Rabu, 11 Februari 2015

OLEH OLEH SEMINAR BK DI TASIKMALAYA 1

TEKNIK KONSELING INDIVIDUAL
(Oleh : P.V. Sriyani Wikarta, M.Pd.)

Pendahuluan
Dari hasil penelitian mengenai  kemampuan guru-guru pembimbing SMA di Jawa Barat dalam memberikan konseling terhadap para siswa,  membuktikan hal-hal berikut ini  (Willis, 2011) :
1.    Kebanyakan pembimbing SMA tidak mampu mendefinisi masalah siswa pada Tahap Awal Konseling.
2.    Kurangnya keterampilan pembimbing dalam mengaplikasikan teknik – teknik konseling.
3.    Pembimbing tidak mampu membantu pengembangan potensi dan penyelesaian masalah siswa secara tuntas.
4.    Kebanyakan pembimbing tidak memahami tahapan-tahapan proses konseling serta tujuan, isi dan teknik konseling yang dapat digunakan pada setiap tahapan.
Temuan mereka juga terhadap  petugas bimbingan sekolah yang telah berdinas antara 8-12 tahun memperlihatkan kelemahan dalam konseling, seperti :
1.    Tidak jelas tahap-tahap konseling
2.    Tidak mampu menangkap dan mendefinisi masalah siswa, sehingga proses konseling berjalan tanpa arah yang jelas.
3.    Tidak mampu menyelesaikan masalah klien
4.    Hanya berputar pada 5 teknik konseling, yaitu :
a.       Bertanya tertutup
b.      Pemberian informasi
c.       Pemberian nasehat
d.      Mengarahkan (directing)
e.       Mendorong (supporting)

Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan di negara asalnya yaitu Amerika Serikat. Para pakar sekembalinya dari sana membawa konsep-konsep baru salah satunya tentang anak didik. Anak didik mempunyai potensi untuk berkembang, itulah sebabnya pendidikan harus memberikan situasi kondusif bagi perkembangan potensi anak didik secara optimal.
Perkembangan bimbingan dan konseling di Indonesia cenderung berorientasi pada
layanan pendidikan dan pencegahan.  Bagi seorang konselor menguasai teknik konseling adalah mutlak, sebab dalam proses konseling teknik yang baik merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan konseling.

Keterampilan Konseling Individual
Konseling individual adalah kunci semua kegiatan bimbingan dan konseling. Dengan mengusai teknik-teknik konseling individual, diharapkan konselor menguasai proses dan teknik konseling individual.
Proses konseling individual merupakan relasi antara konselor dengan klien dengan tujuan  agar dapat mencapai tujuan klien bukan tujuan konselor. Relasi konselor-klien dalam hubungan konseling ditandai dengan nuansa afektif. Konselor berupaya menciptakan hubungan akrab, saling percaya sehingga klien percaya dan mau membuka diri. Tanggungjawab konselor dalam proses konseling ialah mendorong klien supaya dia mampu bekerja efektif, produktif dan menjadi manusia mandiri. Selain itu tujuan konseling individual ialah agar klien diberdayakan dan diarahkan untuk menjadi pribadi yang seimbang dalam pengembangan intelektual-emosional-sosial-moral-spiritual.
Pengembangan potensi intelektual klien menunjang tumbuhnya kreativitas dan produktivitas.  Pengembangan sisi emosional dimaksudkan agar klien menjadi pribadi yang memiliki emosi yang stabil dan sikap mental yang positif terhadap diri sendiri dan dunia luar Pengembangan sisi sosial klien bertujuan agar klien dapat menjalin hubungan yang harmonis dengan orang lain.. Pengembangan moral dan spiritual klien menjadi penyeimbang bagi pengembangan intelektual, sosial, dan emosionalnya. Diharapkan klien bertumbuh menjadi pribadi yang well-integrated.

Teknik Konseling
Banyak teknik konseling yang dapat dipakai untuk menunjang keterampilan komunikasi konseling. Teknik tersebut tentunya dapat disesuaikan dengan pendekatan konseling yang dianut oleh para konselor. Berikut ini akan dijelaskan beberapa teknik konseling yang dapat digunakan dan disesuaikan dengan pendekatan konseling.

1.      Perilaku Attending
Merupakan perilaku menghampiri klien yang mencakup kontak mata, bahasa badan dan bahasa lisan. Perilaku Attending yang baik  dapat meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana aman, mempermudah klien mengekspresikan dirinya.
  Penampilan Attending yang baik :
a.       Kepala : melakukan anggukan jika setuju.
b.      Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum.
c.       Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak konselor-klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan.
d.      Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan gerakan tangan untuk menekankan ucapan.
e.       Mendengarkan;  aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara.
 
2.      Empati
Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan bersamaan dengan attending. Tanpa attending tidak ada empati.
Empati ada dua macam :
a.       Empati primer (primary empathy), memahami perasaan, pikiran, keinginan dan pengalaman klien.
b.      Empati tingkat tinggi (advanced accurate empathy), kepahaman konselor terhadap persaan, pikiran, keinginan dan pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien.
c.       Dalam melakukan empati, konselor harus mampu mengosongkan perasaan dan pikiran egoistik, memasuki dunia dalam, melakukan empati primer dengan mengatakan : -    “Saya dapat merasakan bagaimana perasaan  saudara.”
-          “ Saya dapat memahami pikiran anda.”
-          “Saya mengerti keinginan saudara.”
d.      Melakukan empati tingkat tinggi dengan mengatakan:
-          “Saya merasakan apa yang saudara rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman anda itu.”

3.      Refleksi
Refleksi adalah keterampilan konselor untuk memantulkan kembali kepada klien    tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan nonverbalnya.
Refleksi ada tiga jenis :
a.       Refleksi perasaan : “Barangkali anda merasa…”
b.      Refleksi pengalaman : “Nampaknya yang anda kemukakan adalah suatu…”
c.       Refleksi pikiran (content) : “Nampaknya yang akan anda katakana..”

4.      Eksplorasi
Eksplorasi adalah suatu keterampilan untuk menggali perasaan, pengalaman, dan pikiran klien.
Eksplorasi ada tiga jenis :
a.       Eksplorasi perasaan :”Bisakah saudara menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan?”.
b.      Eksplorasi pengalaman: “Saya terkesan dengan pengalaman yang anda lalui. Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan anda.”          
c.       Eksplorasi  pikiran : “Saya kira pendapat anda mengenai hal itu baik sekali, dapatkah saudara menguraikannya lebih lanjut ?”

5.      Menangkap Pesan Utama (Paraphrasing)
Tujuan paraphrase adalah untuk mengatakan kembali inti ungkapan klien.
Paraphrasing  yang baik  adalah :
a.       Mendengarkan pesan utama klien dengan teliti,
b.      nyatakan kembali dengan ringkas,
c.       amati respon klien terhadap konselor.
d.      Contoh : Ki : “Itu suatu pekerjaan yang baik. Akan tetapi saya tidak  
mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa?”
                                       Ko : “Nampaknya saudara masih ragu ya.”
  Paraphrase  yang baik ditandai dengan kalimat awal ‘adakah’ atau ‘nampaknya’.

6.      Bertanya untuk membuka percakapan (Open Question)
  Pertanyaan untuk membuka percakapan konseling yang baik dimulai dengan kata-kata:
   Apakah, bagaimana, adakah, bolehkah, dapatkah.
  Contoh :
  “Apakah saudara merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan sekarang?”



7.      Bertanya Tertutup (Closed Questions)
Pertanyaan yang selalu dimulai dengan apakah, adakah dan harus dijawab dengan ya atau tidak atau dengan kata-kata singkat.
Tujuan pertanyaan tertutup :
a.       Untuk mengumpulkan informasi
b.      Untuk memperjelas sesuatu
c.       Menghentikan pembicaraan klien yang menyimpang jauh.

8.      Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Adalah dorongan langsung yang singkat dengan tujuan agar klien terus berbicara dan pembicaraannya mencapai tujuan.  Contoh : oh …,  ya …., terus…., lalu…, dan ….

9.      Interpretasi
Upaya konselor untuk mengulas pemikiran, perasaan dan perilaku/pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori.

10.     Mengarahkan (Directing)
Keterampilan konseling yang mengarahkan klien untuk berbuat sesuatu. Misalnya : Konselor mengarahkan klien untuk bermain peran atau mengkhayalkan sesuatu.

11.     Menyimpulkan sementara (Summarizing)
Tujuan menyimpulkan sementara :
a.       Memberi kesempatan klien mengambil  feedback  dari hal-hal yang telah dibicarakan.
b.      Menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap
c.       Meningkatkan kualitas diskusi
d.      Memperjelas fokus pada wawancara konseling.

12.     Memimpin (Leading)
Konselor harus mampu memimpin pembicaraan konseling supaya klien tidak menyimpang dari fokus pembicaraan.


13.     Fokus
Konselor yang efektif harus mampu membuat fokus melalui perhatiannya yang terseleksi terhadap pembicaraannya dengan klien.
a.       Fokus pada diri sendiri
b.      Fokus pada orang lain
c.       Fokus pada topik
d.      Fokus pada budaya.

14.     Konfrontasi
Konfrontasi adalah suatu teknik konseling yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi antara perkataan dengan perbuatan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan sebagainya.

15.     Menjernihkan (Clarifying)
Adalah keterampilan untuk menjernihkan ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas dan meragukan.

16.     Memudahkan (Facilitating)
Keterampilan membuka komunikasi agar klien mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran dan pengalaman secara bebas.

17.     Diam
Tujuan diam adalah :
a.  menanti klien sedang berpikir
b. sebagai protes jika klien bicara berbeli-belit
c.  menunjang  perilaku attending

18.     Mengambil Inisiatif
Mengambil inisiatif dilakukan oleh konselor bila klien kurang bersemangat untuk     berbicara, sering diam dan kurang berpartisipasi dalam proses konseling.

19.     Memberi Nasehat
Diberikan hanya bila klien meminta nasehat, namun tetap mempertimbangkan kemandirian klien.
20.     Pemberian Informasi
   Diberikan bila klien minta informasi tentang sesuatu.

21.     Merencanakan
Konselor menjelang akhir semester membantu klien membuat program untuk action.

22.     Menyimpulkan
   Konselor membantu klien pada akhir sesi untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut :
a.        Bagaimana keadaan perasaan klien saat ini
b.       Memantapkan rencana klien
c.        Pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya pada sesi berikut.


TEKNIK PADA SETIAP TAHAP KONSELING

Tahap Awal
(Definisi Masalah)
Tahap Pertengahan
(Tahap Kerja)
Tahap Akhir
(Action)

-       Attending
-       Mendengarkan
-       Empati
-       Refleksi
-       Eksplorasi
-       Bertanya
-       Menangkap Pesan Utama
-       Mendorong dan Dorongan Minimal
-       Menyimpulkan Sementara
-       Memimpin
-       Memfokuskan
-       Konfrontasi
-       Menjernihkan
-       Memudahkan
-       Mengarahkan
-       Dorongan Minimal
-       Diam
-       Mengambil inisiatif
-       Memberi Nasehat
-       Memberi Informasi
-       Menafsirkan

-       Menyimpulkan
-       Merencanakan
-       Menilai
-       Mengakhiri Konseling








 Materi  Tambahan





REFERENSI
Baraja, A. (2004). Psikologi Konseling dan Teknik Konseling . Jakarta : Studia Press.
Geldard, K.,& Geldard, D. (terjemahan :Eva Hamdiah). (2011). Keterampilan Praktik     Konseling. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Geldard, D. (1993). Basic Personal Counselling : A training manual for counsellors. Brunswick : Impact Printing.
Jones, R.N. (2003). Basic Counselling Skills : A Helper’s Manual. London : Sage Publications Ltd.
(-------). (2005). Introduction to Counselling Skills : Texts & Activities. London : Sage Publications Ltd.
(-------). (2005). Practical Counselling and Helping Skills : Text and Activities for The Lifeskills Counselling Model.  London : Sage Publications Ltd.
Mappiare, A. AT. (2002). Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.
Mashudi, F. (2012). Psikologi Konseling. Jogjakarta : IRCiSoD.
Mc Leod, S. (2013). The Unconsious Mind. Diunduh dari http://www.simplypsychology.org/sigmund-freud.html.
Milne, A. (2014). Understand Counselling : Packed With Practical Techniques. London : Teach Yourself Counselling.
Padolina, M.A. & Sanchez, C.A. (1998). Counseling and Psychotherapy : Theories, Techniques, and Applications. Manila : Rex Book Store.
Surya, M. (2003). Psikologi Konseling. Bandung : Pustaka Bani Quraisy.
Willis, S. S. (2011). Konseling Individual : Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta.

Yeo, A. (terjemahan : Antonius Wuisan). (2003). Konseling : Suatu Pendekatan Pemecahan –Masalah. Jakarta : BPK Gunung Mulia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar