Rabu, 24 April 2013

KETRERAMPILAN BERTANYA DAN MENDENGARKAN DALAM KONSELING

JENIS PERTANYAAN  DAN TEKNIK MENDENGARKAN DALAM KONSELING


  1. Menghasilkan jawaban “ ya “ atau “ tidak “ yang berguna untuk mengumpulkan informasi yang faktual.
  2. Tidak menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan proses pengambilan keputusan.
  3. KONSELOR mengontrol jalannya percakapan, klien hanya memberikan informasi yang bersangkutan dengan pertanyaan saja.
  1. Jenis pertanyaan biasanya memakai kata tanya “ bagaimana “ atau “ apa “.
  2. Memberi kebebasan atau kesempatan kepada klien dalam menjawab yang memungkinkan partisipasi aktif dalam percakapan.
  3. Merupakan cara yang efektif untuk menggali informasi dengan menggunakan intonasi suara yang menunjukkan minat dan perhatian.
Hal yang perlu diperhatikan dalam keterampilan bertanya:
  • Pertanyaan terbuka, yaitu memberikan dorongan pada pasien untuk memilih topik yang akan digunakan. Contoh: “Apa yang sedang anda pikirkan?”.
  • Pengulangan pertanyaan, yaitu mengulang kembali pikiran utama yang telah diekspresikan oleh KLIEN dan keluarga. Contoh: “Anda mengatakan bahwa ibu anda telah meninggalkan anda ketika anda berusia 5 tahun?”.
  • Pertanyaan klarifikasi, berupaya untuk menjelaskan ide atau pikiran klien yang tidak jelas atau meminta KLIEN untuk menjelaskan artinya. Contoh: “saya tidak jelas apa yang anda maksudkan, dapatkah anda menjelaskannya kembali?”.
  • Pertanyaan refleksi, yaitu mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan dan isi pembicaraan kepada KLIEN. Contoh: “anda tampak tegang dan cemas, apakh ini berhubungan dengan pembicaraan ibu anda semalam?”.
  • Pertanyaan berbagi persepsi, yaitu meminta klien untuk memastikan pengertian konselor tentang apa yang sedang dipikirkan dan dirasakan oleh klien. Contoh: “anda tersenyum tetapi saya merasa bahwa anda sangat marah kepada saya?”.
BERTANYA EFEKTIF

Tips dalam bertanya efektif adalah:
  1. Menggunakan intonasi suara yang menunjukkan perhatian, minat dan keakraban.
  2. Menggunakan kata-kata yang dipahami klien.
  3. Mengajukan pertanyaan satu per satu dan menunggu jawaban dengan penuh perhatian, tidak memotong.
  4. Menggunakan kata-kata yang mendorong klien untuk tetap berbicara : “dan?”, “bagaimana?”, “lalu?”, “maksudnya?”.
  5. Bila harus menyakan hal-hal yang sangat pribadi, jelaskan alasan mengapa harus ditanyakan.
  6. Menghindari penggunaan kata tanya “mengapa?”. Kemungkinan klien dapat merasa disalahkan.
  7. Mengajukan pertanyaan yang sama dengan berbagai cara bila klien belum paham.
  8. Menghindari pertanyaan yang mengarahkan.
  9. Menggunakan “pertanyaan terbuka” karena lebih efektif
KETERAMPILAN MENDENGAR

Tujuan mendengarkan dan bertanya adalah:
  1. Mendorong klien untuk berbicara.
  2. Menunjukkan minat dan perhatian kita terhadap klien.
  3. Meningkatkan kesadaran kita terhadap perasaan klien.
  4. Untuk memperoleh informasi.
  5. Memberi arahan percakapan terhadap klien.
Terdapat empat bentuk mendengarkan yang bisa digunakan sesuai dengan situasi yang dihadapi, yaitu:
  1. Mendengar pasif (diam); dilakukan antara lain bila klien sedang menceritakan masalahnya: berbicara tanpa henti, menggebu-gebu dengan ekspresi perasaan kesal atau sedih. Selain itu bila berhenti sejenak, konselor dapat mendengar pasif untuk memberi kesempatan menenangkan diri.
  2. Memberi tanda perhatian verbal dan non verbal; seperti: Hmm, yaa, lalu, oh begitu, terus….. atau sesekali mengangguk. Dilakukan antara lain sewaktu klien berbicara panjang tentang peristiwa yang terjadi pada dirinya.
  3. Mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi; dilakukan bila konselor ingin mendalami apa yang diucapkan/diceritakan klien. Misalnya :“ Bagaimana hubungan ibu dengan saudara-saudara suami ?”, “ Apakah maksud ibu dengan perbuatan tidak layak itu?”.
  4. Mendengar aktif; yaitu dengan memberikan umpan balik/merefleksikan isi ucapan dan perasaan klien.
Refleksi Isi atau Parahasing adalah menyatakan kembali ucapan klien dengan menggunakan kata-kata lain, memberi masukan kepada klien tentang inti ucapan yang baru dikatakan klien dengan cara meringkas dan memperjelas ucapan klien.
Refleksi Perasaan adalah mengungkapkan perasaan klien yang teramati oleh konselor dari intonasi suara, raut wajah dan bahasa tubuh klien maupun dari hal-hal yang tersirat dari kata-kata verbal klien..

1 komentar:

  1. maaf, saya mau tanya, tulisan ini sumbernya dari buku apa ya? saya butuh untuk penelitian saya, terima kasih

    BalasHapus