akan dibahas. Pada tahap ini,
ternyata mereka sudah mendapat pencerahan dari masalah-masalah temannya
terdahulu, sehingga mereka sudah dapat berinitiating. Jadi, pada tahap ini
praktikan meminta para siswa yang tersisa untuk membuat program perubahan perilaku
dan mereka sudah dapat melakukan itu.
Pada
sesi ini, praktikan memotivasi mereka untuk dapat melaksanakan program mereka
dan menjadikan hidup mereka lebih baik.
E. PENUTUP
Demikian
makalah ini dibuat semoga dapat menjadi salah satu motivasi untuk kita sebagai
guru BK disekolah untuk melaksanakan konseling kelompok yang sesuai dengan
kaidah-kaidah yang ada.Karna untuk memandu konseling kelompok secara efektif di
sekolah konselor professional perlu memiliki keterampilan-keterampilan yang
berkenaan dengan empat dimensi konseling kelompok disekolah yaitu:
a. Guru
BK harus memiliki pengetahuan tentang hubungan antara teori perkembangan dengan
teori konseling,
b. Guru
BK harus memiliki pengetahuan ttg topic atau materi kelompok,
c. Guru
BK harus memahami dinamika kelompok,
d. Guru
BK harus memahami factor-faktor kontekstual yang mempengaruhi makna dari
prilaku siswa.
4.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar